Semua yang ada di sana menunggu jawaban Arkana hanya diam, tapi matanya menatap tajam ke arah mereka.
"Gimana Kana? Apa kamu mau menceraikan Arisha?" Femmy bertanya lagi dan penasaran dengan jawaban Arkana.
Bukan hanya Femmy saja yang penasaran. Cicil, Serin, dan Aris menatap Arkana. Mereka semua penasaran dengan jawaban Arkana.
"Iya," jawab Arkana dengan suara tegas.
Semua mata terbelalak mendengar jawaban Arkana. Mereka sama sekali tak percaya kalau Arkana akan begitu tega menikahi Arisha dan dalam beberapa jam menceraikannya.
"Kamu serius Kana? Kamu mau menceraikan Arisha?" tanya Femmy.
"Iya Kak. Apa Kakak serius mau bercerai sama Arisha?" Cicil juga ikut bertanya dan lagi-lagi penasaran dengan jawaban Arkana.
"Kenapa kalian bertanya hal yang sama? Aku akan menceraikan Arisha kalau aku tidak tau apa alasan atas semua yang terjadi." Arkana berkata dengan suara tegas.
Femmy jadi ketakutan jangan sampai Arkana menceraikan Arisha. Gadis itu tak bersalah sama sekali, apalagi Serin sudah menceritakan tentang perlakuan Alya yang selalu menghina, memarahi, dan membeda-bedakan Arisha dan Laura kepadanya.
"Kana… Kana… jadi begini." Femmy menghela napasnya lalu berkata, "ini semua kesalahan Mommy. Kamu jangan menceraikan Arisha ya, Arisha ga salah apapun. Dia gadis baik-baik kasihan Arisha, Nak."
"Gak Kak. Ini kesalahanku juga bukan kesalahan Tante Femmy dan Arisha," ujar Cicil.
"Bukan Kak. Ini sebenarnya kesalahanku bukan kesalahan Tante Femmy, Kak Cicil, atau Arisha." Sekarang Serin ikut membela.
Arkana mengernyitkan dahinya. Apa gadis cake tiramisu itu sangat istimewa sampai-sampai ibu, dan sepupunya kompak membelanya.
"Aris, kamu ga ikut-ikutan dengan kata-kata 'ini kesalahanku' sekalian?" Arkana menyindir mama dan sepupunya.
"Maaf Pak." Hanya 2 kata itu yang bisa keluar dari bibir Aris.
Arkana menghela napasnya. Ia benar-benar kesal kenapa sampai saat ini tidak ada jawaban malah hanya saling membela dan menyalahkan. Ia hanya ingin jawaban bukan alasan.
"Mom, Cicil, Serin. Aku minta tolong sekali untuk menjawab semua pertanyaanku. Aku hanya butuh jawaban bukan alasan." Arkana sampai putus asa menunggu jawaban.
Femmy menghela napasnya. Ia harus menjelaskan semuanya ke Arkana daripada anaknya salah paham.
"Kana, begini…" Femmy menceritakan semua masalah yang disebabkan Laura. Laura kabur meninggalkan hotel karena memang tidak mau menikah dengan Arkana karena sudah memiliki kekasih. Femmy juga tidak menyukai Laura karena gadis itu seorang wanita panggilan dan tentu hal tersebut merupakan aib keluarga.
"Ooh seperti itu, seharusnya tinggal bicara saja kan mudah Mom, bukan bertele-tele, muter-muter aja jawabannya." Arkana jadi kesal lagi mengingat keluarga yang tak langsung berterus terang.
Cicil dan Serin ikut menambahkan tentang Alya yang membenci Arisha dan selalu membeda-bedakan Arisha dan Laura. Mendengar kisah Arisha yang diperlakukan seperti anak tiri membuat Arkana kasihan.
"Kok ada ya seorang ibu seperti Bu Alya itu," ucap Arkana tak percaya.
"Ada Kak, itu tuh mertua Kakak," ucap Serin. Perkataan Serin mendapat tatapan tajam dari Cicil.
"Kamu sudah berapa lama kamu kenal Arisha, Ser?"
"Hmm… kayaknya udah 8 tahun Kak. Dari aku kelas 1 SMA sampai kuliah."
"Jadi Arisha itu masih kuliah. Apa sama jurusannya sama kamu?"
"Sama Kak. Sama-sama ngambil jurusan fashion design dan kamu berdua 2 bulan lagi kamu akan menyandang Sarjana Desain." Serin berkata dengan bangga.
"Baguslah ternyata istriku sarjana."
"Tentu dong Kak. Apalagi yaa Kak si Risha itu kerja part time di toko roti sambil kuliah. Hebat dia."
Arkana jadi mengerti mengapa ia bisa bertemu Arisha di toko roti ternyata kerja sambil kuliah. Ada sedikit rasa bangga dengan Arisha yang meski dari keluarga berkecukupan, tapi bisa bekerja keras tanpa bergantung keuangan dari orang tua.
"Arisha juga jago bikin cake Kak. Cake-cake yang dibuat di toko roti tempatnya kerja sebagian dia yang buat, aku itu paling suka cake tiramisu, kalau Kak Cicil suka black forest buatannya. Enduul julitat deh." Serin terus menerus memuji-muji Arisha di depan Arkana.
Femmy sangat antusias mendengarkan cerita promosi tentang Arisha dari Serin. Ia penasaran dengan kehebatan menantunya baru tersebut dan ingin sekali merasakan cake tiramisu buatan Arisha karena ia sama seperti Serin, sangat menyukai cake yang khas dengan paduan kopi, coklat, dan krim dengan tekstur yang lembut.
Arkana juga mendengarkan semuanya dan menatap wajah Femmy yang begitu bahagia mendengar cerita tentang Arisha. Baginya cukup melihat mamanya bahagia sudah lebih dari cukup. Ia tak ingin sakit kanker mamanya bertambah parah.
"Kana sudah malam, kamu ga ke kamar menemui Arisha?" tanya Femmy.
"Apa aku harus masuk ke kamar bersama Arisha, Mom? Apa besok aja gitu daripada sekarang," ujar Arkana yang tak nyaman dengan sekamar dengan Arisha.
"Loh, Arisha kan sekarang istri kamu jadi wajar dong kalau kalian sekamar."
"Tapi…"
"Tidak ada tapi-tapian Kana. Masuk cepetan ke kamarnya Arisha."
Arkana tidak memiliki alasan lain. Ia terpaksa menuruti permintaan mamanya.
"Aris, Serin antar Arkana ke kamar Arisha, kalian pastikan Arkana masuk di kamar, dan tunggu sampai pagi." Femmy memberikan perintah ke bawahan anaknya dan keponakannya.
"Siap Bos," jawab Serin dengan semangat sedangkan Aris hanya tersenyum kaku.
"Mom ga kayak gitu juga, ga usah sampai ditungguin segala."
"Tidak menerima bantahan lagi! Cepet pergi!"
Arkana menghela napasnya. Ia sudah tak ada pilihan dan berjalan tanpa semangat menuju kamar Arisha yang diikuti Aris dan Serin yang tersenyum jahil berhasil membuat kakak sepupunya tak berkutik.
Begitu sampai di depan pintu kamar Arkana hanya menatap pintu tersebut lalu melirik ke arah Aris dan Serin yang berada tak jauh darinya. Serin memberikan kode dengan tangannya agar Arkana segera masuk atau ia akan mengadukannya ke Femmy.
Arkana ingin kabur dari situasi ini, tapi kalau Femmy tahu bisa-bisa mamanya akan sakit lagi dan ia tak ingin hal itu terjadi. Di dalam hatinya, ia berharap kalau Arisha tidak menunggunya dan sudah tidur. Ia menempelkan cardlock di sensor gagang pintu lalu masuk ke dalam kamar.
Serin bersorak pelan dan saling tos dengan Aris. Akhirnya, tugasnya sudah selesai. Arkana masuk ke dalam kamar dan ia juga bisa masuk kamarnya untuk tidur.
"Loh, Mbak Serin mau ke mana?" tanya Aris.
"Mau balik ke kamar Tante," jawab Serin.
"Bukannya kita disuruh menunggu Pak Arkana sampai pagi."
"Iiiihh… enak aja nunggu di sini sampai pagi bisa-bisa kakiku kram nungguin orang mau belah duren."
"Iya juga sih Mbak, tapi saya ga berani juga kalau ga menuruti perintah Bu Femmy."
"Ya udah kamu nunggu di sini dulu, ntar aku bilangin Tante."
"Baik Mbak."
Serin masuk ke dalam kamar Femmy dan memberitahukannya. Femmy mengirimkan pesan ke Asia agar menunggu 1 jam baru boleh beristirahat kembali ke kamarnya.