23. disappointed

60 10 0
                                    

Di ruangan yang remang-remang terjadi peraduan mulut antara ayah dan anak. "Gara-gara ayah, adek jadi gini." Ia mencengkram erat kerah baju sang ayah.

"Ini bukan salah ayah." Ia segera menyangkal tuduhan tersebut.

"Ayah selalu saja menyangkal hal tersebut. GARA-GARA AYAH ADEK JADI NGGAK INGAT KALA." ia marah, lantas langsung menonjok rahang tegas tersebut.

Pertarungan semakin sengit antara ayah dan anak yang sedang di kuasai amarah. Lucian selaku kakak dari Kavindra segera menghentikan pertikaian tersebut dengan menarik Kavindra mundur.

Meski agak terlambat, namun ia tetap menarik Kavindra, sedangkan Kala di tarik oleh si kembar yang tak identik tersebut. Siapa lagi kalau bukan Kailan dan Lance.

Lucian segera mengunci kedua tangan sang adik agar tak lagi menyerang Kala. "Lepasin!"

"Nggak, lu bisa bikin anakmu sekarat. Lu mau di benci sama adek?" Kavindra yang sedang di kuasai amarah mendadak linglung seketika.

Lucian segera mengkode kepada kedua anaknya untuk segera membawa keluar Kala agar segera di obati.

Setelah mereka keluar, Lucian membiarkan Vindra untuk merenungi apa yang telah ia perbuat.

"Gimana sudah tahu kesalahanmu?" Vindra yang mendengar ucapan tersebut hanya bisa menundukkan kepalanya dengan nafas ngos-ngosan.

"BISA-BISANYA KAMU MAIN TANGAN SAMA ANAKMU SENDIRI."

"Dia yang salah kak."

"Kalaupun dia salah, kau bisa memberinya peringatan dengan baik, dengan kepala dingin. Bukan dengan amarah Vindra!!" Ia merasa kecewa kepada sang adek, dia bukan seperti Kavindra yang di kenalnya dulu.

"Mereka masih kecil, kalaupun mereka salah beri peringatan baik-baik. Bukannya malah sebaliknya. Kau memang buruk Vindra."

Kavindra yang merasa di sudutkan segera menyangkalnya. "AKU NGGAK KEK GITU. ini salah mereka yang mancing emosiku. YA EMANG DARI DULU AKU SELALU SALAH. Nggak di depanmu, nggak di depan orang lain, aku selalu harus nunjukin yang sempurna."

"Sebenarnya aku nggak berniat buat mereka terluka, tapi tubuh ini yang selalu kepancing emosi, emosi tersebut akan meledak-ledak. Hiks, aku gagal jadi ayah." Ia menunduk sambil menangis dengan duduk bersimpuh di lantai. Lucian yang mendengar suara isak pilu tersebut segera memeluk Kavindra dengan erat untuk menyalurkan rasa aman.

"Nggak kamu nggak gagal. Mulai sekarang, kamu harus bisa mengatur emosimu. Jangan sakiti mereka lagi okay? Kamu nggak mau kan kejadian dulu terulang kembali?" Kavindra segera menggelengkan kepalanya pertanda ia tak mau.

"Nah maka dari itu, perbaiki mulai dari sekarang, dan segera obati lukamu. Nanti kita akan pergi kerumah sakit untuk menjenguk adek." Kavindra segera berdiri dan meninggalkan Lucian sendirian di ruangan tersebut.

"Maafin kakak, Vindra." Ujarnya sambil memandang sendu punggung Kavindra yang telah menghilang dari balik pintu dan segera pergi dari sana untuk menemui kedua anaknya yang sedang mengobati Kala.

***

"Bundaa, kapan adek pulang?" Rengeknya kepada sang bunda setelah memakan bubur yang dibawakan oleh seorang suster sebagai makan malamnya.

"Nanti kalau adek udah sembuh, sekarang kamu sama mama dulu ya. Bunda mau pergi keluar sebentar, kamu mau titip apa?" Thala segera memandang kedua wanita tersebut secara bergantian.

Setelah perginya beberapa orang tadi, Tria sang mama segera memasuki ruang inap Thala dan berkenalan kembali.

"Nggak, adek nggak titip apa-apa, yang penting bunda cepet kembali aja. Ma sini deketan sama adek." Mama segera mendekati Thala dan duduk di kursi yang berada di samping ranjang tersebut.

"Yaudah bunda mau pergi dulu, adek jangan nakal ya sama mama." Thala yang mendengar ucapan tersebut memberengut kesal. "Adek nggak nakal ya, adek kan anak baik."

"Iya-iya, yaudah bunda pergi dulu. Cales aku titip anakku dulu ya." Bunda memang suka memanggil Calestria dengan panggilan cales, sedangkan yang lain Tria katanya biar ada bedanya.

"Kayak sama siapa aja il, yaudah sana buruan pergi. Nanti kalau nggak pergi-pergi jadi ketunda terus."

Ilana segera meninggalkan ruangan tersebut. "Mau mama kupasin buah?" Tawarnya kepada Thala.

"Nggak, adek mau tidur aja. Nanti elusin kepala adek ya ma biar cepat tidur."

"Iya, sekarang kamu penjamin mata. Mama akan temenin adek kok" mama segera mengusap rambut Thala dengan lembut dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya di pegang erat oleh Thala.

Calestria yang mendapat perlakuan tersebut merasa senang-senang saja, asal Thala tak merasa takut lagi. Katanya kalau dia memejamkan mata, bakal ada bayangan hitam yang mengganggunya, maka dari itu sedari tadi ia selalu terjaga meski matanya sudah mengantuk.

Karena tak kunjung-kunjung tidur, akhirnya Thala meminta mama untuk mengusap surai tersebut setelah bunda pergi.

*
*
Makasih yang sudah mampir jangan lupa vote dan komen.

AKSAKIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang