Bab 36 💐

29.4K 1.4K 31
                                    

🌷HAPPY READING🌷

Siang ini Vania sibuk menjaga dan bermain dengan Axel, bayi itu sering kali menangis jadi Vania harus ekstra sabar.

Berbeda dengan Asta yang sibuk mengurus administrasi karena Axel diperbolehkan pulang besok pagi.

"Anak mama laper yah, dari tadi nangis mulu." ucap Vania seolah berbicara dengan Axel yang berada di gendongannya.

Dengan perlahan wanita itu duduk di salah satu kursi kemudian mulai menyusui Axel.

Bayi itu menyusu dengan sangat lahap, sepertinya ia memang menangis karena haus.

"Ututut pelan-pelan aja sayang, gak ada yang ambi kok hehe." ucap Vania terkekeh.

Ceklek

Suara gagang pintu ruangan itu terbuka menandakan Asta baru saja kembali dari tempat pembayaran.

"Laper dia?" tanya Asta mendekat.

"Hm, kamu gak beli makan siang?" tanya Vania tanpa menatap wajah suaminya itu.

"Mau dibeliin apa?"

"Apa yah, aku pengen makan burger, tiba-tiba pengen makan itu."

Asta menatap penuh tanda tanya, apakah wanitanya ini sedang mengidam? Apakah Axel akan mempunyai adik? Pikir Asta.

"Kamu hamil?" tebak Asta.

"Heh! Sembarangan, ngurus gue sama Axel aja lo udah kesusahan!" ketus Vania jengkel.

Memangnya Asta pikir hamil gampang dan enak? Luka yang ia terima setelah melahirkan Axel saja belum sembuh. Dan Asta sudah berpikir untuk menambah personil? Yang benar saja.

Vania selalu mengonsumsi bahkan telah melakukan suntik KB, berjaga-jaga jangan sampai ia kembali hamil saat Axel masih bayi seperti ini, setidaknya sampai Axel umur lima tahun lah.

Asta tersenyum sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

"Maaf sayang, yaudah aku pergi beli dulu. Minumannya cola aja?"

"Gak, gue mau minuman Starbucks,"

"Siap sayang, walaupun aku makan nasi garam aja yang penting kamu bisa makan McD sama Starbucks gakpapa yang."

"Oke kalo gitu setiap hari yah, beliin gue minuman di Starbucks, gue kangen masa-masa kejayaan gue dulu."

"Anjir gak gitu juga cokk!" batin Asta langsung ketar-ketir.

Bisa-bisa ia benar-benar bangkrut kalau menuruti permintaan Vania itu setiap hari. Apalagi biaya apartemen mereka perbulan saja sudah lumayan mahal.

***

Elisa gadis berusia delapan belas tahun itu berjalan di koridor rumah sakit.

Ia datang untuk menjenguk salah satu temannya yang baru saja selesai melahirkan.

Dan tanpa disengaja Elisa kembali bertemu dengan pemuda yang ia kagumi semenjak pandangan pertama.

"Eh itu Asta kan, yaampun ganteng banget dari cara jalannya aja, astaga jodoh banget ini sehari udah dua kali ketemu." monolog Elisa yang melihat Asta berjalan dari arah berlawanan dengan langkah besarnya.

Elisa pura-pura tak melihat, tetapi saat sudah dekat Elisa langsung menyapanya.

"Eh, kamu yang di toko tadi kan? Asta ya? Wah ketemu lagi, kayanya kita beneran jodoh deh." ucap Elisa malu-malu.

Asta menyerit tak mengerti apa yang dibicarakan gadis disampingnya ini, Asta tak mau menghiraukan dan hendak berjalan kembali sebelum Elisa kembali menahan lengannya.

"Eh bentar dulu dong, kamu ingat aku gak? Yang bantuin kamu nyariin baju bayi tadi, inget gak?"

"Masa udah lupa sih, padahal tadi pagi baru ketemu!" jelas Elisa sedikit kesal.

Asta berpikir sejenak,

"Ouh iya-iya, makasih udah bantuin gue tadi."

"Ah iya sama-sama As," balas Elisa tersenyum.

Dan tanpa keduanya sadari seseorang datang mendekati mereka.

"Oh jadi lo beli makanan ples kenalan sama cewe?" tanya orang itu dengan nada judesnya.

Asta melotot melihat siapa orang yang datang itu, siapa lagi kalau bukan Vania.

"Gak Van, dia yang bantuin gue nyari baju bayi tadi. Trus gak sengaja ketemu lagi disini." jelas Asta jujur.

Elisa menatap kedua orang itu, kemudian bertanya.

"Kamu siapanya Asta?" tanya Elisa pada Vania.

Vania memutar bola matanya, malas sekali mendengar pertanyaan itu. Apakah ini Jehan part dua? Batin Vania.

"Gue istrinya, kenapa? Lo mau jadi selingkuhan Asta?" ketus Vania.

Mendengar nada bicara Vania, membuat Elisa takut. Ternyata ia salah target, malah menyukai suami orang.

"E-em maaf kak, aku kira Asta masih singel. Ternyata udah punya istri sekali lagi aku minta maaf kak." ucap Elisa gugub kemudian mengambil tangan Vania untuk menyalaminya lalu dengan segera berlari menjauh.

Ternyata skil Vania dalam hal mem-bully masih oke juga, sampai gadis tadi langsung lari terbirit-birit padahal Vania belum melakukan apa-apa.

"Van maaf aku tadi mau langsung ke ruangan, tapi dia yang nahan aku." maaf Asta.

Vania tidak membalas lalu menarik makanan serta minuman yang ada di dalam kantong genggaman Asta.

"Hm kali ini gue maafin, kalau sampe gue dapat kaya gini lagi. Jangan harap lo bisa tidur sama gue!" ancam Vania

Cup

Kecup Asta di bibir Vania dengan singkat, memang tidak tau tempat untuk saja koridor saat ini sedang sepi.

"Makasih Van."

"Kebiasaan!" tegur Vania sambil menghapus bekas ciuman Asta.

Asta memang sering mengecup Vania, entah itu di rumah atau di rumah Martha. Bahkan pernah di tempat perbelanjaan.

Kadang Vania senang karena orang-orang tau jika Asta sudah ada yang punya, tapi juga kesal saat Asta mengecupnya berulang kali.

***

ASTA & Bad Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang