Jisung benar-benar mengamuk. Tak satupun penghuni di rumah itu berhasil melerainya. Cepat-cepat Jaemin mencari cara hingga pandangannya tertuju pada handphone ayahnya yang terjatuh. Mengambil dan menghubungi salah satu saudaranya.
"Kak Marrkk...?" Lirihnya gemetar. "Cepat kesini Kak... Jisung ng-ngamuk... Dia mukulin ayah sampai babak belur...?" Telepon tertutup. Dengan begitu berharap kakak tertuanya itu beneran datang dan cepat menolongnya.
Baik Jisung yang lengannya barusan berhasil ditarik oleh dua tukang kebun. Namun berhasil melepaskan diri dan menyerang ayahnya lagi.
"BAJINGAN BRENGSEK! KURANG BAIK APA MAMI SAMA ELO. MAMI YANG NEMANIN ELO, MAMI YANG NGERAWAT ANAK-ANAK LO. SEMENTARA LO DIEM AJA PAS MAMI DIPERKOSA SAMA REKAN BISNIS LO SAMPAI NGEBIARIN DIA BUNUH DIRI GITU AJA?? MAMI GUE MATI GARA-GARA LO JUNG JAEHYUN!"
Jaehyun meringis kesakitan. Masih tidak ada perlawanan disaat Jisung memukuli perutnya brutal. Wajahnya memar dan bibirnya sudah mengeluarkan darah. Tamparan yang dia layangkan pada Jisung tadi tidak ada apa-apanya dibanding pembalasannya.
"Jisung, sudahh...?" Jaemin sudah menangis deras ayahnya diperlakukan seperti itu. "Jangan pukul ayah lagi, Jisung?"
"Apa kak? Kakak juga ngebela bajingan ini?" Kali ini mata Jisung menyorot Jaemin rendah. "Mami Kak Mark masih ada, Bunda Kak Jeno masih bisa dia temuin, Kak Jaemin juga masih punya Bunda yang perhatian. Disini cuma Jisung yang gak punya mami."
Baik Jaemin atau Jaehyun terenyuh mendengar penuturannya.
"Dan semua ini gara-gara Si Brengsek yang sialnya masih gue hormatin sebagai ayah." Kekehnya sinis. "Denger ya Jaehyun, sampai lo berani-beraninya nikah lagi, gue pastiin elo gak bakal pernah bahagia. GUE BAKAL BIKIN ISTRI LO NANTI NGALAMIN NASIB YANG SAMA KAYAK MAMI!"
Jisung mendekati ayahnya. Tepat dibelakangnya seorang bodyguard yang membawa benda berat. Buru-buru Jaehyun menghentikan dengan isyarat tangannya. "Gak ada yang boleh nyentuh dia, paham?"
Membuat Jisung semakin meringis saja, lantas menendang bagian vital ayahnya dengan sekuat tenaga. "Lo bilang lagi sibuk kerja ke luar kota, tapi ternyata elo malah sibuk nyarih lonte yah Jaehyun?"
"Bilang ke gue siapa nama tuh lonte, biar gua habisin sekalian?" Jaehyun menolak menjawab. Membuat Jaemin lah yang menjadi sasarannya sekarang. "Siapa kak? Bilang ke Jisung siapa nama lontenya?"
Menggeleng keras. Jaemin mencoba berdiri dan menarik paksa Jisung. Tapi lagi-lagi Jisung berhasil menepisnya. Tenaganya benar-benar kuat.
"JISUNGGG!!!"
Sebuah suara berlari masuk ke dalam. Baik Mark atau pun Jeno yang sama-sama terkejut dengan kondisi mengenaskan ayah dan seluruh penghuni rumah.
"Oiy kak...?" Sapanya tersenyum. Jisung bagaikan seorang anak yang menawan ayahnya sendiri.
Jika pada keadaan seperti ini, hanya Mark lah yang bisa diandalkan. Sementara Jeno sudah berlari menenangkan Jaemin.
"Kakak tahu Si Brengsek ini mau nikah lagi?" Mark menggeleng. Berjalan ke arah Jisung seraya menggiringnya untuk menjauhi ayahnya.
"Mau ke kamar kakak?"
"Jisung mau ngabisin dia dulu."
"Ngabisin dia masih banyak waktu Jisung. Jelasnya kita butuh rencana dulu."
Bagaikan anak kucing, Jisung memandang ayahnya sekilas lantas mengangguk menyetujui ucapan Mark. Lagi pula kamar Mark sangatlah nyaman. Dia bisa meminun vitamin yang membuatnya tertidur tenang.
------------------------------
"Maminya Jisung, Lee Taeyong, dia meninggal karena bunuh diri."
Begitu cerita pertama Jeno saat Jaemin menceritakan kejadian hari ini. Keduanya duduk di ruang keluarga karena Jisung sudah bersama Mark sementara ayahnya sudah diantar ke rumah sakit oleh sata satu supirnya. Dengan telaten Jeno menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Jisung.
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanfictionJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...