Bab 11 💐

72.3K 3.2K 31
                                    

⚠️Cerita ini / Asta & Bad Wife hanya ada di wattpad, jika terdapat di apk lain berarti itu plagiat⚠️

🌷SELAMAT MEMBACA🌷

Vania berjalan sendiri menyusuri koridor, kepalanya pusing jika harus berhadapan dengan pelajaran matematika.

Dirinya sengaja izin keluar padahal aslinya ia ingin bolos, sedangkan Nessa dan Amel tidak mau ikut.

Jadilah gadis itu sendiri sekarang, tanpa sengaja Vania melirik kelas XII Mia 1 dimana itu merupakan kelas Asta.

Ia melihat dari luar, Asta sedang mengerjakan soal dipapan, Vania tersenyum kecut.

Sayang sekali jika Asta putus sekolah karena kasus  menghamili gadis seangkatannya.

Vania tertawa hambar sambil kembali berjalan menuju ke rooftop sekolah. Gadis yang sekarang tengah berbadan dua itu, ingin menghirup udara segar diatas.

"Gue cari dimana yah tempat aborsi yang murah" monolog Vania

Setelah sampai di atas rooftop dan duduk disalah satu bangku.

Vania membuka headphone nya dan membuka sosial media mencari cara ampuh menggugurkan kandungan yang masih mudah.

Tertulis disana beberapa cara mengaborsi kandungan mulai dari obat pendorong janin, bahkan ada tertera link yang muncul dan jika ditekan akan langsung masuk ke sebuah nomor. Vania yakin jika nomor itu adalah orang yang ia cari untuk membantu mengeluarkan janinnya.

Dengan perasaan ragu, Vania menyimpan nomor itu dan mencoba menghubunginya.

Saat akan mengangkat ponselnya ke telinga, seseorang datang dan menarik paksa ponsel itu.

Vania membalikan kepalanya melihat siapa yang berani mencoba menghentikan dirinya.

Sedikit terkejut karena melihat orang itu adalah Asta, pemuda itu berdiri dengan sorot mata yang memperlihatkan rasa amarahnya.

"Sejak kapan lo disini?" tanya Vania berdiri menghadap pemuda di itu

"Hati lo terbuat apa sih?" tanya balik Asta dengan nada yang dingin

"Apaan sih! balikin." ketus Vania berusaha merampas ponselnya yang masih di genggaman Asta.

"Gak," Asta menyembunyikan tangannya di belakang.

"Mau lo apa sih? Kita udah gak punya masalah!" Bentak Vania tak suka, ia tak suka Asta mencampuri urusannya lagi.

"Lo hamil kan."

Mata Vania membulat, dari mana Asta bisa tau jika dirinya sedang hamil. Padahal yang tau di sekolah ini hanya ia dan sahabat-sahabatnya

Apa Nessa yang memberitahu?

"G-gak! Gak usah sok tau ya," bantah Vania.

"Jujur aja, Nessa yang ngomong sama gue." ujar Asta sambil tersenyum penuh arti.

"T-terus? Masalah sama lo apa? Gue yang hamil bukan lo kan, jadi gak usah ikut campur." balas Vania masih dengan nada ketusnya.

"Yang hamilin lo siapa kalo bukan gue?"

"Habis tidur bareng gue, lo tidur sama orang lain juga? Murahan banget," tambah Asta.

Plak'

Vania langsung menampar pipi Asta saat mendengar kata "murahan" yang keluar dari mulutnya.

"Jaga mulut lo yah! Gue bukan cewe murahan, gue juga gak pernah tidur bareng siapa-siapa selain lo!" bentak Vania, matanya sudah mulai berkaca-kaca, tangannya mengepal kuat menahan amarah yang akan meluap

"Lo marah dikatain murahan tapi lo biasa aja pas dikatain pembunuh? Gue tau Nessa udah ngomong sama lo." jawab Asta dengan tenang, walaupun pipinya sudah kena tampar dan sedikit memerah.

