21. reckless

58 12 0
                                    

"Maafin ayah sayang, ayah harus melakukan hal ini." Pria paruh baya tersebut segera menyuntikkan cairan ke lengan sang anak yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit dengan di saksikan semua anggota keluarganya.

Sebelum kejadian tersebut, Flashback on.

"Kita harus menghapus ingatannya." Ujarnya kepada anggota keluarganya yang lain.

"Ga bisa gitu dong yah, efek sampingnya nanti bakal bahaya."

"Ayah jangan gegabah, benar kata Kala nanti adek bisa nggak ingat kita." Ya orang tersebut adalah keluarga Zamora.

"Ayah nggak butuh pendapat kamu."

"Vindra jangan gegabah, ini akan menyangkut keselamatannya juga. Kita nggak tau efek samping dari cairan tersebut."

"Kau meragukan ku kak?" Tanya Vindra ke arah sang kakak.

"Ya, pakai otakmu. Jika dia kenapa-kenapa gue yang akan hajar lu duluan" tekan Lucian geram akan pemikiran sang adik.

"Dia nggak akan kenapa-napa, kau tenang aja." Ujarnya menyakinkan sambil menggoyangkan botol cairan tersebut.

Setelahnya mereka semua meninggalkan Kavindra sendirian di ruangan tersebut.

Flashback off.

"Berapa lama dia akan tetap tertidur seperti itu?" Tanya Lucian yang tak sabaran.

"Kenapa kau menanyakannya padaku, tanya saja pada dokter." Jawabnya sinis setelahnya ia mendudukkan dirinya di kursi yang kosong di dalam ruang inap tersebut.

Setelah kemarin aksi kejar-kejaran yang berakhir Thala tumbang. Mereka semua langsung panik dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Karena banyaknya goresan, serta kesehatan fisik yang menurun menyebabkan tubuhnya mengalami  kehilangan kesadaran dan di nyatakan koma. Ntah itu lama ataupun tidak.

"Bang panggil dokter" perintah Tria kepada anaknya.

"Abang yang mana nih ma? Kala apa Lance?" Tanya Kala bingung.

"Dua-duanya juga ga apa. Sana cepat panggil."

"Nggak mencet tombol itu aja ma buat nggak ribet?" Tunjuknya ke arah tombol yang berada tak jauh dari pandangannya.

"Nggak usah, biar kalian berdua bisa keluar. Dari kemarin kalian di sini terus, ngga bosen apa? Oh iya kailan juga ikut sana." Perintah Tria kepada kedua anaknya dan keponakannya.

"Udah nggak usah khawatir, biar mama sama yang lain yang ngejaga adek" dengan langkah lunglai Kala berjalan di ikuti Kailan dan Lance.

"Jalanya jan loyo gitu, yang semangat dong. Masa anaknya bapak Vindra kek gitu sih." Ujar Kailan sambil merangkul bahu Kala.

"Gak usah kek gini, sana jauh-jauh. Geli tau nggak." Kala segera menghempas tangan tersebut dengan kasar.

"Ih kasar banget, awas loh nggak ada yang suka."

"Kata siapa ha? Gue tu yang pasti ganteng, royal, baik hati, dan tidak sombong tentunya. Ga kayak lu." Ujarnya bangga.

"Hilih, omong kosong. Kata-katamu seperti kata-kata buaya." Jawabnya dengan sinis.

"Mau keruang dokter apa berdebat?" Tanya Lance jengah kepada mereka berdua yang jarang akur sekalinya akur cuma beberapa menit setelahnya kayak Tom and Jerry lagi.

"Keruang dokter lah. Yok lah kal kita pergi berdua aja, tinggalin aja si kulkas yang cemburuan itu" ajak Kailan pergi meninggalkan Lance sendiri dan mengekori mereka berdua dari belakang.

Sedangkan di sisi lain, di alam bawah sadar seseorang.

Angin yang bertiup sepoi-sepoi menyeruak menghempas panasnya udara. Dengan suara gemericik air yang mengalir menenangkan.

Thala yang merasakan sepoian angin dan suara gemericik air masih enggan membuka matanya. Ia tampak nyaman dengan tidur beralaskan rerumputan nan hijau itu.

"Apakah kau enggan membuka mata untuk bertemu denganku?" Thala yang mendengar suara tersebut segera membuka matanya dengan perlahan untuk melihat siapa yang berbicara barusan.

Di depannya duduklah seorang pemuda, dengan manik mata yang berwarna hitam sama dengan surai rambut yang di milikinya.

"Siapa ya? Apakah kita kenal?"

Pemuda tersebut menjawab dengan anggukan. "Ya, kita adalah sama. Tetapi yang membedakannya aku hanyalah Atma tanpa Daksa yang akan menjadi Amerta."

"Maksudnya?" Tanya Thala bingung.

Pemuda tersebut terkekeh kecil. "Ternyata kamu nggak paham. Namaku Almos"

"Almos? Yang sering gue ajak bicara?"

"Iya, kamu yang sudah membuatku muncul. Mungkin sudah takdir, kamu merasa kesepian kan?"

"Iya, gue kesepian dan ntah mengapa gue nggak tau asal usulnya." Ujarnya sambil menundukkan kepalanya sambil memainkan rumput.

Pemuda tersebut berdehem pelan. "Bahasamu?"

"Eum, maaf"

"Tidak papa, aku akan selalu menemanimu. Jangan khawatir, aku akan selalu bersamamu. Tapi bila suatu saat nanti aku nggak muncul, jangan lupain aku ya?" Tatapnya dengan teduh.

"Kenapa mengatakan hal seperti itu?"

"Aku tidak tau, mungkin udah firasat. Boleh aku merebahkan kepalaku di atas lututmu?"

"Boleh" setelah mendapatkan izin dari Thala pemuda tersebut segera merebahkan kepalanya di atas lutut Thala.

Dengan refleks Thala mengelus surai hitam tersebut. Sambil memandang hamparan rumput serta langit biru yang nampak mendukung.

*
*
Jangan lupa vote dan komen makasih

AKSAKIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang