"adek" sapa Kavindra dan mendudukkan dirinya di samping Thala sedang duduk lesehan di depan tv memakan sarapannya.
"Iya?" Jawabnya tanpa menoleh.
"Kenapa nggak gabung sama yang lain?"
"Nggak papa"
"Maafin ayah ya, ayah kemarin kelepasan ngebentak adek. Adek mau kan maafin ayah?"
"Iya"
"Adek hadap ayah dong kalo ngomong" Thala segera mengajak sang ayah.
"Sudah kan? Adek mau berangkat sekolah dulu." Thala segera berlalu dari sana setelah berpamitan kepada ayah.
"Adek ngga mau berangkat sama Abang?" Tawar sang ayah basa basi, sebelum Thala berlalu dari sana.
"Nggak"
"Maafin ayah, ayah sudah bikin adek terluka. Maafin ayah dek" ujarnya sendu sambil menatap punggung Thala yang menjauh.
Sedari tadi yang muncul adalah Almos, karena Almos tak mau Thala kembali bersedih soal kemarin.
Almos segera mengeluarkan motornya dari garasi dan mengendarainya menuju sekolah.
Saat di jalan, Almos diikuti oleh beberapa pemuda yang memakai seragam sama dengannya.
Almos tak mengetahui mereka, karena mereka semua memakai helm full face sehingga sulit untuk mengenalinya.
Almos segera mengendarai motornya dengan menambah kecepatannya, dan ternyata para pemuda tadi masih saja mengikutinya.
Ia memutuskan untuk berhenti dan para pemuda tadi ikut berhenti namun membentuk lingkaran dengan Almos yang berada ditengah.
"Apa?" Tanyanya malas.
"Berangkat bareng." jawab salah satu dari mereka.
"Siapa?" Dengan segera mereka membuka helm yang dipakainya. Almos dapat mengenalinya sekarang.
"Ayo" setelahnya mereka semua berangkat bersama.
***
Kedatangan mereka di SMA gladiolus menjadi perbincangan hangat. Kala yang melihat hal tersebut merasa kaget dan marah, karena Thala datang bersama mereka.
Mungkin Thala belum mengetahui itu, tapi Kala mengetahuinya. Hal yang di takuti Kala terjadi, mereka mengikuti Thala bahkan sampai rela satu sekolahan dengan Thala.
Setelah sampai Thala segera memarkirkan motornya di ikuti yang lain. Dari kejauhan Thala dapat melihat Kala sedari tadi memandangnya dengan intens. Saat memarkirkan motornya tadi Thala segera mengambil alih kesadarannya.
Thala sampai lupa belum melepaskan helm yang masih terpasang apik di kepalanya.
"Kenapa?" Tanya Lance kepada Thala.
"Kenapa memandang kesana? Apakah orang tersebut terlalu menarik hingga kau tak mengalihkan pandangan darinya?"
Thala yang mendengar ucapan tersebut segera memutuskan pandangannya dan menoleh ke arah Lance.
"Mau berbagi cerita?" Tanya Lance ke arah Thala.
Lance segera mengajak Thala untuk pergi dari area parkir dan mengajak Thala ke halaman belakang yang cukup asri di ikuti yang lain.
"Mau peluk?" Thala yang mendengar hal tersebut hanya terdiam, namun sorot matanya mengatakan iya.
Thala segera berhambur kepelukan Lance, sebenarnya Thala tak mengetahui nama pemuda tersebut. Tapi Almos menyakinkan pada Thala bahwa Lance tak akan menyakitinya.
Thala menumpahkan tangisannya, ia tak merasa sendirian sekarang. Kenangan masa lalu selalu berputar di dalam ingatannya.
Ketika mendengar suara bentakan, Thala akan mengingat masa lalunya. Di kehidupannya yang dulu.
Lance memeluk Thala dengan erat, memberitahu bahwa ia akan baik-baik saja. Ia membisikkan kata-kata agar Thala dapat tenang.
Kejadian tersebut dilihat oleh beberapa pasang mata yang menatapnya dari jauh.
Kala yang melihat hal tersebut mengepalkan tangannya, ia ingin sekali memeluk tubuh mungil itu. Namun, ia telah keduluan yang lain. Kala segera mengalihkan pandangannya dan berlalu dari sana.
"Sudah mendingan?" Thala yang menderita seruan lembut tersebut segera mengurai pelukannya.
"Makasih, makasih buat pelukannya." Thala tersenyum manis ke arah pemuda tersebut.
"Sebenarnya kalian ini siapa? Dia mengatakan kalau Thala ngga perlu ngerasa sama kalian."
"Kami temannya Almos." Jawab salah satu dari mereka yang ada di sana.
"Almos? Almos siapa?"
"Dia ada sama kamu." Thala mencoba mencerna ucapan tersebut.
"Jadi dia namanya Almos?"
"Iya, dia belum memberitahumu?"
"Belum"
"Mau kenalan? Biar kamunya ngga bingung. Di sini kami akan selalu bersamamu, karena lo dan Almos itu sama, sama-sama harus kami lindungi. Kami nggak mau kejadian waktu lalu terulang kembali."
"Kenalin nama gue Vesper Esmear panggil aja Vesper."
"Nama gue babang Cade Kylo, panggil aja Kylo."
"Silas Atharian panggil aja Silas."
"Kalo yang meluk lo tadi namanya Lance, dan di sebelahnya ada Kailan kembarannya Lance" jawab Vesper.
"Namanya cuma dikit?" Thala reflek mengatakan hal itu.
"Dia ngga mau nunjukin nama lengkapnya ke yang lain, jadi gitu" jawab Silas.
"Mau masuk kelas?" Tanya Kailan kepada Thala.
"Iya, nanti kalau bolos di marahin ayah."
"Ayo kami antar, kebetulan lo satu kelas sama Kylo." Thala segera menatap Silas, ia bertanya-tanya sejak kapan satu kelas dengannya?.
"Kau kemarin terlalu fokus mengerjakannya, sehingga kau tak memperhatikan sekitarmu." Thala yang menderita hal tersebut meringis malu.
"Nggak usah, Thala pergi sama kak Kylo saja." Jawabnya dengan hati-hati. Namun salah satu dari mereka tak terima atas sebutan tersebut.
"Kau memanggilnnya dengan sebutan kak?" Sungutnya marah. Dengan segera salah satu dari mereka menenangkan Lance.
"Salah kah?" Tanyanya dengan bingung.
"Ya salah, gitu aja pakek nanya" jawabnya dengan sewot.
"Udah, lebih baik lo cepet pergi ke kelas sebelum guru mapel masuk." Lerai Silas agar tak terjadi pertengkaran lagi.
Thala segera berlalu dari sana dan meninggalkan mereka berempat sendirian.
"Tenangin emosi Lo, jangan sampai dia tau. Kalau sampai papa tau, habis Lo di tangan papa."
"Persetan dengan kemarahannya, gue nggak peduli" Lance segera berlalu dari sana dan di ikuti yang lain.
***
Kala melamun tentang kejadian tadi, ia tak mau jauh dari Thala. Ia tak mau asin lagi dari Thala. Ia tak mau seperti masa lalu. Apalah ia harus mendekati Thala lagi? Atau gimana? Kala bingung. Lamunan tersebut segera buyar.
"Lo ngapain kal? Galau mulu." Tanya Alger setelah menepuk pundak Kala.
"Gue ngga apa."
"Kek cewek aja lu kal, jawabannya." Sindir Marlon.
"Kalian yang dibelakang ngapain bisik-bisik? Kalau mau bisik-bisik mending keluar dari sini ngga usah ikut pelajaran ibuk" peringat guru yang mengajar.
Mereka sekarang lagi di dalam kelas, setelah bel berbunyi, awalnya Marlon mengajak untuk bolos, tapi Kala tak mau. Jadi semua ikutan tidak membolos.
Kata mereka harus solid, tak boleh tidak ada kata solid dalam persahabatan mereka. Mereka berempat satu kelas, jadi sangat mudah bagi mereka untuk akrab. Sebab mereka sahabatan dari kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSAKIRA
Teen FictionDunia mimpi adalah dunia yang dipenuhi dengan segala hal yang berbau dengan imajinatif. Lucid dream tak dapat dialami oleh semua orang. Namun, jika ia tak dapat mengatasi mimpi tersebut dengan baik maka akan terjadi gangguan pada pola tidur. Sama ha...