"Dia juga udah ngomong semuanya sama gue."

"Pikirin baik-baik Van, dikatain murahan jauh lebih baik dari pada pembunuh," tutur Asta lalu mengembalikan ponsel Vania.

"Kalo lo mau gue tanggung jawab, bentar pulang sekolah gue tunggu di parkiran." sambung Asta lalu pergi dari sana meninggalkan Vania yang masih mencerna setiap kata-kata yang Asta sampaikan tadi.

***

Saat ini Asta sedang mengendarai motor pergi ke rumahnya bersama dengan Vania yang sedang ia bonceng di jok belakang.

Mereka berdua berencana akan menyampaikan fakta bahwa Vania hamil pada keluarga Asta terlebih dahulu.

Sesampai mereka di rumah Asta, Vania memperhatikan rumah itu. Terlihat sederhana namun masih mending dari pada rumah paman dan bibinya yang bisa dibilang lebih kecil dari tempat ini.

Vania baru tau jika Asta memiliki rumah seperti itu, yang selama ini ada dibayanginnya Asta adalah anak seorang konglomerat. Namun dirinya salah karena Ayah hanya pekerja karyawan swasta.

"Ayo" ajak Asta agar Vania mengikutinya masuk.

Sesampai di dalam mereka langsung disambut ramah oleh ibu Asta yang bernama Martha.

Namun sambutan itu berubah menjadi ketegangan saat Asta tanpa basa basi langsung berkata jika Vania hamil, dan yang menghamili gadis itu adalah dirinya.

"Kamu nggak bohong kan sama mama?" Tanya Martha memastikan, ia menatap dingin anak semata wayangnya itu. Vania jadi tau darimana tatapan dingin yang sering Asta perlihatkan, ternyata itu menurun dari ibunya.

Asta bisa lihat dari wajah sang ibu yang menatap kecewa padanya.

"Maaf ma" balas Asta sambil menunduk, sedangkan Vania hanya bisa menyimak obrolan keduanya.

"Asta... Kamu harapan mama sama papa, kenapa kamu lakuin ini semua, pasti ini bukan salah kamu kan nak. Mama tau betul kamu gak bakalan lakuin hal kaya gitu, kamu dijebak sayang?" Tutur Martha masih tidak terima dengan fakta yang ada. Diakhir kalimat ia menatap ke arah Vania, seolah mengintimidasi gadis itu.

"Jangan jangan ini semua ulah kamu?" Tanya Martha sedikit ketus.

Vania yang ketakutan dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan wanita paru baya itu, langsung menatap ke arah Asta seolah meminta pertolongan.

"Gak ma, ini semua salah Asta. Asta...."

Asta mulai menceritakan kejadian malam itu, namun ia sama sekali tidak berkata jika Vania yang menggodanya duluan.

Martha menangis sambil memeluk Asta, ia begitu kecewa. Yang ia harapkan Asta akan menjadi pemuda sukses dimasa depan, dan menikah di luar negri seperti yang pernah Asta kecil sampaikan.

"Mama kecewa sama kamu Asta, kamu masih harus sekolah." Ujar Martha yang masih mengeluarkan air mata.

"Bagaimana kalau Vania gugurkan saja kandungannya? Dia juga masih muda rentan meninggal saat melahirkan" usul Martha, sambil menatap Vania dari ujung rambut hingga kaki gadis itu.

Ucapan Martha sontak membuat Vania ketakutan untuk melahirkan,

"Ma, jangan ngomong gitu. Asta harus tanggung jawab, atas apa yang udah Asta perbuat" mohon Asta

"Oke kalo itu yang kamu mau, tapi dengan satu syarat. Setelah menikah kalian harus tinggal disini" putus Martha

Mata Vania langsung melotot, apa katanya tinggal disini bersama calon mertuanya? Yang benar saja, sekarang saja ia seperti akan dimakan oleh orang tua itu.

Tidak-tidak Vania tidak akan mau tinggal bersama dengan ibu dan ayah Asta.

***

ASTA & Bad Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang