3. meaningful smile

262 23 1
                                    

Di dalam ruangan yang cukup luas, ruangan yang didominasi dengan warna biru tua tersebut,  terdapat terdapat seorang pria paruh baya sedang duduk di kursinya sembari berkutat dengan kertas-kertasnya yang sangat penting.

Pria tersebut bernama Lucian Zamora, dia merupakan kakak dari Kavindra Zamora.

Suara dering telepon terdengar memecah keheningan ruangan tersebut. Dengan segera Lucian mengangkat telepon tersebut, ternyata yang menelpon adalah putranya. Tumben sekali pikirnya.

"Halo boy, ada apa?" Tanyanya kepada kepada orang yang menelponnya sembari membolak-balik kertas yang sedari tadi ia teliti.

"Aku sudah berhasil membawanya papa, sekarang dia berada di rumah ayah"

"Kerja bagus, nanti kita akan kesana menjenguk adek kecilmu" seringainya tipis

"Tapi gimana pa? Dia tidak mengenali kita"

"Nanti papa urus, lebih baik kau menjemputnya pulang dari sekolah. Bukankah sekarang jam sudah menunjukkan waktu pulang?" Ujarnya sambil menatap jam tangan yang melingkar apik di tangannya.

"Iya dan sekarang aku sudah berada di depan gerbang sekolahnya" setelah mengatakan hal tersebut ia memutuskan panggilan telepon secara sepihak. Sementara sang Papa yang berada di sebrang merasa uring-uringan sendiri.

***

Pelataran sekolah sekarang cukup sepi, hanya menyisakan siswa ataupun siswi yang habis melakukan piket. Jam pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.

Sementara itu ada seorang gadis yang sedang duduk di atas kursi depan pos satpam, dia adalah Thala. Sedari tadi ia sedang menunggu sang kakak untuk menjemputnya pulang.

Namun, yang ditunggu-tunggu belum juga menunjukkan kehadirannya. Thala cukup merasa bosan jika harus menunggu lagi terlalu lama. Ia merupaakan seorang anak yang tidak bisa menunggu terlalu lama.

Di kehidupannya dulu saja ia pernah menunggu sang ayah untuk menjemputnya pulang, tapi apa? ia harus menunggu sekitar 3 jam-an. Thala saat itu ingin meangis saja karena sudah lama menunggu. Namun, tak lama kemudian sang ayah datang menjemput.

Thala jadi rindu dengan keluarganya, padahal ini belum satu harian ia berada di sini, tapi ia sudah sangat merindukan keluargnya. Tanpa di sadari air mata menetes dan mengalir di kedua matanya, dengan cepat ia menghapusnya.

''Abang mana sih? kan gue takut sendirian. Mana sekarang udah sepi lagi, yang lain juga udah pulang'' ujarnya sambil mengedarkan pandangannya agar tak merasa takut.

''Kalau tau gini dari tadi gue telepon Ayah aja suruh jemput. Tapi gimana? orang hpnya aja udah ga hidup gegara dayanya menipis.'' Thala cukup merasa bosan menunggu sendirian, namun tak lama ada seseorang datang dengan memakai hoodie hitam yang menutupi seragam sekolahnya.

Lalu orang tersebut duduk di samping Thala, ''Lo ngapain di sini sendirian? bukannya udah waktunya pulang?''

''Lagi nunggu abang gue, mana lama banget lagi.'' Jawabnya sambil menundukkan kepalanya dengan kaki yang menendang-nendang batu kerikil.

''Ngapain nunduk gitu? Lo takut sama gue?'' tanya pemuda tersebut penasaran.

''Nggak, gue gak takut sama lo. Oh iya lo sekolah di mana? kok bisa sampai nyasar kesini?'' tanya Thala penasaran.

''Gue dari sekolah seberang, kalo bisa sampai sini ya kebetulan lewat aja.'' Jawab pemuda tersebut. 'Karena gue kangen lo dek. Mereka gak ngizinin kita bertemu'  lanjut pemuda tersebut dalam hati.

AKSAKIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang