Bab 40 💐

28.6K 1.2K 41
                                    

🌷HAPPY READING🌷

Sekitar pukul sebelas malam, rumah kediaman Martha sudah sepi karena orang-orang sudah kembali ke rumah masing-masing dan Axel orang yang berhari ulang tahun sudah terlelap tidur.

Sedangkan Vania dan Asta masih terjaga, dengan Vania yang memeluk lengan Asta.

"Kamu kenapa hm? Cerita sini ada apa," bisik Asta yang mengusap surai Vania dengan lembut.

"Aku ketemu Jehan tadi....."

Asta sedikit kaget mendengar nama Jehan, tapi dengan cepat ia mengubah ekspresinya menjadi lebih tenang.

"Terus kenapa? Dia yang buat kamu kaya gini? Coba cerita dia apain kamu,"

"Iyaa, tapi dia gak ngapa-ngapain aku malahan dia bantuin aku bayar di kasir,"

"Kenapa kamu gak bayar? Uangnya gak cukup?"

"Iyaa kurang, terus dia nerobos dia bilang nanti Jehan yang bayar, katanya hadia ulang tahun buat Axel,"

"Oalah bagus dong, dia niat baik buat bantuin kamu. Nanti kalo pergi belanja lagi bareng aku, biar nanti aku yang bayarin, biar gak kaya tadi." 

"Terus kamu kenapa jadi murung gitu? Mikirin apa?"

Vania menghela nafasnya berat,

"Aku takut Jehan ngambil kamu," cicit Vania mengeratkan pelukannya pada lengan Asta.

Asta yang mendengar itu terkekeh pelan.

"Gak mungkin lah sayang, aku kan udah cinta banget sama kamu apalagi ada Axel yang gemes kaya kamu,"

"Kan di dunia ini ga ada yang gak mungkin, bisa aja kan Jehan jadi baik terus sama aku dan Axel dan lama-kelamaan kamu jadi suka lagi sama dia, terus kamu ninggalin aku dan bawa Axel pergi sama Jehan!" ucap Vania panjang lebar dengan sedikit kesal.

"Gak mungkin sayang, aku bakalan tetap di sini  nemenin kamu sampai selama-lamannya."

"Udah gak usah banyak mikir besok kita ke panti asuhan nanti kamu ngantuk lagi gara-gara gak tidur." lanjut Asta.

"Iya-iyaa,"

Setelah itu Vania dan Asta mulai masuk ke dalam mimpinya masing-masing.

***

Sesuai yang direncanakan hari ini mereka berlima akan pergi ke panti asuhan.

Untuk merayakan ulang tahun Axel di sana, beberapa hadia Vania sudah bungkus untuk dibagikan pada anak-anak di panti asuhan.

"Semuanya udah siap? Makanan udah di taro di mobil?" tanya Martha yang sedang membuat susu untuk Axel.

"Udah ma, udah di taro semua tinggal kue ulang tahunnya mau aku potong-potong dulu," jawab Vania, karena semalam kue ulang tahun Axel banyak tersisa jadi Vania berinisiatif akan membagikan kue ulang tahun itu ke orang-orang di jalan nanti saat akan menuju panti.

"Anak papa ganteng banget sih," ucap Asta yang menemani Axel bermain Lego di ruang tamu.

"Pa pa pa papa," panggil Axel mencoba berdiri,

Asta dengan sigap langsung membantu,

"Ouhh anak papa mau berdiri, sini papa bantu."

Axel mulai berdiri sambil memegang meja kemudian berjalan mengelilingi meja, karena badannya belum bisa mengimbangi sehingga Axel harus memegang sesuatu untuk bantuannya berjalan.

Setelah semua selesai dikemas, mereka langsung pergi ke panti asuhan.

Semua yang ada di panti senang melihat kedatangan mereka.

Banyak anak-anak di sana memuji kegemasan yang Axel miliki.

Sampai-sampai mereka meminta untuk menggendong Axel.

***

Diperjalanan pulang Martha dan suaminya tidak bersama lagi dengan mereka.

Karena keduanya memiliki urusan jadi memilih untuk pergi menaiki taxi sedangkan Asta dan Vania beserta Axel membawa pulang mobil.

"Kita ke RSJ dulu As aku mau jengukin mama," pinta Vania yang mulai rindu dengan ibunya.

Asta mengangguk dan langsung tancap gas menuju RSJ yang Vania masuk.

Axel masih tertidur di dalam mobil sehingga Asta yang menjaganya dan hanya Vania yang bisa masuk untuk menjenguk.

Vania berdiri di depan sebuah ruangan yang berjendela kaca, menatap ibunya yang sedang duduk menatap ke depan dengan tatapan kosong.

Tanpa Vania sadari kedua matanya mulai mengeluarkan cairan bening.

"Ma, Vania kangen, andai aja dulu nenek lampir itu gak datang ke kehidupan kita, pasti mama bakalan baik-baik aja," monolog Vania.

"Mama sekarang udah punya cucu namanya Axel dia gemes banget mah," lanjut Vania dengan air mata yang terus mengalir.

"Mama cepat sembuh ya, biar bisa liat anak akuaku."

Seorang suster datang menghampiri dan mengajak Vania untuk bertemu langsung dengan ibunya.

Vania kembali menangis saat melihat kondisi ibunya dari jarak dekat, dengan tangan yang terikat.

Suster berkata jika ibunya sering menjambak rambutnya jadilah tangan kurus itu diikat.

Vania langsung memeluk ibunya dengan erat walaupun sang ibu memberontak tak ingin di peluk.

"Kamu siapa hah! Jangan dekat-dekat! Hih manusia laknat jahanam, pergi sana kamu itu gilaaa dasar gilaaa," ibu Vania mulai berkata tidak jelas sehingga suster menyuruh Vania untuk kembali keluar.

Vania teringat, jika ucapan ibunya itu adalah ucapan saat pertama kali mendapati ayahnya berselingkuh. Vania mencoba meredam emosinya sebelum kembali ke mobil, ia harus kembali terlihat baik-baik saja, ia tidak ingin membuat Asta khawatir dan bertanya-tanya.

***

Pagi ini Vania dan Asta membawa Axel untuk memeriksa telinganya sekaligus memasang alat bantu dengar untuk Axel.

"Dok, um anak saya bisa ngomong kan nanti?" tanya Vania sedikit ragu.

"Bisa, asal kalian rutin buat ajak dan latih Axel untuk berbicara," jelas dokter itu.

Asta dan Vania mengangguk lega.

"Makasih dok," ucap Asta, saat ini ia sedang menggendong Axel yang sudah tertidur.

Karena saat akan memasang alat bantu dengar tadi Axel ketakutan dan berujung menangis histeris hingga terlelap karena kelelahan.

***

ASTA & Bad Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang