Bab 41 💐

26.2K 1.2K 41
                                    

⚠️Cerita ini hanya ada di wattpad, selain itu berarti plagiat⚠️

HAPPY READING🌷

Sudah beberapa bulan ini Vania di buat pusing oleh tingkah baby Axel.

Yang dimana jika malam hari  bayi itu tidak mau tidur kalau tidak di bawa ketiak Asta.

Sehingga Asta mau tidak mau, saat sudah diterima sebagai karyawan Alfamart ia harus bertukar jadwal karena tidak bisa lembur masuk malam.

Jika ia masuk malam maka dipastikan Axel tidak akan tidur semalaman.

Awalnya sang bos tidak terima tapi setelah dibicarakan baik-baik, dan beberapa teman karyawan Asta yang setuju untuk membantu, akhirnya Asta tetap bisa bekerja.

Saat ini Vania sedang menyuapi Axel di balkon kamar mereka dengan Axel yang duduk di kursi bayinya.

"Gak nyangka banget bisa punya anak ganteng duplikatnya Asta," guman Vania memperhatikan wajah gemas sang anak.

Dering ponsel Vania berbunyi, dengan segera ia mengambil ponselnya yang sedang Axel pakai menonton.

Tertera di layar ponselnya nomor tidak dikenal.

"Siapa yah," guman Vania kemudian mengangkat telepon itu.

"Hallo,"

"....."

"Hallo ini siapa?"

"Hallo selamat pagi apa benar ini dengan saudari Vania anak bapak Nathan?" tanya seseorang diseberang sana.

"Iyaa ini dengan Vania, kenapa memangnya, ini siapa? Ada perlu apa?" tanya Vania perasaannya mulai tidak enak.

Ia takut terjadi sesuatu.

"Ini saya tetangga kamu, papa kamu baru saja masuk rumah sakit. Ini saya pak Abdi, saya yang menemukan papa kamu sudah jatuh pingsan di teras rumah."

Seketika desiran darah Vania terhenti mendengar berita itu.

Perasaan aneh mulai menyerangnya, ia takut, kecewa, marah, dan sedih mendengar kabar itu. Bahkan sudah setahun lebih orang tua itu tidak mengabarinya atau mencarinya, dan sekarang datang dengan membawa berita seperti ini.

Dimana selingkuhan ayahnya?

"Selingkuhan dia mana om, kenapa bukan dia yang bawa papa saya ke rumah sakit?" tanya Vania dengan suara bergetar.

"Saya kurang tau juga, yang saya dapati di rumah sudah kosong cuman ada ayah kamu saja."

"Kamu boleh datang kesini? Dokter mau bicara sama keluarganya, yang saya tau cuman kamu satu-satunya anak pak Nathan." lanjut pria itu.

"Hm iya om nanti saya kesana, makasih udah mau anterin papa ke rumah sakit."

Setelah mematikan sambungan telepon, Vania segera mengajak Axel masuk ke dalam kamar dan memandikan balita itu.

Tak lupa juga ia bersiap-siap akan menuju ke rumah sakit.

Niatnya ingin pergi bersama Asta, tapi Asta masih bekerja dan akan pulang pukul satu siang.

"Kita pergi sama opa yah Sel, kamu mau liat kan, opa kamu yang brengsek itu, "ucap Vania saat mengganti pakaian Axel.

Vania baru saja keluar dari ruangan dokter, dokter baru saja menyampaikan jika ayahnya mengalami serangan jantung yang bisa saja membawanya pada kematian.

Vania masuk ke dalam ruang tempat ayahnya di rawat, ia menatap kosong.

Rasanya ia ingin marah pada gadis simpanan ayahnya yang tidak bertanggung jawab itu.

Nathan, sang ayah mulai mengerjapkan matanya, tanda akan segera siuman.

Saat mata Nathan sudah terbuka sempurna, ia langsung terkejut melihat sosok yang beberapa hari ini ia rindu.

"Udah sadar?" tanya Vania sedikit sinis.

"V-vania kamu-"

"Mana selingkuhan papa? Katanya mau sehidup semati, dulu aja nyia-nyiain anak sama istri demi selingkuhannya tuh, sekarang mana?" Vania berucap sambil menuangkan kekesalannya. Ini belum seberapa, kalau saja Nathan tidak sedang sakit pasti Vania sudah memarahinya habis-habisan.

"Itu.... Itu anak kamu Van?" tanya Nathan saat melihat Axel yang sedang duduk di trolinya sambil memakan biskuit.

"Hmm, namanya Axel."

Nathan menatap Axel dengan mata yang mulai  berkaca-kaca.

"Maafin papa yah Van, papa menyesal udah lakuin ini semua ke kalian, harusnya papa bersikap lebih dewasa lagi. Papa minta maaf, kamu mau kan maafin papa?" mohon Nathan dengan tulus.

"Giliran udah sakit gini baru nyesel, dulu pas masih kuat kerjanya cuman mainin perumpuan!!" gerutu Vania dalam hati.

"Selingkuhan papa mana? Kenapa ga datang jagain papa?" bukannya menjawab, Vania malah balik bertanya, namun kali ini ia berbicara   lebih lembut.

Terlihat Nathan membuang nafas berat.

"Papa udah usir dia dari bulan lalu,"

"Kenapa?" tanya Vania penasaran.

"Dia hamil sama cowok lain, jadi papa usir dari rumah."

"Kayanya itu karma deh soalnya papa dulu ninggalin mama jadi papa juga ditinggalin." ucap Vania dengan santai.

Nathan tersenyum, memang ia mengakui jika dulu dirinya sangat bodoh.

"Kamu mau kan nerima papa lagi?"

***

Vania dan Axel baru saja pulang ke apartemen dengan menaiki sebuah taxi.

Dan saat ini sudah pukul dua lewat, yang artinya Asta pasti sudah berada di rumah.

"Dari mana?" tanya Asta dengan nada penuh selidik.

"Astaga Asta, aku baru nyampe kasih masuk dulu kek kasian nih Axel udah rewel dari tadi!" kesal Vania karena Asta bertanya tepat di depan pintu.

"Gue nanya lo dari mana Vania." Asta mulai menekan ucapannya.

"Gue gak mau marah-marah di depan Axel, kasih gue waktu buat dia minum susu dulu."

Setelah berkata seperti itu, Vania segera membuatkan susu dan membiarkan balita itu meminumnya di dalam box hingga tertidur.

"Jadi, lo dari mana aja?"

"Gue sama Axel baru pulang dari rumah sakit, papa gue sakit serangan jantung."

"Papa lo? Ko bisa dia-"

"Tetangga gue nelepon katanya papa jatuh pingsan di depan rumah sampe dibawa lari ke RS,"

Asta hanya bisa mengangguk, jujur ia masih bingung dan kaku ingin bereaksi seperti apa.

"Papa ngajak kita tinggal di rumahnya, lo mau gak? Papa juga udah ngomong soal harta warisnya, dia mau ngasih semuanya ke Axel."

" Menurut lo gimana?" lanjut Vania bertanya.

Lagi Asta harus ternganga mendengar kabar itu. Wow jika seperti itu sudah dipastikan hidup Axel akan terjamin sampai ia besar nanti.

"Papa juga mau lo lanjutin perusahaanya, itupun kalo lo mau. Tapi syaratnya lo harus lanjut kuliah seenggaknya S1 menajemen."

***

Vote & Follow juliet_cantik

ASTA & Bad Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang