Bab 10 💐

77.8K 3.1K 20
                                    

🌷HAPPY READING🌷

Nessa menarik tangan Vania dan membawanya ke kamar mandi sekolah bersama Amel, lalu menyodorkan satu testpack kehamilan.

Mata Vania langsung membulat, apa tubuhnya sudah membesar sampai Nessa mengetahui kalau dirinya hamil. Tetapi kemungkinan saat ini perutnya masih sekitar 4-5  Minggu.

"Apasih Ness, ngapain lo ngasih gue kaya gini! Lo nuduh gue hamil?" Vania bertanya sambil memasang wajah pura-pura tidak mengerti.

"Buruan cek, gue pengen tahu temen gue ini hamil atau gak, buruan!" desak Nessa sudah tak sabar.

"Lo nuduh gue hamil? Lo gila yah Ness, gue hamil sama siapa? hahaha gak usah aneh-aneh deh," balas Vania sambil tertawa aneh seperti seseorang yang takut rahasianya terbongkar.

"Buruan cek, gak usah banyak ngomong," balas Nessa dengan nada dingin, wajahnya terlihat menakutkan sekarang.

Vania berdecak sebelum masuk ke dalam WC untuk mencoba benda kecil dan panjang itu. Vania sudah pasrah jika teman-temannya mengetahui dirinya hamil, toh sekarang ia tidak bisa mencari alasan lagi untuk menyembunyikan tentang kehamilannya mungkin ini waktu yang tepat untuk mereka tahu.

Vania keluar lalu menyodorkan alat tes yang berisi tanda dua garis merah itu pada Nessa.

"Hah, kamu beneran hamil Van!" Amel sedikit berteriak kaget, saat melihat alat itu menunjukan jika Vania benar-benar hamil.

"Diam bangsat! Nanti orang denger," maki Vania sambil melirik sekitar yang untungnya sudah sepi.

Karena pembelajaran masih berlangsung, dan mereka bertiga izin keluar hanya untuk mengecek kehamilan Vania.

Nessa menutup mulutnya tak percaya sambil memegang alat tes kehamilan yang baru saja Vania berikan.

Plak'

Tangan Nessa terangkat dan tanpa rasa segan ia menampar pipi sahabatnya itu, seumur-umur mereka berteman Nessa sama sekali tidak pernah menamparnya tapi kali ini Nessa melakukannya, gadis itu benar-benar kecewa.

"Aw, sakit njing!" umpat Vania sambil memegang pipinya yang  berbekas karena tamparan Nessa.

"Lo beneran gila Van! Gue gak nyangka lo bakal kaya gini, perjalanan kita masih panjang otak lo udah pindah ke dengkul hah?!" bentak Nessa, matanya memerah bahkan sudah berkaca-kaca. Nessa terlihat bener-benar kecewa.

"Lo gak tau apa-apa Ness! Gue juga lakuin itu karena ada sebabnya," jawab Vania membela diri.

"Sebab apa hah? karena lo stres diusir bokap lo? Dan lo pikir yang lo lakuin itu udah bener? Lo emang gak mikir panjang, kedepannya mau gimana?! Jangan dibutakan cinta deh, lo jadi orang tolol tau gak."

Nessa berbicara dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Nessa adalah tipe sahabat yang terlihat seperti tidak peduli, padahal dia lah orang pertama yang sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada sahabat-sahabatnya.

"Ini cuman masalah sepele Ness! gue bisa gugurin dan semua bakal kembali kaya semula, gak usah terlalu dipermasalahkan deh."

Plak'

Tamparan kedua kembali Nessa layangkan di pipi Vania.

"Apa Lo bilang gugurin? Jangan harap setelah lo gugurin tu anak gue masih mau temenan sama lo!"

"Jangan jadi pengecut! Hidup lo udah penuh dosa karena perbuatan lo yang suka bully orang, jangan sampe lo juga jadi pembunuh."  Nessa berkata dengan penuh penekanan berharap Vania sadar apa yang akan ia lakukan itu sangat lah salah.

Nessa tau jika ia juga dipenuhi dosa karena suka membully tapi kali ini, ia tidak habis pikir kalau Vania akan berpikir ke sana.

Menurut Nessa berani berbuat harus berani bertanggung jawab, selama ini mereka sering masuk ke ruang BK karena mereka menerima sangksi atas perbuatan nakal mereka.

Setelah berucap sepeti itu Nessa langsung menarik tangan Amel yang sejak tadi hanya bisa diam menyimak perdebatan kedua sahabatnya.

Vania terdiam kaku mendengar kalimat terakhir Nessa yang begitu menohok hati, benar dirinya telah banyak berbuat dosa, tapi Vania melakukan semua itu karena dirinya merasa kesepian dan ia membutuhkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya.

Tak ada yang peduli pada Vania selain sahabat-sahabatnya itu, tapi kalau sudah begini Vania tidak tahu akan lari pulang entah kemana lagi.

***

Bukk

Tanpa berkata apa-apa Nessa datang dan langsung memberi bogeman pada pipi Asta yang saat ini sedang duduk sendirian di taman belakang sekolah.

"Vania hamil dan itu semua karena lo kan!" hardik Nessa memegang kerak baju Asta tanpa rasa takut.

Asta berusaha melepaskan tangan Nessa lalu berdiri, mensejajarkan tubuhnya dengan gadis yang sedikit pendek di depannya itu.

"Maksud lo apa tiba-tiba datang trus mukulin gue kaya gitu, gue gak tahu kalo Vania hamil, gue bilang jangan fitnah!" bantah Asta kesal.

"Gak usah bohong, Vania udah jujur ke gue."

"Bukan salah gue kalo dia hamil, dia sendiri yang nyerahin dirinya kaya orang murahan ke gue," sentak Asta kembali merapikan kerak bajunya.

"Lo tau gak, Vania berniat buat gugurin kandungannya, enak yah habis ngelakuin gak mau tanggung jawab, siap-siap merasa bersalah seumur hidup!" tutur Nessa sambil menggelengkan kepalanya.

"Ah iya satu lagi, Asta yang orang kenal bukan seorang pengecut apalagi pembunuh!" tambah Nessa sebelum pergi.

Asta mematung, padahal ia sudah membuat keputusan jika terjadi sesuatu pada Vania ia tetap tidak akan mau bertanggung jawab.

Tetapi perkataan Nessa barusan membuat Asta berubah pikiran, tiba-tiba ia merasa perasaan aneh mendengar jika Vania akan menggugurkan anak mereka.

"Gue harus gimana, tapi Jehanm" monolog Asta.

"Akkkhhh!" teriak Asta sambil menjambak rambutnya sendiri,

Jika saja saat itu Asta tidak termakan oleh hawa napsu mungkin hidupnya akan baik-baik saja dan yang pasti semua ini tidak akan terjadi.

***

Follow ig💌
@asta_alxsndr
@vania.feb
@nessa.wil
@rend.i

ASTA & Bad Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang