"Selamat pagi Mark...?" Jaemin menyapa ceria. Saat dilihatnya mata kakak tertuanya sudah sepenuhnya terbuka duduk di atas kasur empuknya. "Mau sarapan nggak?" Tawarnya.
"Boleh deh."
Jaemin meninggalkannya sebentar, lalu kembali dengan nampan makanan penuh yang dibawa ke kamar. "Nasi goreng spesial yang akan memberikan tenaga tambahan untuk Mark seorang."
"Gue pengen roti." Elak Mark.
"Tentu saja, roti yang dibuat dari gandum utuh akan menambah keceriaan pagi harimu." Dia menyerahkan roti dengan tiga selai berbeda.
"Susu."
"Susu vanila yang diperah langsung dari sapi murni pilihan." Ungkapnya memberikan susu.
"Buah."
"Buah dipetik dari kebun sendiri tanpa zat organik dan bantu pertumbuhan genetik."
Sekarang Mark menatap aneh Jaemin yang masih tersenyum-senyum tidak jelas. Tumben-tumbenan babunya ini bekerja cepet bahkan tanpa perlu ia perintah. "Lo panas?"
Jaemin menggeleng. Jika begitu Mark sudah menduga, "so, pasti ada mau?"
"Gini Mark..—
"Mark-Mark, gue kakak lo yah?"
Jaemin memutar bola matanya. " Gini Kak Mark, sekarang kan libur, tapi kampus gue lagi ngadain acara gitu deh, gue boleh gak ikut? Sebentar aja kok gak lama, nanti pulangnya gue tetep ngelayanin elo." Ucap Jaemin dengan penuh pengharapan. Ekspresinya dia buat seimut mungkin agar bisa meluluhkan hati baja Mark.
"Kaki gue masih sakit ini."
"Iya tahu, gak akan lama kok? Ada Jisung di rumah nanti. Entar gue bakal ngelayanin elo lebih baik dari hari ini.""Nggak boleh!" Ungkapan tegas Mark itu seketika membuat Jaemin merosot melas. "Lo udah dijadwal buat nemenin gue hari ini."
"Kak gue udah—
"Temenin gue ketemu Mami."
Mami? Maksudnya Chittaphon Leechaiyapornkul itu? Mark beneran mengajak ketemu maminya, itu berarti Jaemin bakal diajakin ketemu artis dong?
"Dan gue gak nerima penolakan." Ungkapnya total.------------------------------
"Emang lo udah dibolehin nyetir lagi?" Tanya Jaemin memastikan melihat kaki Mark yang masih digips juga alat bantu berjalan. Sementara itu Mark mengangguk, membuat Jaemin membuka pintu penumpang dan langsung duduk di Lamborghini kuningnya. "Gue udah siap-siap bawa album nih, sekalian minta tanda tangan mami lo nanti." Ujarnya ceria. Mark tidak peduli."Gue sama bunda sebenernya ngefans banget sama mami lo. Lagu-lagunya sampai diputer terus di toko." Jaemin memulai dengan obrolannya.
"Apalagi yang lagunya kayak gini Mark, 'Terima kasihhh... Terima kasihhh... Pada yang kuasa yang mempertemukan kita...' itu gue suka banget Mark!" Jaemin menyanyi walau terdengar sumbang dan memekakan telinga."Gue nanti pengen foto juga yah Mark, boleh kan, mau pamerin ke bunda?"
"Terserah." Mark menjawab singkat. Agak capek juga setiap saat meladeni bacotan Jaemin. Baik dijalan bahkan telah sampai di sebuah mansion mewah, Jaemin tak henti-hentinya berdecak kagum alias katrok.
"Mami lo tinggal di sini Mark?" Tanya Jaemin penasaran yang disambut Mark anggukan.
Jaemin menelusuri halamannya sembari menuntun Mark yang jalannya masih sempoyongan. Tanaman-tanaman tertata rapi, disertai kolam yang ada di depannya. Ada lampu-lampu besar juga juga pohon-pohon rindang mengingatkan Jaemin atas rumah di film Crazy Rich Asians.
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanfictionJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...