Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
hola beaches! ***
Hawa sejuk pantai dapat menjadi alasan kerinduan bagi seluruh manusia. Tak terkecuali Jia yang notabennya adalah seorang ibu hamil.
Pengaruh hormon bayi membuat Jia merasa begitu ingin pergi ke tempat berangin di tepi laut itu.
Jonathan jadi pusing karena permintaan mendadak Jia siang ini. Tidak biasanya Jia meminta sesuatu yang begitu membuat Jonathan kerepotan seperti sekarang.
"Sayang...." nada merengek terdengar dari mulut Jonathan. Lain halnya dengan Jia, Jonathan tidak begitu menyukai pantai. Ia memiliki kenangan buruk tentang tempat damai penuh angin itu.
"Udah ya mas Jon, Jia nggak mau tau, pokoknya kita harus ke pantai. Kalau mas Jon nggak mau pergi, yaudah biar aku ajak orang lain aja deh." niat Jia sudah bulat. Tekadnya sangat kuat untuk mengunjungi pantai.
Akan tetapi, masalah lainnya yang dipikirkan oleh Jonathan saat ini adalah, jarak pantai yang terdekat dari rusun adalah sekitar 80 km jauhnya.
"Ya jangan gitu dong sayang, mas bukannya nggak mau loh. Cuma kan kamu lagi hamil muda, enggak baik Jia kalau pergi sejauh itu." Jonathan berusaha menjelaskan posisi Jia yang juga menjadi bahan pertimbangannya.
Jia itu sudah memiliki jiwa mendominasi, apalagi semenjak kehamilan, jiwa itu berkembang semakin pesat.
Bibir Jia mulai ditekuk ke bawah, ia mencoba menahan tangisan yang akan keluar. "Aku cuma pengin ke pantai loh mas Jon..." — Ah, Jonathan benci situasi seperti ini.
Dia sangat tidak senang bila Jia sampai meneteskan air mata kesedihan. Menurutnya, itu hukumnya haram. Karena selama ia hidup, Jia harus selalu bahagia, bagaimana pun caranya.
"Oke fine. Kita ke pantai hari ini. Tapi, nggak boleh nginep loh ya."
Jia masih terus manyun. "Ih mas, di pantai itu ada hotelnya kok. Nginep sehari doang aja lah, mas sayang. Nginep ya? Nginep ya? Ayo dong sayang." namanya juga Jia, kalau belum mendapatkan apa yang dia inginkan sepenuhnya, pasti selalu mencari jalan lain.
Jonathan mengusak rambutnya gusar, semakin pening saja kepalanya ini. Punya istri cantik gini memang susah, kalau tidak dituruti kemauannya, pasti jurus andalannya dikeluarkan. "Udah deh kumat emang, nggak bisa aku kalau diginiin. Ada syarat deh kalau gitu."
Jia mengangguk semangat. "Boleh, apa tuh?"
Jonathan tersenyum penuh arti. Membuat Jia sedikit khawatir. "Suaminya minta kelon dulu dong, satu jam aja lah. Gimana?"