Sudah seminggu berlalu sejak peristiwa ciuman paksa di parkiran swalayan. Jaemin menjadi mendiamkan Mark dan terkesan tidak peduli dengannya. Mau dia hidup, jatuh, koma, mati, Jaemin sudah tidak punya kepedulian seperti itu.
Jeno yang menjadi saksi mata atas kelakuan kakak tertuanya juga terkesan no komen. Tidak memihak salah satu walau Jaemin sebegitu ingin dibela dengan Jeno memukul Mark untuknya. Seringnya Jaemin memilih kabur dan melarikan diri saat di suatu tempat berpapasan dengan Mark, bahkan rumah sendiri. Dan Mark cukuplah tau diri agar tidak menpersulit kehidupan adiknya.
Jadi setelah menyelesaikan tugas kampusnya yang tertunda, Jaemin ingin bersantai-santai di ruang tengah terlebih dulu sebelum tiba-tiba berjengkit dengan kedatangan Jeno.
"Lo ditunggu Kak Mark di depan." Ungkapannya membuat Jaemin reflek membulatkan mata curiga.
"Hah? Gak salah?" Jeno menggeleng itu berarti memang benar dengan ucapannya. "Males, entar dia cari gara-gara lagi?"
"Gak bakal diperkosa kok, nyuruhnya ke depan bukan ke kamar."
"Walau gue diperkosa pun, bantuan lo sama sekali gak ada fungsi. Apaan cuma gedor-gedor kaca mobil doang." Semprot Jaemin.
"Kalau lo di apa-apain entar lo boleh teriak. Gue ikhlash kalo Kak Mark dipukulin warga."
Jaemin tahu saran Jeno tidak lah berguna. Siapa pula yang bisa mendengar teriakannya jika benteng rumahnya segede ini. Sampai dipilihnya sikap acuh dan pergi ke kamarnya begitu saja.Andai saja Bundanya tidak pergi dalam urusan bisnis, sudah pasti Jaemin memilih tidur di rumah sederhana miliknya bukannya di rumah gede ini dan melakukan perang dingin sama Mark. Hanya ada mereka bertiga juga beberapa pembantu di rumah ini.
Sosok itu benar-benar tidak berbicara dengannya sama sekali bahkan untuk meminta maaf. Jadi siapa yang tidak khawatir jika tiba-tiba Mark memanggilnya. Lebih baik Jaemin memilih tidur saja.
Sampai ketika bunyi gedoran pintu kamarnya benar-benar menganggu aksi dari tidur nyamannya. Jaemin lantas beranjak, bersiap memarahi pelaku sampai akhirnya matanya membulat menyadari sosok yang selama ini menghindarinya justru menerobos masuk.
Mark yang tiba-tiba mengunci pintu dari dalam dan mendorong Jaemin hingga terlentang begitu saja diranjangnya. Jaemin tentu mendadak panik, terlebih saat Mark bergerak menindihi badannya dan lagi-lagi menciumnya paksa.
Jaemin jelas menolak. Ia ingin berteriak namun tak ada suara yang keluar. Pakaian atasnya telah dilucuti dan Mark sudah ancang-ancang melucuti bagian bawahnya juga. Rasanya Jaemin ingin berkata kasar ketika menyadari tangan Mark yang memainkan bagian vitalnya.
Ia menggeleng keras, sambil menatap wajah Mark yang justru menampilkan raut tak peduli. Hingga di suatu titik Mark mengangkat tinggi-tinggi kedua kakinya dan lalu menerobos masuk miliknya ke dalam lubang hangat yang justru belum dipersiapkan.
"AKHHH... MAAARRRKK...!!!"
Siaalann!!
Napas Jaemin ngos-ngosan terbangun dari mimpi buruk juga erotisnya. Memeriksa pintu kamarnya yang terkunci rapat. Tidak terjadi apa-apa terhadap badannya huga pakaiannya. Bukannya kembali tidur, Jaemin justru cepat-cepat beranjak. Keluar dari kamarnya dan memilih ke kamar Jeno.
"Jen... Jeno... dokk dokk dokk buka pintu Jen...!!" Masih jam 10 tidak mungkin cowok itu akan tidur secepat ini.
"Jenooo...bukaa...??" Jaemin hampir menangis. Takut-takut suara ributnya di dengar oleh orang yang paling ingin ia hindari agar mimpi itu tidak menjadi nyata.
"Kenapa?" Pintu dibuka. Muncullah sosok Jeno yang masih memakai pakaian santai dengan kacamata bacanya.
"Gue tidur sama lo yah?"
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanficJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...