38. self-confident

44 1 0
                                    

Gimana hari kalian? Baik? Ku harap baik yaa. Aku update cerita lagi nih, makasih yaa udah mau mampir.

Happy reading!!!




"Bunda, adek pulang. Bunda dimana?" Thala memasuki rumah dengan cara berlari meninggalkan sang kakak di belakang.

"Di dapur, kamu kesini aja." Mendengar sahutan bunda dari dapur Thala segera menghampirinya.

"Bunda, bunda tau nggak?" Ucapnya dengan antusias.

"Nggak, kan belum kamu beritahu." Jawabnya sambil menaruh sayur yang baru dimasak kedalam mangkok.

Thala terkekeh pelan, "iya adek belum bilang ya sama bunda."

"Kamu ini, sekarang kamu ganti baju ya habis itu makan. Pasti kamu udah lapar. Bunda mau naruh dan makanan buat makan malam, kalau kamu mau cerita nanti ya habis kita makan malam."

"Iya nda, adek kekamar dulu. Da bunda" Thala segera berlalu dari sana dan tak lupa memberi kecupan di pipi sang bunda.


***

Keluarga kecil tersebut sedang berkumpul di ruang keluarga sambil menonton acara tv.

"Jadi tadi adek mau cerita apa sama bunda?" Tanya sang bunda kepada Thala.

"Bunda tau? Adek udah mulai percaya diri lohh. Tapi dibantu sama abang sama kakak kembar." Ceritanya dengan antusias.

"Wah benarkah? Adek hebat bisa munculin sifat percaya diri adek. Nah, gitu dongg. Lain kali ga usah minder karena tatapan gak suka dari mereka." Sahut sang ayah yang ikut menanggapi.

"Berarti adek harus bodo amat sama mereka yang natap adek gak suka gitu?"

"Iyalah dek, ngapain kamu mikirin orang lain yang gak pernah mikirin perasaanmu." Sahur Kala.

"Gitu yaa?"

"Iya adekku sayang" jawab Kala sambil mengacak rambut Thala.

"Ihh, Abang jangan diacak-acak rambutnya. Adek tadi nyisirnya lama loh, ngerapiinya juga lama loh." Thala merasa kesal karena sang kakak mencak rambut yang sudah ia tata rapi dan segera berpindah disamping orang tuanya.

"Lho, kok pindah? sini dedeku, cantikku, manisku" ujarnya sambil menaik turunkan alisnya.

Dengan tatapan julid Thala mengadi ke orang tuanya. "Nggak, nanti diberantakin lagi. Lihat Yah, Bun, Abang kek om-om pedo."

"Apaan sih dek, Abang tuh masih muda gini masi ganteng pula masa disamaain sama om-om pedo sih. iyuh ga banget" jawabnya dengan muka yang dibuat seolah-olah jijik.

"Kan bener"

"Nggak ya"

"Benerr"

"Nggak"

"Udah-udah, kalian ini ribut terus. Mending kalau mau ribut kalian keluar aja sana halaman masih luas sekalian aja saling baku hantam sana." Tengah sang ayah karena merasa jengah.

"Ayah kok gitu? Ayah udah ga sayang lagi sama adek?" Tanyanya dengan muka yang dibuat sok imut.

"Idih si paling" ejek Kala.

"Iri mah bilang aja ga perlu ngejek kek gitu."

"Aku? iri sama kamu? gak level." Jawabnya dengan julid dan beranjak dari sana.

Melihat sang Abang yang hendak pergi Thala segera melemparnya dengan batal kursi dan mengenai kepalanya.

Kala yang terkena lemparan bantal tersebut segera memutar balikkan tubuhnya dan menatap tajam sang adik.

Thala yang merasa ada tanda bahaya segera berlari menjauh dari amukan sang kakak.

"Adekk." Teriak Kala sambil mengejar Thala.

"Bunda, ayah tolongin adek." Thala terus berlari kasana kemari agar tidak tertangkap oleh sang kakak.

Kedua orang tua mereka hanya menatap kedua anaknya jengah, karena jika satu hari tidak ada keributan dirumah mereka itu akan membuat mereka merasa terheran.

"Kagak usah minta bantuan, kamu yang mulai kamu juga harus bisa nyelesaiin. Sini kamu." Kala terus berlari mengejar sang adik. Tidak ada namanya menyerah di kamus  seorang Kalandra.

***

Udah berada di penghujung cerita nih? Gimana tanggapan kalian ceritanya seru? kalo seru jangan lupa vote dan komen yaa, see you.

AKSAKIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang