namanya juga cinta

238 52 11
                                    

hehe kangen nggak?
***

"Sya, hari ini ada promo tiket bioskop loh, beli dua gratis satu." ujar Roshita sembari mengunyah sepotong roti dengan mentega di tangannya.

Alisya melirik sebentar, kemudian lanjut menyetrika bajunya untuk pertemuan dengan seseorang besok. "Sampai kapan, Chi promonya?" tanya Alisya, netranya masih fokus pada dress yang ada di depannya.

Roshita menggulirkan laman yang ada pada gawainya, ia berusaha mencari informasi tentang promo tiket tersebut. "Lah. Hari ini terakhir, Sya."

Alisya sekarang menatap arloji yang tergantung tepat diatas pintu kamarnya. Jarum sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Cukup larut untuk menonton sebuah film.

"Coba kamu cek yang midnight adanya jam berapa aja? Aku udah lama sih enggak nonton." ungkap Alisya. Ia baru ingat bahwa terakhir kali ia ke bioskop sekitar enam bulan lalu.

Roshita menuruti perkataan Alisya, dia kembali mencari. "By the way, ini kita mau nonton film apa?"

"Mana aja deh, Chi. Yang penting mah nonton." sembari berucap, tangan Alisya masih aktif memasangkan hanger pada dress berwarna salem miliknya.

"Itu dress buat ngapain, Sya?" Roshita ikut penasaran, pasal-nya sedari tadi Alisya tampak kebingungan memilih baju.

"Biasa, acara rutin bulanan. Mbak Jen, sama mbak Jia diajak enggak?" Alisya mengubah topik mereka karena pada dasarnya Roshita juga mengerti apa maksudnya.

"Mbak Jen lagi keluar tadi, katanya ada rapat organisasi. Kalau mbak Jia, enggak tahu ya, soalnya lagi hamil gitu emang bakalan diizinin sama mas Jonathan?"

Alisya cukup terkejut mendengar Jenneta pergi untuk mengikuti rapat organisasi karena yang ia ketahui bahwa Jenneta mengikut organisasi hanya karena paksaan orang tuanya, itu saja. Jenneta selalu menjauhi apapun yang berhubungan dengan organisasi di kampusnya.

"Kok bisa ikut rapat ya dia. Iya juga sih, tapi kita ajak dulu kalau enggak boleh baru pergi sendiri aja. Sekalian ajak, mbak Iris, mbak Wina, mbak Joya, mbak Sela, sama Yura deh, Chi. Biar rame." tambah Alisya. Seru rasanya bila menonton film dimalam hari bersama-sama.

Roshita hanya mengangguk. "Kita nonton film action aja ya? Adanya ini doang yang enggak terlalu malam. Jam delapan lebih lima belas."

Alisya mengangguk menyetujui usulan Roshita. "Oke, Chi."

Sekarang mereka berdua berniat menyiapkan mobil untuk pergi. Namun, sebelum itu yang dilakukan adalah mengirim pesan pada nama-nama yang telah diucapkan tadi.

Kini Alisya dan Roshita berjalan mengedari lorong, melewati beberapa rumah yang ada disana. Hingga mereka bertemu dengan segerombolan pria yang sedang bermain kartu uno.

Ada Jeffry, Vazha, Jayden, Wildan, Teo, Saga, Tara, dan Tio.

Beberapa diantara mereka wajahnya sudah dipenuhi lip cream. Entah darimana mereka mendapatkan barang yang dominan dimiliki oleh para wanita itu.

Yang Alisya tahu hanyalah wajah mereka terlihat begitu lucu. Hingga timbul gelak tawa dari kedua wanita itu.

"Masyaallah." ucap para pria dengan kompak.

Begitu indah ciptaan Tuhan hingga mata itu tidak bisa berhenti terpukau meski telah melihat figur ini berhari-hari.

Andai saja ada fitur fotocopy manusia, pasti bahagia semua lelaki di rusun alchana ini.

"Mau kemana kalian berdua malem-malem gini?" tanya Jeffry. Ia penasaran kenapa dua wanita ini berpakaian rapi di malam hari.

Roshita menyodorkan ponselnya yang menunjukkan promo tiket beli dua gratis satu tadi. "Malem gini kalian mau nonton? Cuma berdua?" kali ini Tio yang bersuara.

RUSUN ALCHANA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang