Bab 37 💐

29.1K 1.2K 37
                                    

🌷HAPPY READING🌷


Nessa baru bisa menjenguk Axel, saat mereka sudah pulang dari rumah sakit.

Wanita itu datang bersama suaminya Rendy, walaupun beberapa hari lalu mereka sempat bertengkar hebat.

Tetapi sekarang pasutri itu sudah berbaikan.

"Ko bisa masuk rumah sakit Van, kasian banget baby aku." ucap Nessa yang sedang menggendong Axel.

Sedangkan Vania sedang mengemasi barang bawaan Nessa dan Randy, yang tak lain adalah perlengkapan bayi dan buah-buahan.

Walaupun Axel belum makan buah, setidaknya Vania bisa memakannya dan Axel menikmati buah dari asi yang Vania beri.

Berbeda dengan para suami, Rendy dan Asta memilih bercakap-cakap di ruang tamu.

Tadi Rendy sempat menggendong Axel, namun tak lama bayi itu terbangun dan menangis. Jadilah gantian Nessa yang menenangkan bayi lucu itu.

"Gue juga gak tau Ness, mungkin karena akhir-akhir ini Axel suka banyak tingkah. Dia kadang gamau minum asi gue, kadang juga susah tidur." jelas Vania menjawab pertanyaan Nessa.

"Iya sih, kayanya ini udah masa-masanya kalian bakalan begadang deh. Bilangin Asta siapin diri buat begadang, gue tau selesai ini pasti Axel bakalan lebih susah tidur." balas Nessa.

"Hm kayanya, makanya gue harus ngejaga pikiran gue, takutnya gue banyak mikir dan berakhir stres."

"Gosh, jangan gitu dong. Kalo misalnya lo sama Asta pengen refreshing atau istrahat, biarin gue sama Rendy yang jagain Axel, walaupun gue belum pro sih jagain bayi, tapi bisa kok."

"Antar aja Axel ke rumah gue sama Rendy, pas hari libur atau hari minggu gitu." tambah Nessa menawari.

"Serius Ness? Okedeh nanti lain kali, kayanya bener gue butuh healing."

Ness mengangguk mengiyakan.

"Gimana kabarnya Amel? Gue udah jarang kontekan bareng dia, dia lanjut dimana?" tanya Vania yang sudah duduk di pinggir kasur.

"Gue juga udah jarang chattan bareng Amel, semenjak masuk kuliah dia keliatan sibuk banget. Dia masuk di univ Singapore gue kurang tau apa namanya."

"Padahal dulu kita bertiga udah janji bakal kuliah bareng, malah jadi gini," lirih Vania yang dari lubuk hati terdalam ia sangat ingin berkuliah.

"Gakpapa nanti kalo Axel udah agak gede lo lanjut kuliah."

Vania tersenyum kecut,

"Gimana mau lanjut Ness gue aja gak tamat SMA,"

Nessa menatap sahabatnya itu sambil tersenyum canggung, ia lupa Vania berhenti sekolah dulu.

"Sorry Van, ambil paket C aja kalo ada."

"Gakpapa gue udah nyaman jadi ibu rumah tangga kok." balas Vania tersenyum, kali ini menampilkan senyum ikhlasnya.

Nessa bingung ingin membalas seperti apa, sejujurnya ia merasa kasian. Tapi masalah ini terjadi akibat kecerobohan dan kelalaian Vania.

Memang jalan terbaik menerima keadaan yang ada.

***

Setelah Rendy dan Nessa pulang, Asta merasa bingung dengan sikap istrinya yang tiba-tiba menjadi murung.

"Van, kamu kenapa?" tanya Asta yang menyusul Vania di dapur setelah memastikan Axel sudah tidur.

Vania menggeleng lalu mulai kembali memasak makan malam mereka, karena hari mulai sore.

"Aku nanya kamu kenapa Van." desak Asta berharap wanita itu mau menjawabnya.

"Gakpapa, jangan ganggu gue mau masak."

"Gue? Lo ngomong gue gak mungkin ga ada apa-apa." kali ini Asta membalas dengan tidak santainya.

Vania berenti memotong bawang kemudian menoleh menatap Asta yang juga menatap tajam ke arahnya.

"Gue gak suka disaat ada sesuatu, lo malah diam dan gamau cerita apa-apa sama gue."

"Gue gakpapa kenapa sih! Gue cuman lagi gak mood aja." ketus Vania.

"Gak mungkin, semenjak Nessa pergi lo jadi kaya gini. Apa yang udah dia hasut ke lo sampe lo jadi kaya gini?" ucap Asta menyimpulkan.

Prang

Vania melepaskan sendok yang sedang ia pegang dengan sangat kasar.

"Apa lo bilang? Lo nuduh Nessa yang nggak-nggak?!" murka Vania berjalan mendekati Asta.

Asta menghela nafas panjang, berusaha meredam amarahnya. Jika ia tidak mengalah mereka akan terus bertengkar.

"Gak Van, gue cuman pengen tau lo kenapa. Gak ada salahnya kan cerita sama gue kalo ada sesuatu yang bikin lo gelisah kaya gini," kali ini Asta berbicara dengan nada yang lembut.

"Gue pengen kuliah," ucap Vania to the point.

Asta terdiam mendengar ucapan Vania yang mungkin tidak bisa ia kabulkan. Asta hanya bisa mengucapkan kata maaf.

"Sorry...."

***

Sudah hampir tengah malam tetapi Asta belum tidur dan masih menyesap rokoknya di balkon kamar mereka.

Vania yang memang belum bisa tidur akhirnya menyusul Asta ke balkon.

"Kenapa gak tidur? Buruan masuk, udaranya udah gak baik, nanti kamu flu lagi."

"Sejak kapan kamu ngerokok?!" omel Vania yang langsung merampas rokok yang sedang Asta hisap dan menginjak satu batang rokok itu.

Vania menatap marah, tetapi Asta malah membalas dengan tersenyum.

"Sorry Van, gara-gara aku kamu gabisa kuliah."

"Kamu masih mikirin yang tadi? Gak usah dipikirin, aku udah nyaman kok kaya gini. Sorry seharusnya tadi aku gak ngomong kaya gitu."

Asta tersenyum kemudian menarik Vania ke dalam dekapannya.

"Gue gak masalah kalo gak kuliah asal kebutuhan aku kamu penuhin!" ucap Vania yang berada dalam pelukan Asta.

Asta terkekeh mendengar penuturan Vania yang menurutnya lucu.

"Siap sayang, aku bakalan semangat kerja kalo gini." ucap Asta bersemangat.

Kemudian setelah melepaskan pelukan, Asta menarik tengkuk Vania kemudian mulai melumatnya.

Kemudian setelah melepaskan pelukan, Asta menarik tengkuk Vania kemudian mulai melumatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

ASTA & Bad Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang