28. attention and hugs

40 10 0
                                    

"dek kenapa ngelamun?" Tanya sang bunda yang melihat Thala sedang melamun sambil duduk di anak tangga terakhir.

"Sini cerita sama bunda."

Thala yang mendengar suara bunda, segera memfokuskan perhatiannya. "Ya bun, ada apa?" Tanyanya.

"Adek ngapain tadi melamun, mau cerita sama bunda? Sini bunda dengerin." Tanyanya sambil menangkup kedua pipi Thala sambil berjongkok di depan Thala yang sedang duduk.

"Emang boleh?"

"Boleh dong, sini-sini peluk bunda dulu. Mau cerita di sini atau di mana? Bunda dengerin." Balasnya sambil memeluk Thala.

"Di kamar aja boleh?"

"Boleh, ayo bunda temenin."

Mereka berdua berjalan ke arah kamar yang di tuju. Sang bunda membukakan pintu kamar tersebut, setelah di buka penampakan kamar Thala cukup berantakan.

Bunda yang melihat hal tersebut hanya tersenyum. Sedangkan Thala yang melihat senyum bunda ketika melihat isi kamarnya seketika merasa tak enak.

"Maaf Bun, kamar adek berantakan."

"Iya, nggak papa. Nanti bisa di beresin kok. Adek tenang aja, nanti bunda bantu beresin."

Mereka berdua duduk lesehan di atas karpet yang berada di dalam kamar tersebut.

"Sini, cerita sama bunda."

Bukannya memulai bercerita, Thala malahan hanya memandang bunda. Bunda yang melihat putrinya yang sedari tadi memandangnya bunda segera bertanya.

"Ada apa adek? Nggak jadi cerita?"

"Jadii, cuma adek bingung mau mulai dari mana."

"Iyaa."

"Sini deketan sama Bunda."

"Adek mau peluk? Kalau adek nggak bisa cerita sekarang, adek bisa cerita nanti," bunda tersenyum untuk menyakinkan putrinya. "Mau peluk? Bunda bisa jadi sandaran buat keluh kesah adek."

"Sini peluk bunda," rentangan tangan tersebut di sambut baik oleh Thala. Thala segera memeluk bunda dengan erat dan tanpa terasa air matanya mengalir.

"Kalau mau nangis, nangis aja. Bunda nggak marah kok, bunda temenin. Bunda seneng adek bisa ngekspresikan diri adek, jangan kayak tadi yang diam aja sambil melamun."

"Bunda bangga punya adek sama Abang. Jangan merasa takut ya? Disini ada bunda," harap sang bunda agar putra dan putrinya dapat saling terbuka satu sama lain.

Thala yang mendengar penuturan sang bunda semakin mengeratkan pelukannya dan menangis sesenggukan.

Bunda yang mendengar Thala menangis membiarkannya meluapkan tangisan yang nampak di pendam agar Thala dapat rilex kembali.

"Dek, hpnya bunyi. Ada yang nelepon keknya."

" Hiks Bunda angkat aja," Thala mengurai pelukannya membiarkan sang bunda mengangkat hpnya yang berbunyi.

"Bentar ya, bunda angkat dulu"

"Halo, ada apa yah tumben nelepon?" Tanya bunda kepada ayah.

"Adek di mana, ayah bentar lagi akan pulang. Dia mau nitip nggak?''

"Bentar yah, ini hpnya ku berikan sama adek. Biar dia jawab sendiri." Bunda memberikan hp tersebut kepada Thala.

"A-ada apa yah?" Tanyanya dengan mengatur suaranya yang sehabis menangis.

"Lho dek, suaramu kok beda? Habis nangis?"

"Nggak, nggak nangis"

"Bohong yah, adek tadi habis nangis" ledek Bunda.

"Adek kenapa emangnya Bun?"

"Adek nggak papa, jangan dengerin bunda yah" sanggah Thala agar sang ayah tak mengejeknya karena menangis.

"Yakin? Kamu mau nitip apa? Ayah bentar lagi akan pulang"

"Terserah ayah, ayah ngomong aja sama bunda. Adek mau ke kamar mandi dulu." Thala segera menyerahkan hpnya ke bunda agar melanjutkan sambungan telepon tersebut dan segera berlari menuju ke kamar mandi.

"Halo Bun, masih nyambung kan?"

"Masih ada apa yah?" Bunda pergi dari kamar Thala dan berjalan memasuki kamarnya yang berada tepat di depan kamar putrinya.

"Adek enaknya di bawain apa biar dia senang. Ayah nggak mau lihat dia kayak sedih gitu, kayak kemarin dia ngelamun terus."

"Tadi bunda juga liat adek ngelamun lagi, trus bunda deketin. Bunda suruh cerita tapi dianya blom mau cerita," jawab bunda setelah mendudukkan dirinya di tepi kasur.

"Ayah bentar lagi pulang, tapi mau beli sesuatu biar adek senang. Kalau gitu teleponnya ayah matiin dulu Bun."

"Iya yah."

Sambungan telepon tersebut segera terputus. Bunda tenggelam dalam lamunannya.

Ia sedang memikirkan bagaimana cara agar Thala dapat terbuka dan berbagi cerita. Dia tak akan memaksa putrinya untuk melakukan hal yang tak di sukainya.

Dia juga tak akan memaksakan kehendaknya kepada Thala.

***
Haii, makasih buat yang sudah mampir dan vote di bab sebelumnya. Jangan lupa votmen di sini yaa. See you...

AKSAKIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang