sweet pea

244 40 0
                                    

"Mbak! Mas! Semuanya!"

Suara lengkingan dari Haikal memenuhi villa yang kini tengah ramai akan manusia. Satu-satunya yang menoleh pada teriakan itu adalah Saga dengan bibir yang sedang mengunyah anggur. Beberapa orang yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai tak sadar ada nada kepanikan pada panggilan Haikal tersebut.

"Kenapa?" Tanya Saga santai tak menunjukkan raut bingungnya.

"Mas, tolong bikin mereka dengerin gue. Ini urgent!" Haikal menggoyangkan tangan Saga, berharap laki-laki berkulit pucat itu mau membantunya.

Saga memakan satu anggur yang tersisa dengan anggukan yang ditujukan pada Haikal. Ia meregangkan otot tangannya sebentar sebelum mengambil satu gelas minuman di meja pantry bagian kirinya.

Haikal tersenyum pasrah. Bukannya membantu, Saga kini malah meneguk minumannya sampai tandas. "Ah elah, salah minta tolong nih gue. Semuanya tolong deng—"

Ucapan itu terpotong akibat suara pecahan yang cukup nyaring.

Haikal mengatupkan bibirnya rapat-rapat, begitupula dengan semua orang yang kini tengah menatap Saga. "Shut your mouth, everyone! Haikal mau ngomong."

Saga mengabaikan pecahan gelas yang ada di bawahnya. Meski begitu, ada dua pelayan yang dengan cekatan langsung membersihkan pecahan tersebut.

Nampak Haikal bergerak gelisah menyita seluruh atensi yang lainnya. "Tolong, mbak Jenneta..."

Alisya bergerak sedikit dengan air muka yang khawatir setelah melihat ada getaran panik dari ucapan Haikal. Ia tak ingin berspekulasi yang tidak-tidak mengenai sahabatnya tersebut. Ia cukup diam, memberikan waktu agar Haikal bisa melanjutkan ucapannya.

Jonathan yang geram pun akhirnya mendekati Haikal dan memegang kedua pundak laki-laki itu. "Ngomong yang jelas, Haikal."

"Kal, ada apa?" Tak hanya Jonathan, nyatanya Vazha juga kelimpungan melihat adiknya dengan raut panik seperti ini.

"Mas Jordan lagi bantuin mbak Jenneta yang tenggelam di pantai." Lirihan itu, berhasil membuat semuanya tertegun. Terlebih para wanita yang langsung berteriak histeris kemudian menyusul ke arah pantai.

Entah apa yang telah terjadi pada kedua pasangan yang tak berstatus pasti itu. Alisya menggandeng erat tangan Roshita yang sudah menangis membayangkan bagaimana keadaan Jenneta. Ia ingat dengan jelas, Jenneta tak bisa berenang.

Semuanya berlarian ke arah pantai dengan tergesa. Hanya Cheva yang kini sibuk menghubungi tenaga medis untuk datang ke villa ini dengan cepat. Jenneta benar-benar butuh bantuan.

Setelah itu, dengan lemas Cheva memasukkan ponselnya dan ikut berlari menyusul rombongan yang sepertinya sudah sampai di tepi pantai.

Semua kaki berhenti melangkah.

Raut bingung, khawatir, dan panik tadi meluap begitu saja ketika mereka malah menatap si cantik Jenneta berdiri membawa bunga tulip ditangannya.

"Omg, Jen! Are you okay?" Jia mendekat dan membawa sahabatnya itu ke dalam pelukannya. Jenneta menggelang pelan lalu ikut membalas pelukan tersebut.

"Mbak jenneta..." Panggil Roshita pelan dengan tangan yang sibuk mengusap air matanya. "Aku khawatir mbak."

"Maaf."

Semua orang nampak kesal karena Jenneta membohongi mereka. Berarti, Haikal pun termasuk dalam drama tersebut. Semua orang kini menatap ke arah Haikal dengan sengit.

"Gue gak bohong, sumpah. Mas Jordan tadi teriak!"

Suara tepuk tangan dari Jordan membuat puluhan orang tersebut menoleh. Mereka bahkan baru menyadari jika di sebelah kanan sisi pantai terdapat beberapa kain karpet yang di gelar. Juga ada api unggun yang menemani di sore hari yang cerah ini.

RUSUN ALCHANA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang