Rencana Femmy

167 23 0
                                    

Keesokan harinya

Arkana sangat sibuk dengan berbagai berkas-berkas yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya. Memang sudah menjadi pekerjaan yang seorang CEO mengurusi jalannya perusahaan. Tidak mudah, tapi inilah konsekuensi yang harus dijalaninya sebagai pengganti Xavier, papanya.

XaWill Energi Group memiliki anak perusahaan di Indonesia. Perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas adalah milik keluarga William yang merupakan warga keturunan Amerika. Xavier William menikah dengan Femmy Supit, wanita asal Manado yang sudah lama tinggal di Jakarta.

Aris datang menemui Arkana yang berada di ruangannya dan memberitahukan kalau Femmy masuk rumah sakit. Tentu saja Arkana sangat terkejut, baru kemarin malam ia bertengkar dengan mamanya sekarang malah berada di rumah sakit.

"Kamu siapkan mobil kita ke rumah sakit, tunggu di lobby aku akan menyusul," titah Arkana yang dengan cepat menyelesaikan 2 berkas yang sudah terlanjur di analisa olehnya.

"Baik Pak." Aris segera menuju tempat parkiran. Aris merangkap semua pekerjaan untuk Arkana. Bukannya Arkana tidak memiliki supir yang disediakan oleh perusahaan, tapi pria itu tidak ingin dilayani orang lain selain orang yang sudah lama bekerja dengannya.

Begitu di dalam mobil Aris mengirimkan pesan ke Femmy.

✉️ Aris : Bu sebentar lagi Pak Arkana menuju rumah sakit.

✉️ Femmy : Terima kasih atas kerjasamanya Aris dan jangan lupa rencana selanjutnya.

✉️ Aris : Baik Ibu.

Aris menghela napasnya. Ia terpaksa bekerja sama dengan ibu Arkana karena dipaksa oleh Femmy yang berpura-pura sakit. Ia mengerti perasaan Femmy yang khawatir dengan keadaan Arkana.

Arkana keluar ruangannya dan memerintahkan sekretarisnya, Devi untuk membatalkan semua rapat siang ini, ia lebih mementingkan keadaan mamanya lebih dari apapun.

"Pak sepertinya Bu Femmy sakit karena terlalu memikirkan Pak Arkana," ujar Aris berada dibalik kemudi.

"Aku rasa Mommy hanya kelelahan saja," ucap Arkana yang berpura-pura biasa saja, walau sebenarnya ia khawatir keadaan Femmy.

"Apa sebaiknya Pak Arkana menuruti saja keinginan Bu Femmy, Pak."

"Aku tidak berniat menikah Ris. Memiliki istri itu merepotkan, wanita juga terlalu banyak menuntut bikin beban saja."

"Tapi kan agak menyenangkan Pak kalau ada seorang wanita yang menemani."

"Sudahlah kamu ga usah ikut-ikutan Mommyku."

Aris tak berani lagi melanjutkan perkataannya. Lebih baik ia diam saja daripada kena semprot atasannya yang memang sensitif jika membahas tentang seorang wanita.

Arkana akan masuk di dalam ruang rawat Femmy yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Di sana terdengar suara Dian dan mamanya yang sedang berbicara membuatnya mengurungkan niatnya untuk masuk.

"Aku sangat sedih Dian, kenapa Kana belum mau menikah," ucap Femmy.

"Ibu sabar saja, saya yakin Tuan Arkana nanti juga akan menikah," ujar Dian.

"Usiaku sudah tak lama lagi Dian, sakitku bisa membunuhku kapan saja. Aku takut mati duluan sebelum melihat pernikahan anak semata wayangnya, aku takut Dian." Femmy menangisi nasibnya.

"Ibu..." Dian menangis mendengar perkataan Femmy.

Arkana sangat terkejut mendengar Femmy sakit dan terdiam di depan pintu. Kakinya terasa begitu lemas ia tak percaya mamanya sakit keras dan usianya tinggal sebentar lagi. Badannya juga lemas dan hampir terjatuh untung ada Aris yang baru tiba menolongnya.

"Ada apa Pak kok tiba-tiba begini?" tanya Aris khawatir dan memapah Arkana ke kursi yang ada di sana.

"Aku meras berdosa Aris, kenapa aku malah memarahi Mommy, aku anak durhaka," ucap Arkana dengan mata berkaca-kaca.

"Bu Femmy kenapa Pak?"

"Mommy sakit dan aku sebagai anaknya ga pernah mengetahui kalau ibu yang melahirkan dan membesarkan aku sakit. Anak macam apa aku ini Aris."

Aris terdiam. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tahu kalau tentang sakitnya Femmy hanyalah pura-pura dan tak menyangka kalau Arkana akan sangat tergoncang dengan hal tersebut dan untunglah Arkana tidak bertanya ke dokter tentang keadaan Femmy.

"Aku harus menuruti semua keinginan Mommy sebelum..." Arkana mengusap air matanya dan berjalan menuju ruang rawat Femmy.

"Eeh, Kana kok kamu tahu Mommy di rawat di sini. Kapan kamu datang Nak?" Femmy berpura-pura terkejut dengan kedatangan Arkana.

"Mommy..." Arkana tersenyum menatap Femmy dan duduk di sisi ranjang memegang tangan ibu yang sangat disayanginya. "Mommy harus sehat yaa, jangan banyak pikiran, tenangkan pikiran Mommy."

"Iya Nak. Maaf yaa Mommy malah merepotkan kamu, kamu pasti sangat sibuk meninggalkan pekerjaanmu demi menemui Mommy."

"Makanya Mommy harus sehat biar semua pekerjaanku cepat beres dan selalu bisa menemani Mommy."

"Iya Nak."

Femmy dan Arkana berbincang-bincang menceritakan kenangan indah mereka saat Xavier masih ada bersama mereka sampai pada akhirnya, Femmy mulai menyinggung tentang pernikahan, tapi kali ini Arkana tidak menunjukan respon seperti kemarin.

"Kana, kamu mau bertemu dengan anak temannya Mommy?" tanya Femmy berhati-hati dalam perkataannya.

"Untuk apa Mom?" tanya Arkana.

"Mommy ingin kamu berkenalan dengan Laura, siapa tau kalian cocok dan jadi jodoh."

"Mom..." Arkana menghela napasnya menatap Femmy sedih.

"Hanya saling mengenal saja kalau memang ga cocok dan ga sampai diperkirakan juga ga masalah kok Nak."

"Iya Mom. Aku akan melakukan apapun demi kebahagiaan Mommy."

Femmy melihat Arkana dengan tak percaya. Matanya sampai berkaca-kaca bahagia dan memeluk putranya. "Terima kasih Kana, terima kasih." Arkana membalas pelukan mamanya.

Maafkan Mommy yaa Kana sudah berbohong ke kamu. Ini Mommy lakukan demi kebahagiaan dan masa depanmu anakku tersayang. Femmy berkata dalam hatinya.

The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang