Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Dapat nilai berapa ulangan matematika kemarin?"
"Dikit."
"Berapa?"
"80."
Betapa Haidar ingin sekali mencakar wajah Julio di hadapannya. Tak hanya Haidar, Devano juga rasanya ingin menonjok wajah datar Julio tersebut. Entah memang merendah atau asli sombong, yang jelas ucapan Julio mengenai nilainya benar-benar halal untuk dihajar.
Hugo yang menyaksikan pertengkaran mereka sembari memakan es lilin ditangannya hanya tertawa pelan. Begitupula dengan Jino yang langsung menertawakan wajah masam Haidar karena partner in crime-nya itu berbeda nilai dengannya.
"Kok lo malah 80 sih? Gak solid banget jadi sahabat."
Julio mendengus kesal lalu menaikkan sarungnya yang melorot. Mereka semua baru saja sholat Maghrib bersama di mushola dekat rusun. "Apa-apa masa harus sama? Lagian siapa suruh punya otak gak dipake?"
Azriel menatap Julio, kemudian memberikan dua jari jempolnya pada laki-laki itu. Senyuman manis tercetak jelas bersamaan dengan pipinya yang berlubang "Bagus. Gitu dong dapet nilai 80."
"Halah, Az kaya situ dapet nilai bagus aja." Jasson melirik tak suka pada Azriel.
"Kata mama gue, selagi diatas 50 itu bagus. Lagipula gue gak pernah tuh dapet nilai 45 kaya Haidar. Sorry sorry aja."
Jelas sekali Haidar tidak suka jika nilainya di rendahkan seperti itu. Apalagi sampai dibanding-bandingkan. Martabatnya serasa di rendahkan, coy! Haidar sih tidak peduli asal nilainya itu hasil kerja kerasnya sendiri. Daripada harus menyontek tapi masih dapat nilai rendah? Udah bodoh makin keliatan bodoh. Tapi kalau sudah diejek begini, ia juga merasa tidak enak hati.
Pokoknya Haidar pundung !
Gak mungkin banget adiknya Alisya yang cantiknya mengalahkan dewi Yunani si primadona seantero rusun dan universitasnya itu mendapat nilai matematika 45. Apa kata dunia kalau mbaknya sesempurna itu tapi adiknya malah begini?
Harusnya Haidar bersyukur sih karena tadi ada teman kelasnya yang mendapat nilai 20. Tapi rasanya Haidar tak bisa berbangga diri. Dia sebenarnya tidak apa-apa mendapat nilai rendah, pokok ada temannya. Namun kali ini, ia tidak ada teman yang mendapat nilai 45.
"Gakpapa, Dar. 45 kan mencerminkan tahun kemerdekaan Indonesia. Harusnya lo itu bangga." Yardan menyenggol Haidar yang masih diam karena nilainya dijadikan bahan ejekan.
Julio yang sadar langsung menepuk pundak sahabatnya itu. "Gak usah galau gitu, sat. Makanya lain kali belajar, bukan nonton yang aneh-aneh."