Bab 38 💐

28.2K 1.2K 49
                                    

🌷HAPPY READING🌷

Pagi hari ini Vania berjalan mengelilingi taman apartemen mereka, bersama Axel yang berada di gendongannya.

Vania ingin berjemur bersama Axel dibawa sinar mentari pagi.

Sedangkan Asta sudah pergi bekerja sejak pagi tadi, sambil menunggu panggilan sebagai karyawan Alfamart Asta masih tetap bekerja di bengkel sebagai montir.

Vania terkekeh melihat Axel menggeliat karena pancaran sinar matahari.

Tiba-tiba handphone Vania berdering tanda seseorang meneleponnya.

"Hallo Ness kenapa?"

"Lo lagi di apartemen? Gue ada kelas pagi tapi telat, gue males pulang ke rumah nanti Rendy omelin gue gak jelas lagi"

"Anjir, terus lo mau gimana? Gue lagi di luar nih meluk Axel, ribet kalo nelpon, kesini aja." ajak Vania.

"Otw!"

Setelah memutuskan panggilan telepon, Vania kembali ke apartemen untuk menunggu sahabatnya itu.

Selang beberapa menit Nessa datang bersama beberapa cemilan.

"Lo tau gak, gue kesel banget sama dosen kelas pagi ini, dia rese banget gue cuman telat 10 menit, gak diizinin masuk." cerocos Nessa yang baru saja duduk di ruang tamu.

Vania tertawa mendengar penuturan Nessa, setelah meletakan Axel di dalam box Vania ikut duduk di samping Nessa sambil membuka beberapa cemilan dan memakannya.

"Udah resiko sih, siapa suruh lo telat."

Nessa berdecak,

"Gue telat gara-gara Rendy bacot anjir, dia minta dibuatin sarapan biasa juga makan di kantor, tapi tadi pagi banyak maunya." curhat Nessa tentang kejadian tadi di rumahnya bersama Rendy.

"Hahaha, kan lo sekarang ibu rumah tangga. Gue juga sering gitu, tapi untung Asta pengertian, jadi dia yang bikin sarapan biasanya."

"Harusnya lo gak perlu kuliah sih, kekayaan Rendy bisa lo pake sampe tuju turunan anjir. Enak banget, sedangkan gue gaji Asta aja masih pas-pasan." keluh Vania.

Nessa mengangguk menyetujui ucapan Vania.

"Gue kuliah karena ngejar sarjana aja sih, palingan setelah lulus juga jadi ibu rumah tangga." balas Nessa.

"Lo kenapa gak jadi TKW aja? Lumayan kan gaji setahunnya terus buka usaha," usul Nessa lagi.

Vania melotot.

"Lo gila! Harga diri gue ditaruh dimana seorang Vania bad girl di sekolah jadi TKW? Yang bener aja." teriak Vania tak terima.

Nessa menggaruk tengkuknya,

"Yahhh, gajinya lumayan tau Van."

"Biar gimana pun Asta gak bakal ngizinin gue pergi, apalagi Axel masih bayi. Walaupun hidup kita pas-pasan Asta bakalan berusaha penuhin kebutuhan gue sama Axel." tambah Vania.

"Bener, gak salah lagi lo nikah sama Asta. Gue akui dia bertanggung jawab, walaupun dulu sempat ragu sih."

"Hmm, gue udah nyaman dengan keadaan gue sekarang, gue udah sayang banget sama Asta. Apalagi semenjak ada Axel, gue udah takut nyebutin kata cerai."

Nessa mengangguk mendengar balasan dari Vania, kehidupan Vania sekarang juga sudah lebih baik dari pada dulu menjadi gadis bar-bar yang tidak tau aturan.

Setelah selesai berbincang, pukul sebelas siang, Nessa pamit karena sebentar lagi ia akan masuk kelas siang.

***

Saat Asta sedang sibuk memperbaiki sebuah mobil, seorang gadis menggunakan seragam sekolah datang menggunakan motornya untuk melakukan servis.

"As, bantuin tuh cewe mau ganti oli nanti gue yang lanjutin kerjaan ini" ujar salah satu teman Asta.

Asta mengangguk kemudian segera pergi melihat pelanggan yang baru datang itu.

Asta melotot melihat gadis yang datang, yang tak lain adalah Jehan mantan kekasihnya.

Begitu pula dengan Jehan yang sama terkejutnya melihat Asta menggunakan pakaian montir dengan wajah kusam karena oli yang menempel.

"kak Asta?" kaget Jehan, ia pikir selama ini setelah lulus Asta masuk universitas.

"A-a iya Je, motornya kenapa?" tanya Asta tanpa basa-basi, Asta terlalu canggung dan malu untuk sekedar bercakap-cakap dengan gadis itu.

"Tolong bantuin ganti olinya kak." balas Jehan seadanya, karena terlalu syok dengan fakta yang ada.

Beberapa menit Asta selesai mengganti oli motor gadis itu, dan Jehan segera melakukan pembayaran.

Sebelum kembali Jehan sempat memulai percakapan dengan Asta.

"Kak Asta gak kuliah?"

Asta menggeleng sebagai jawabannya.

"Rugi banget, padahal kak Asta pintar."

"Gakpapa ini emang kemauan gue," balas Asta sambil tersenyum.

Jehan mengangguk,

"Semua ini gara-gara kak Vania yah? Kasihan banget, semoga nanti kak Asta bisa lanjut kuliah."

Kalimat terakhir Jehan berhasil membuat Asta terdiam dengan pikirannya.

***

Pukul delapan malam, Asta pulang ke apartemen mereka dan mendapati Vania yang sudah menyiapkan makan malam mereka.

Vania berdiri menyambut kepulangan suaminya itu dengan tersenyum.

"Aku udah siapin air hangat, langsung mandi gih."

Tanpa berkata atau membalas ucapan Vania, Asta langsung menyambar bibir Vania kemudian melumatnya dengan perlahan.

Vania merasa sedikit jijik, bagaimana tidak Asta masih dalam keadaan kotor dan malah menciumnya.

Dengan sekuat tenaga, Vania mendorong bahu Asta agar tautan bibir mereka terlepas.

"Kenapa sih As gak biasanya kamu kaya gini" ucap Vania setelah ciuman mereka terlepas.

"Gue pengen Van," Asta berkata sambil memasang wajah memelas nya.

"Lo lagi ada masalah As?"

Asta menggeleng.

"Oke malam ini gue izinin kita lakuin hal itu, tapi setelah lo mandi dan makan malam." balas Vania setelah beberapa detik berpikir.

"Aku udah kenyang kalo udah makan kamu." balas Asta dengan seringainya.

"GILA! Buruan mandi sana,"

Setelah itu Asta segera membersihkan tubuhnya lalu sesuai ucapannya tadi mereka melakukan hubungan suami istri.

Vania memeluk tubuh naked Asta, mereka baru saja selesai melakukan hubungan intim.

"Jangan tinggalin aku yah As," ucap Vania lirih.

Cup

kecup Asta di kening istrinya itu.

"Gak akan,"

"Gak akan,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

ASTA & Bad Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang