Bab 21 💐

63.5K 3.2K 143
                                    

⚠️Cerita ini hanya ada di wattpad, selain itu berarti plagiat, tolong bantu laporkan⚠️

🌷SELAMAT MEMBACA🌷

Dua puluh menit berlalu sejak kepergian Asta, Vania hanya bisa mondar-mandir di kamarnya.

Vania tidak bisa tidur, dirinya ingin keluar jalan-jalan. Tetapi gadis itu juga takut bertemu dengan suaminya di luar sana.

"Duhh boring banget, ck ngapain yah," gumam Vania gelisah karena rasa bosannya.

"Kira-kira kalo gue ngajak Amel keluar, dia mau gak yah," pikir Vania, kemudian gadis itu langsung mencoba menghubungi Amel.

Amel mengangkat telepon Vania, kemudian Amel langsung menyetujui ajakan gadis itu.

"Ututut gue gak sabar deh liat perut lo gede," ucap Amel sambil mengendarai mobilnya.

Saat ini Vania dan Amel sudah berada di mobil, dengan tujuan yang entah akan pergi kemana.

"Cih," balas Vania berdecih mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Tujuan kita mau kemana Van, kebetulan bokap baru isi bensin full nih."

"Terserah deh, muter-muter aja dulu."

Amel mengangguk menyetujui.

***

Beralih dimana saat ini Asta sudah berada di tempat balapan bersama Jehan.

"We, bro kirain gaj jadi dateng," sapa Devan basa-basi.

Asta hanya membalas dengan cengiran, berbeda dengan Jehan yang berada di belakang Asta.

Gadis itu tersenyum malu-malu, karena tidak terbiasa berada di tempat seperti ini. Ditambah dirinya hanyalah adik kelas biasa.

"Bareng siapa nih?" tanya Devan setelah melirik kehadiran Jehan.

"Jehan kak," jawab Jehan malu-malu.

"Oalahh pacarnya Asta yah," canda Devan.

Kemudian mereka mulai berbincang-bincang tentang beberapa hal, tidak lebih tepatnya hanya Asta dan Devan karena Jehan hanya biasa menyimak obrolan kedua pria itu.

Tak lama setelah itu pemuda yang diyakini bernama Farel datang menghampiri mereka.

"Gimana siap ga?" tanya farel sambil mengangkat alisnya.

"Menurut lo," balas Asta sambil mengangkat bahunya acuh.

Setelah itu kedua motor mulai bersiap di garis strat, dan seorang gadis berjalan berdiri ditengah dan melemparkan sebuah kain kecil yang menandakan balapan dimulai.

Bremmm

Bremmm

Kedua motor melaju begitu kencang, posisi keduanya sama, tetapi beberapa kali Farel yang memimpin di depan, namun saat mendekati garis finis Asta menancapkan gas nya begitu tinggi hingga dirinya bisa sampai di garis finis terlebih dahulu.

Beberapa pendukung Asta bersorak atas kemenangan pemuda itu, tidak diragukan lagi sejak kelas 10 Asta selalu menang balapan melawan Farel.

Farel membuka helmnya dengan decakan kekesalan karena lagi-lagi harus menerima kekalahan.

"Masih oke juga lo," kata Farel pada Asta.

"Gue kira gara-gara udah jarang balapan, skill balapan lo udah hilang," tambah Farel.

"Gak, btw hadia yang lo janji ada kan?" tanya Asta.

"Tumben lo nanya-nanya soal hadia?" heran Farel, pasalnya dulu saat mereka balapan Asta sama sekali tidak meminta hadiahnya, jika Farel berikan ia terima, jika tidak Asta sama sekali tidak akan menanyakan soal hadia.

"Gue butuh."

"Emm, oke nanti gue transfer ke no rek lo."

Asta berjalan menghampiri Devan dan Jehan yang tersenyum ke arah gadis itu.

Saat Asta sudah berada di depannya, Jehan langsung melompat memeluk Asta.

"Kamu keren banget," bisik Jehan.

"Pacar siapa dulu dong," teriak Devan bertepuk tangan saat Jehan dan Asta berpelukan.

Tanpa Asta duga, tiba-tiba Jehan mencium bibirnya dan melumatnya perlahan.

"Hwouuuuu!" teriakan beberapa penonton yang ada di situ, termasuk Devan.

"Woyy, tahu tempat dong kebelet banget As, hadianya buat bayarin hotel aja HAHAHAHA!" teriak Devan.

Jehan yang malu, langsung memeluk tubuh Asta menyembunyikan wajahnya di dada bidang pria itu.

"Ih mereka ciuman, Van! Suami lo ciuman sama Jehan!" teriak Amel histeris dari dalam mobil.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui jika ternyata Amel dan Vania melihat semua kejadian itu dari dalam mobil.

Tadi saat sedang berputar-putar, Amel tidak sengaja melewati tempat balapan dan Vania menyuruh untuk singgah untuk menonton dari balik mobil.

Vania tak menyangka jika peserta dari balapan itu adalah suaminya, gadis itu benar-benar menyesal membuang-buang waktunya untuk menonton dan melihat suaminya berciuman dengan gadis lain.

***

Vania kembali ke apartemen diantar oleh Amel, setelah menonton balapan tadi mereka tidak langsung pulang.

Vania mengajak Amel untuk makan di cafe 24 jam, dan mereka menghabiskan waktu di cafe hingga pukul 2 pagi.

Sebenarnya Amel sudah ingin kembali sejak tadi tapi Vania terus menolak.

Ceklek

Suara pintu yang Vania buka.

"Dari mana aja lo? Bisa-bisanya yah lo bohongin gue? Lo bilang Nessa bakalan temenin lo, sedangan Nessa pergi bareng Rendi, Lo dari mana aja hah? Jalan sama cowo Lo? Jual diri? Mau jadi cewe murahan?"

"Lo udah dewasa Van!" teriak Asta marah.

"Harusnya yang marah di sini itu gue bangsat!"

"Gue-- gue nyesel nikah sama bajingan, pengecut kaya lo!" murka Vania yang tidak tahan dengan tuduhan-tuduhan yang terus Asta ucapkan.

"Maksud lo? Lo ngga sadar kalo lo lagi hamil anak gue? Masih berani keluar sama cowo lain??" Beberapa pertanyaan terus Asta lontarkan sambil mencengkram bahu Vania kuat, saat ini Asta benar-benar dalam emosi yang tak terkendali. Ia stres saat tidak mendapati Vania di apartemen.

Plakk

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Asta, Vania menggunakan semua tenaganya yang masih tersisa untuk menampar pemuda itu.

"LO GAK SADAR, YANG LO LAKUIN TADI HAH?! LO KELUAR ENTAH KEMANA NINGGALIN GUE DENGAN ALASAN URUSAN PENTING YANG TERNYATA LO PERGI BARENG JEHAN DAN LEBIH PARAHNYA LO CIUMAN SAMA DIA, SIALAN!" teriak Vania dengan wajah yang memerah dan air mata yang mengalir di pipinya.

Asta mematung, berusaha mencerna semua ucapan yang keluar dari mulut istrinya itu.

"Lo-"

"Diam As, gue benci sama lo, harusnya lo gak perlu nikahin gue kalo ujung-ujungnya kaya gini. Gue cape," lirih Vania.

"Oh yah, kalo bisa lo urus surat perceraian kita secepatnya, dan soal anak, setelah dia lahir gue bakal kasih dia ke lo sepenuhnya. Karena gue emang gak pernah suka punya anak," tambah Vania sebelum masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari dalam. Tidak peduli jika Asta harus tidur di luar, Vania benar-benar tidak peduli lagi.

***

ASTA & Bad Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang