pecah

240 28 0
                                        

hi, happy reading!

warn ⚠️ : harsh word

***

Azriel kesal karena sepatu putih barunya harus menjadi kotor akibat Jasson menumpahkan es krim coklat diatasnya. Sedari tadi Azriel hanya terdiam membisu tak menggubris permintaan maaf dari Jasson. Berkali-kali Jasson meminta maaf sampai Devano yang ada disebelahnya ikut menghela nafas lelah.

Azriel tidak dapat dibujuk dengan cara diiming-imingi sepatu baru sebagai pengganti. Toh, Azriel merupakan salah satu anak mampu di rusun ini yang sering gonta-ganti sepatu.

"Mas, kalau mbujuk tuh gak gitu. Biasanya mas Azriel minta apa sih?" Bisik Devano ikut kesal melihat Jasson hanya bisa merengek di depan Azriel yang bodo amatan. Seketika, Jasson langsung membuka matanya lebar.

"LAH IYA GAK DARI TADI YA?!"

"APASIH TERIAK-TERIAK?!" Balas Azriel tak kalah sengit. Mood baiknya pergi ke Dufan tadi seolah sirna akibat sepatunya kejatuhan es krim coklat tak berdosa dari makhluk aneh yang baru saja berteriak mengganggunya.

"Az, maafin gue. Gue janji gak bakal bikin lo marah lagi. Gue beliin lo seperangkat alat lukis deh, bebas lo mau pilih yang mana."

Azriel yang sedari tadi bermain piano kini mulai curi-curi pandang. Laki-laki itu berdehem sebelum berkata, "Gak usah kalau bohong."

Jual mahal dulu bro, ya kali langsung takis.

"Seriusan. Kalau libur lagi gue temenin lo beli deh." Jasson menggembungkan pipinya berharap Azriel mau memaafkannya.

"Gak deh, lo suka lupa." Dibalik punggungnya, Jasson berjalan mendekat membuat Azriel menyunggingkan garis miring di bibirnya. Tak bermaksud apa-apa, ia terlampau senang jika temannya adalah manusia peka.

"Yaudah deh sekarang, habis isya nanti minta antar mas mas yang lain kalo ada yang bisa. Gimana?"

Azriel berputar sembari menyugar rambutnya meski dengan wajah yang cukup datar. Jasson takut-takut jika Azriel tak mau memaafkannya karena laki-laki itu tak ada respon sama sekali.

"Gimana, Az?" Cicitnya pelan. Tak dapat dipungkiri, diamnya Azriel begitu menyeramkan. Jasson sudah kapok, ia takkan lagi membuat Azriel marah seperti ini.

"Akan gue pikirkan dulu. Lagi pula, alat lukis gue udah banyak."

Lantas Azriel berdiri, sengaja menubruk sedikit bahu Jasson yang kini menatapnya dengan tatapan memelas. Meruntuhkan kemarahan Azriel cukup sulit meski sebenarnya laki-laki itu saat ini sedang jual mahal. Memang benar mulutnya berkata tidak, tapi hatinya senang bukan kepalang karena alat lukisnya akan bertambah. Azriel bukannya jahat atau berniat memeras temannya, hanya saja Jasson memang perlu disadarkan agar tidak berbuat ceroboh.

Azriel melangkahkan kakinya keluar kamar. Laki-laki itu memberhentikan langkahnya dengan mata yang menatap ke arah dua saudara di depan balkon. Sepertinya mereka berdua sedang bercekcok.

"Julio adik mas juga, Kal. Gak perlu belain dia begitu, lo sayang gak sih sama dia?"

"Harusnya gue yang tanya gitu. Gak usah marah-marah ke Julio sampai segitunya. Kita ini apa sih di mata lo?" Haikal mengusap wajahnya dengan bibir yang terlihat bergetar.

Begitupula dengan Vazha yang langsung mengalihkan tatapan dari wajah adiknya. "Kalian adek gue, selamanya akan tetap begitu. Gue disini yang jadi pondasi buat gantiin mama papa. Salah kalau gue khawatir sama kalian berdua? Terlebih Julio yang sekarang udah berani ngerokok di belakang mas?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUSUN ALCHANA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang