32. father's sweet smile

32 2 1
                                    

Cklek

Ayah membuka pintu kamar yang di tempati oleh Thala. Dapat ayah lihat ternyata Thala sedang duduk di pinggiran kasur sambil memainkan hpnya dengan mendengarkan musik yang di putar secara keras lewat hpnya.

"Dek mau ikut ayah nggak?"

"Ha apa yah?" Tanyanya agar sang ayah mengulangi kembali kalimatnya. Karena ia tak mendengar ucapan ayah.

"Mau ikut ayah keluar nggak? Mau coba motor barunya bunda. Ikut gak?" Tawar sang ayah agar Thala dapat ikut.

"Emang beli lagi yah?"

"Iya, bundamu minta jadi ayah belikan. Mau ikut nggak? Sekalian jalan-jalan biar kamunya ga bosen."

"Boleh, tungguin bentar ya yah. Adek mau ganti baju dulu."

"Iya jangan lama-lama, ayah tunggu di depan rumah sambil manasin mesin motornya"

Setelah di rasa cukup, ayah pergi keluar meninggalkan kamar Thala untuk segera memanasi mesin motor.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Thala telah bersiap dengan pakaian santainya. Ia segera berlari turun kebawah untuk menemui sang ayah agar tak lama menunggunya.

"Ayahh, adek udah siap" teriaknya sembari berlari menghampiri sang ayah yang sedang duduk di kursi teras menunggu dirinya bersiap setelah memanasi mesin motor.

"Udah? Ayo berangkat. Tadi ayah juga udah izin bunda" ayah berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah motor Vario berwarna putih diikuti oleh Thala di belakangnya.

"Ayah kita mau kemana?" Tanya Thala setelah duduk di atas motor dan sang ayah segera menghidupkan motornya.

"Jalan-jalan, kata bunda dari tadi kamu di kamar terus. Mentang-mentang hari libur di kamar terus jarang keluar."

"Hehe, kalaupun mau keluar adek juga ga tau mau kemana. Adek bingung."

Mereka melanjutkan obrolan ringan, tak terasa waktu sudah menunjukkan sore hari.

Keduanya akhirnya berhenti di taman yang selalu ramai penjual.

"Ayah kenapa berhenti disini?" Tanya Thala setelah turun dari motor.

"Kamu ga mau beli-beli jajan gitu? Ayah bingung mau kemana lagi, jadi kesini aja. Keknya enak enak tuh jajanannya." Tunjuk ayah ke arah para pedagang yang sedang berjualan di pinggiran taman.

Para pedagang tersebut berjualan di tempat yang sudah di sediakan.

"Boleh?"

"Boleh, kenapa ga boleh?"

"Tapi, takut bunda ga ngizinin beli ginian"

"Udah gapapa, kalo sama ayah mah bebas aja. Kamu mau beli apa? Nanti ayah anterin."

Ayah segera memarkirkan motornya di tempat parkir yang tersedia.

"Ayok" ayah menggandeng tangan Thala dan mereka berjalan bersama-sama mengelilingi stand penjual yang menjual berbagai macam makanan.

"Mau beli apa? Ayah beliin."

Thala memilih beberapa makanan dan segera dibayar oleh sang ayah.

"Cari tempat duduk aja dek, ayah pengen duduk. Capek dari tadi keliling beli ini" ayah mengangkat kresek yang berisi berbagai macam makanan.

Thala membeli berbagai macam, mulai dari telur gulung, Sempol ayam, batagor, pentol bakar, takoyaki, dan masih banyak lagi.

"Yah, Abang nelpon gak?"

"Kenapa tanyain Abang?"

"Gapapa, tadi belum pamit sama dia. Kalo sama bunda udah."

"Nggak tau, dari tadi aja ga ada yang nelpon ayah. Udah ini makan dulu, ayah juga laper"

Pembicaraan tersebut berhenti dan mereka berdua memakan makanan yang di belinya tadi.

Suara langkah kaki terdengar mendekat, orang tersebut menepuk pundak Thala dan membuatnya kaget.

Hal tersebut membuat Thala tersedak makanan yang di kunyahnya.

Ayah yang melihat hal tersebut segera memberikan minuman agar meredakan rasa tersedak-nya, "Hati-hati dek."

"Eh-eh maafin Abang, Abang ga niat ngagetin kamu." Kala meminta maaf kepada sang adik karena membuatnya tersedak.

Ayah yang melihat hal tersebut menatap tajam Kala, Kala yang mendapatkan peringatan tersebut meringis meminta maaf.

"Duduk, ngapain nyusul kesini sama duo sepupumu?"

"Kan adek ga ada dirumah, ga pamit juga ya otomatis di cariinlah. Mumpung ada mereka yaudah kami cari sama-sama."

"Ngapain dicari? Trus kok tau ayah sama adek lagi di sini?"

"Ya tanya bundalah."

"Udahlah yah, ini ga di tawarin duduk apa?" Tengah Kailan agar perdebatan tersebut berhenti.

"Duduk tinggal duduk, gitu aja susah."

"Idih julid bener, bapak siapa sih ini?" Tanya Kailan heran.

"Kal, ini bapakmu?" Lanjut Kailan.

"Bukan." Jawabnya sambil mengunyah pentol bakar yang di makannya.

"Dasar anak durhaka, ga mau ngakuin ayah. Sini balikin makannya, ini punya adek. Kalau mau sana beli sendiri." Ayah langsung merebut pentol bakar yang masih tersisa di tusukan yang sedang di genggam Kala.

"Ayahh, jangan gitu lah. Maaf yah, sini balikin." Rengek Kala kepada ayah.

"Jangan hiraukan mereka dek" terang Lance sambil memakan batagor.

"Iya" jawab Thala seadanya dan melanjutkan makannya, sambil sesekali di suapin oleh Kailan dan Lance.

Thala yang mendapat perlakuan tersebut menerimanya dengan senang hati.

"Ayah, udah deh. Kasih Abang aja, nanti kalau habis kita beli lagi. Lihat deh yah, kita jadi pusat perhatian tau."

Mendengar ucapan Thala, sang ayah segera menyudahi keusilannya kepada Kala. Karena sedari tadi sang ayah menjahili Kala dan tak marah sama sekali.

***
"Haii, makasih sudah mau mampir. Jangan lupa votmen dan jaga kesehatan yaa, see you.

AKSAKIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang