26. dream (1)

51 10 1
                                    

Thala terbangun dalam tidurnya. Saat akan keluar kamar, di ruang tamu lampu ruang tamu menyala.

Sebab jika ada tamu saja lampu tersebut di nyalakan. Thala dapat melihat sang ayah yang sedang menerima tamu. Tamu tersebut wajahnya seperti familiar di penglihatannya. Namun, Thala hanya acuh saja.

Tak sengaja Thala mendengar obrolan sang ayah dengan orang tersebut. Orang tersebut seorang pemuda laki-laki yang umurnya sekitaran berumur 17 tahun mungkin.

Dalam obrolan tersebut berisi. "Kau yakin akan menemuinya?" Ujar sang ayah menananyakan hal tersebut kepada pemuda tersebut.

"Iyaa, soalnya aku penasaran sekali dengan si lovi."

"Lovi yang kemarin pernah ke sini? Temennya adek? Kamu tertarik dengannya?''

''Mungkin. Nanti jangan lupa nonton tanding, sama memastikan temennya adek yang namanya lovi."

Thala yang mendengar panggilan untuknya di sebut-sebut merasa heran kenapa bawa-bawa dia. Padahal ia tak tahu lovi-lovi itu yang mana.

Setelahnya pemuda tersebut izin pergi, dan Thala segera melanjutkan jalannya untuk pergi ke dapur. Sang ayah yang melihat putrinya berjalan ke dapur segera menemuinya.

"Nanti mau ikut ayah nggak?" Tanyanya kepada Thala. Thala yang melihat hal tersebut merasa bingung, sebab kemarin-kemarin saat ia berbicara dengan ayahnya ia akan takut dan agak tersulut emosi, tapi ia tahan. Tapi ini? Seperti tidak terjadi apapun.

"Emangnya mau kemana?" Kerutnya bingung yang berarti tak mengerti.

"Mau nonton sepupumu, tanding katanya. Sama memastikan nama temenmu yang namanya lovi-lovi itu."

"Lovi siapa?"

"Ya nggak tau, mungkin nanti juga tau."

Tak lama sang ayah pergi, dan waktu yang tadinya sore telah berganti dengan langit malam.

"Adek, ayo. Udah di tunggu loh." Thala yang mendengar seruan sang ayah segera bersiap-siap dan pergi menuju lokasi.

Setelah sampai sang ayah mengedarkan pandangannya untuk mencari orang yang disebutnya sebagai keponakannya yang berarti sepupu dari Thala.

"Lagi nyari apa sih yah?" Tanyanya sambil ikut mengedarkan pandangannya.

"Lagi nyari sepupumu. Yaudah ayah parkir dulu motornya takut nggak kebagian tempat parkir. Sini lepas helmnya." Thala segera melepas helm tersebut dan di berikan kepada sang ayah. Setelah mendapatkan helm Thala ayah segera pergi dari sana untuk mencari lokasi parkir yang menurutnya pas.

Setelah selesai, ayah segerea menghampiri Thala yang sedari tadi berdiri di tempat yang sama.

Ternyata ayahnya mengajaknya ke tempat balapan sepeda motor. Thala yang mengetahui hal tersebut merasa shock, karena sang ayah gaul juga.

"Yah ngapain kesini?"

"Nonton sepupumu lah, ayok cari tempat duduk." Sang ayah menggandeng tangan Thala dan mengajaknya pergi untuk mencari bangku kosong.

Setelah menduduki bangku tersebut Thala mengedarkan pandangannya. "Yah dimana sih yang namanya lovi-lovi itu?"

"Nggak tau bentar ayah dapet telepon." Tak berselang lama telepon tersebut berakhir.

"Dia udah sama sepupumu." Thala segera memandang sang ayah.

"Yah masih lama?"

"Masih." Lalu tak jauh dari tempatnya duduk, ada dua orang pemuda yang sedari tadi menatapnya dan berdebat.

Sayup-sayup Thala mendengar suara pemuda tersebut.

"Gue ingin menemuinya." Tunjuk pemuda tersebut ke arah Thala.

AKSAKIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang