Kapan Nikah?

347 33 0
                                    

Arkana Xavi William, seorang pengusaha muda, kaya, dan tampan. Di usianya yang 38 tahun belum juga mau menikah, bahkan ia belum memiliki kekasih. Sebenarnya sangat mudah baginya untuk memiliki kekasih, wanita manapun pasti mau berkencan dengannya.

Keinginan Arkana yang belum mau menikah di usianya yang matang membuat Femmy, mamanya khawatir dan bukannya ia tidak memahami kekhawatiran mamanya, tapi ia memang belum memiliki keinginan untuk menikah. Ada rasa kecewa dan takut kehilangan wanita yang dicintainya untuk kedua kalinya.

"Kana kapan kamu kawin?" tanya Femmy, Mama Arkana.

"Kawin sih bisa kapan aja Mom, gampang itu," jawab Arkana.

"Arkana, anak Mommy yang paling cakep sedunia kapan kamu kawin?"

"Kawin apa nikah Mom?"

"Eh, iya. Kapan mau nikah, Nak?"

"Kapan yaa..." Arkana memiringkan bibirnya. "Kapan-kapan kita berjumpa lagi, kapan-kapan kita bertemu lagi, mungkin Lusa atau di lain hari."

"Arkana Xavi William!" Femmy berteriak ke anak tunggalnya. "Jangan nyanyi! Mommy ini serius loh nanyanya bukan bercanda."

"Loh, memangnya aku jawabnya bercanda Mom, aku jawabnya serius juga." Arkana mendarat cium di pipi kanan Femmy. "Aku berangkat dulu Mom."

"Kapan kamu pulang?"

"4 hari Mom. Aku ada metting penting di Singapore."

"Ya udah hati-hati jangan lupa kenalan sama cewek di sana sapa tau ada yang cantik."

Arkana tidak menjawab perkataan Femmy, ia segera masuk ke dalam mobilnya yang sudah ada Aris, sekretaris pribadinya dibalik kemudi. Femmy menghela napasnya. Ia sangat gusar melihat putranya yang sudah berusia 38 tahun, tapi tak juga menunjukan tanda-tanda ingin menikah.

"Aku harus cari cara ini supaya Kana cepetan kawin, eeh nikah." Femmy bergumam sendiri.

"Siapa Bu yang mau kawin? Bu Femmy mau kawin lagi?" tanya Dian, asisten rumah tangga di rumah Femmy.

"Astaga Dian! Kamu bikin kaget aja. Ngapain kamu di sini?"

"Mau beres-beres rumah Bu, lah Bu Femmy ngapain ngomong sendiri mau kawin lagi ya."

"Heh, kamu yaa Dian kalau bukan karena kerjanya rajin dan sudah 10 tahun ikut di sini sudah aku pecat kamu."

"Apa yakin Bu mau pecat saya. Saya pulang kampung aja Ibu nangis-nangis bilang jangan lama-lama di kampung yaa Dian."

"Ga tau akh, Dian. Kamu bikin nambah beban pikiran aja."

"Bu masih mending nambah beban pikiran daripada beban keluarga masih bermanfaat Bu."

Femmy menghela napasnya lagi. Tidak anaknya, tidak asisten rumah tangganya seakan-akan mereka kompak membuatnya semakin pusing. Ia memutuskan untuk pergi arisan bersama teman-teman sosialitanya.

Sesampainya di restoran tempatnya berkumpul dengan teman-teman arisan sosialitanya, Femmy tampak murung sampai Nila, teman Femmy bertanya padanya.

"Fem, kenapa kamu cemberut aja? Awas loh nanti kerutan di mata nambah 1 lagi baru tau rasa," ucap Nila.

"Ya ampun Nila. Aku lagi pusing 7 keliling anakku yang tampan, pintar, kaya belum kawin-kawin sampai sekarang." Femmy mengeluh ke sahabatnya.

"Kok aku ga percaya yaa Fem kalau Arkana belum pernah kawin. Apa jangan-jangan homo lagi, suka sesama jenis." Nila bergidik geli sendiri.

"Astaga Nila. Kamu ini kalau ngomong asal banget sih! Ga mungkinlah anakku suka sesama jenis udah gila kali kamu."

"Loh buktinya si Arkana mau belum nikah-nikah padahal usianya sudah pas banget loh."

The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang