6. he Almos

128 18 0
                                    

Semenjak kejadian kemarin, Thala hingga sekarang belum bangun juga meski sinar matahari telah memasuki kamar tersebut lewat celah-celah jendela dan ventilasi udara.

Sang empu pemilik kamar masih saja tertidur lelap tanpa merasa terganggu oleh sinar mata atau ketukan pintu yang sangat mirip dengan suara gedoran yang memekakkan telinga.

Brak

Brak

Brak

"Dek, bangun kalo ngga bangun Abang dobrak ni pintunya" ucap Kala sambil berteriak heboh.

"Ni anak ya bener-bener ngga bangun-bangun juga, harus dikasih pelajaran ini" lanjutnya dengan suara menggebu-gebu sambil menggulung lengan seragamnya.

Saat akan mendobrak pintu kamar tersebut Kala baru ingat, kamar tersebut tak terkunci sama sekali. Ia merutuki kebodohannya. Dengan segera Kala memasuki kamar Thala.

Kala segera membuat pintu kamar tersebut, dapat Kala lihat bahwa Thala masih terlelap dalam tidurnya tanpa terganggu sama sekali.

Ia berjalan mendekati Thala untuk membangunkannya karena Thala harus segera pergi ke sekolah.

"Dek, bangun. Udah siang, kamu ngga sekolah?"

Namun, pertanyaan Kala tak ada yang menjawab, hanya terdengar suara dengkuran kecil dari Thala.

"Dek woi" dengan menggoncang kecil bahu Kala.

Lama kelamaan goncangan kecil tersebut menjadi goncangan yang cukup besar, dan akhirnya Thala terganggu juga.

"Ish bang, jangan ganggu. Adek masih ngantuk" ujarnya sambil kembali menarik selimut yang ditarik oleh Kala.

"Ngga jangan tidur lagi, cepat mandi"

Tak ada jawaban, Kala merasa kesal. Dengan segera ia menggendong Thala menuju kamar mandi, agar Thala segera mandi dan tak melanjutkan tidurnya lagi.

Setelah sampai, Kala segera mendudukkan Thala di dalam bak mandi dan segera menyalakan airnya, dan ya hal tersebut berhasil.

"ABANGG!!" teriaknya kesal.

"Apa?"

"Kenapa Thala di bawa kesini? Thala bisa sendiri"

"Lama, dah cepat mandi" setelah mengatakan hal tersebut, Kala segera meninggalkan Thala agar cepat mandi.

Dengan ogah-ogahan Thala akhirnya mandi juga dengan rasa kesal.

Kala segera menuju meja belajar Thala untuk menyiapkan buku pelajaran yang akan dipelajari hari ini. Setelah selesai ia keluar dari kamar tersebut untuk turun kebawah.

"Pagi Bun, yah" ujarnya setelah sampai di ruang makan.

"Pagi bang" jawab mereka barengan.

"Adek mana? Kok ngga bareng kamu?" Tanya sang ayah penasaran.

"Lagi mandi" jawabnya sambil menerima sepiring nasi goreng yang disodorkan oleh sang bunda.

"Yaudah kamu sarapan dulu habis itu berangkat, biar nanti adek bareng ayah" Kala yang mendengar hal tersebut hanya mengangguk saja sambil mengunyah makanannya.

Setelah nasi goreng yang ada di piring Kala kosong, ia segera berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk segera berangkat.

Tak lama kemudian Thala turun dari kamar yang berada dilantai atas, untuk segera ke ruang makan karena ia sudah merasa lapar.

Rumah Kavindra terbilang cukup nyaman, dengan rumah berlantai dua, dengan halaman depan yang cukup luas, tidak lupa dengan halaman belakang yang dirubah menjadi kebun buah-buahan, namun juga memiliki sekat-sekat antara halaman belakang dengan kebun buah-buahan.

"Pagi Bun, yah" kedua orang tersebut segera menoleh ke sumber suara.

"Lho adek kok ngga pakek baju sekolah?"

Thala yang mendengar hal tersebut hanya menyengir,"hehe, ngga yah"

"Kenapa nggak sekolah?" Ilana segera bertanya.

"Ada yang nyuruh Thala ngga boleh sekolah, katanya mau anu... Apa ya?" Ia mencoba mengingat-ingat kembali.

"Anu apa?"

"Nggak tau, yah"

"Yaudah kamu sekarang makan dulu, bunda sudah masak nasi goreng"

Thala segera menerima sodoran sepiring nasi goreng dan memakannya dengan tenang.

"Bun, dek, ayah berangkat dulu" ujarnya sambil menyalammi ilana dan Thala.

"Iya, hati-hati di jalan" ujar Ilana sambil mengantar sang suami berangkat kerja. Meninggalkan Thala sendirian di meja makan.

Setelah mengantar Kavindra sampai teras, ia segera masuk kembali kedalam.

"Dek, bunda mau tanya" setelahnya ia mendudukkan dirinya di samping Thala yang sedang memakan nasi gorengnya.

"Mau nanya apa Bun?"

"Adek kenapa ngga berangkat sekolah?"

"Ada yang ngga ngizinin adek, katanya ada yang mau ketemu. Tapi adek ngga tau itu siapa"

"Yaudah, kamu habisin sarapanmu dulu. Nanti bunda tunggu di ruang keluarga." Setelahnya, ilana beranjak pergi dari sana.

Makanan yang berada di piring Thala sudah habis, dengan segera ia membawanya ketempat cuci piring.

"Mau bicara apa Bun?" Tanyanya sambil mendekati sang bunda dan mendudukkan dirinya di samping sang bunda.

"Siapa kemarin yang keluar?"

"Yang keluar gimana? Perasaan ngga ada tuh" tanyanya bingung sambil mengerutkan keningnya.

"Itu, pas keluar sama Abang."

"Bentar, kok bunda tau?"

"Ya tau dong, masa bunda ngga tau"

"Sekarang cerita ya sama bunda, jangan dipendam sendiri. Bunda ngga mau itu terjadi, bunda ngga mau kamu mendamnya sendirian. Kamu masih ada bunda, ayah dan Abang yang bisa kamu ajak berbagi cerita" ujarnya dengan penuh keyakinan.

"Sekarang kamu panggil dia, bunda mau kenalan dengannya"

Thala dengan segera memejamkan matanya, manik mata tersebut segera berubah berwarna hitam.

Thala menatap sang bunda dengan pandangan dingin, namun setelahnya pandangan tersebut melunak.

"Hai, mau kenalan sama bunda?" Ilana mencoba mengajak dia agar mau berbicara.

"Boleh bunda tau, namanya siapa? Kenapa kamu muncul? Apakah Thala melakukan kesalahan hingga kamu muncul?''

"Nggak tau" akhirnya dia mau berbicara juga.

"Nama saya Almost"

*
*

Jangan lupa vote dan komen.

AKSAKIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang