Arisha terbangun dari tidurnya merasa tempat tidur nya bergerak-gerak dan terdengar suara musik keras memekakan telinganya.
"Hei! Siapa sih pagi-pagi begini udah berisik banget!" Arisha berteriak marah.
"Jangan marah-marah Risha. Ini aku datang menemui mu." Serin menjulurkan lidahnya dan menggelitik Arisha.
Arisha tertawa terbahak-bahak menolak gelitikan tangan Serin, tapi tetap saja sahabatnya itu berhasil membuatnya kembali kegelian dan tertawa kembali. Arkana mendengar gelak tawa Arisha jadi ikut merasakan bahagia juga.
Pagi-pagi sekali Arkana membangunkan Femmy, Cicil, dan Serin. Ia menceritakan keadaan Arisha tadi malam yang mengigau memanggil nama mama nya dan meminta maaf sambil menangis. Femmy sangat kasihan ke Arisha, gadis malang itu sepertinya merindukan kasih sayang seorang ibu.
Arkana menyuruh Serin membawa salah 1 pakaiannya agar bisa dikenakan Arisha karena Arisha tidak membawa barang apapun saat di kamar hotel, bahkan Arisha tidur masih mengenakan gaun pengantin.
"Temanku kan salah 1 tim make up artisnya kemarin bilang kalau gaun pengantin itu Arisha yang membuatnya," ucap Cicil kagum. "Gaunnya kepanjangan secara Laura memang lebih tinggi dari Arisha terus sama Arisha itu dipotong dan dijahit cuman pakai jarum dan benang biasa. Hebat kan Tan menantimu."
Femmy dan Arkana terkejut mendengarnya, tapi berbeda dengan Serin. Sudah biasa anak fashion design membuat baju sendiri, bahkan beberapa baju yang dikenakannya buatan Arisha. Arisha jauh lebih berbakat dibandingkan dirinya.
"Itu memang keahlian Risha. Beberapa dress ku dibuat dia seperti, gaun kemarin yang mendesain dan jahit buatan Risha pas acara nikahannya Kak Kana," ucap Serin sambil menguap dan kembali tidur.
"Jadi gaun itu Arisha yang buat bukan kamu beli?" tanya Cicil.
"Ga Kak. Kalau beli jadi mahal mending suruh Risha aja yang buat biar hemat."
"Kamu bayar berapa?"
"Beli bahan cuman 300 ribu trus ini itu 100 ribu, kasih duit ke Risha 100 ribu dan makan ke KFC aja udah cukup." Serin menarik selimut.
Cicil menatap Serin kesal. Ia naik ke atas ranjang lalu menjambak rambut panjang gadis cantik itu.
"Aduuh… sakit Kak. Apa kamu lagi kesurupan kenapa tiba-tiba jambak aku?!" teriak Serin sekalian membalas menjambak Cicil.
Arkana langsung mundur beberapa langkah dan Femmy menarik badan kedua keponakannya. "Kalian ini kenapa kok malah berkelahi!"
"Serin kurang ajar nih anak, dia minta uang 2 juta buat beli baju dan sepatu baru buat acara nikahan Kak Kana malah cuman suruh Risha yang membuatnya dan lebih parahnya lagi cuman ngasih 100 ribu jaga buat baju!" Cicil menatap Serin geram.
"Loh, bebas dong Kak. Yang penting baguslah gaunnya modelnya." Serin membalas tak terima.
Arkana sangat kesal. Kepalanya sangat pusing sampai ingin meledak Ia sudah kurang tidur malah sekarang harus menghadapi para sepupunya bertengkar gara-gara sebuah gaun dan uang 2 juta.
"Kalian bisa diam ga!" Arkana berteriak marah. "Kamu, Serin perbuatanmu itu salah." Ia menatap Serin tajam, "dan kamu, Cicil seharusnya sebagai Kakak bukannya main jambak aja. Kasih tau baik-baik bukan dengan cara kekerasan!"
"Nah, denger ini. Kalian berdua ini sudah sama-sama dewasa kelakuannya kayak anak kecil aja," ucap Femmy.
"Sudah kalian berdua saling berpelukan dan saling memaafkan. Awas kalau sampai aku tau masih bertengkar terus, kalian berdua gak akan mendapatkan jatah belanja." Arkana mengeluarkan kartu kredit black card miliknya.
Dengan cepat Cicil dan Serin saling berpelukan dan saling meminta maaf. Arkana lalu meminta mereka untuk membeli semua kebutuhan Arisha. Serta membawa gadis itu pergi untuk membeli baju, tas, sepatu, perhiasan, dan apapun kebutuhannya tanpa terkecuali.
Tentu saja Cicil dan Serin sangat setuju. Selain memang suka belanja juga mendapat bagian untuk membeli semua kebutuhannya. Apalagi black card Arkana sudah berada di tangan Cicil, Kakak dan adik itu sangat bersemangat untuk berbelanja.
"Kalau anak-anak pergi kamu mau ke mana?" tanya Femmy penasaran apa kegiatan Arkana selanjutnya.
"Aku mau mengerjakan sesuatu yang sangat penting dan ini menyangkut hidup matiku," ucap Arkana dengan sungguh-sungguh.
"Mau molor lagi yaa Kak." Serin nyeletuk asal.
"Bingo! Kamu benar sekali Serin. Aku mau pulang dan tidur yang lama. Mau bobo ganteng."
Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak dengan kelakuan Arkana. Sifat Arkana bisa berubah-ubah, terkadang bisa super galak dan begitu tegas, tapi terkadang bisa membuat tertawa.
Serin membawa Arisha ke kamar mandi dan menyuruh sahabatnya itu segera membersihkan diri karena mereka akan berbelanja. Untuk beberapa saat Arisha masih belum menyadari kenapa Serin berada di kamarnya, tapi tiba-tiba ia tersadar dan jadi bingung sendiri.
"Ser, kamu kenapa ada di kamar ku?" tanya Arisha heran.
"Eh, kamu belum tau yaa." Serin memicingkan matanya.
"Memangnya ada apa sih? Serius deh kenapa kamu ada di sini."
Serin menjelaskan ke Arisha kalau ia sebenarnya sepupu Arkana. Tentu saja kabar tersebut membuat Arisha sangat terkejut sekaligus bahagia. Ia sama sekali tak menyangka kalau sahabatnya sekarang jadi saudaranya.
***
Awalnya Arisha menolak untuk berbelanja. Ia bisa mengambil barang-barangnya di rumah keluarganya, tapi Serin dan Cicil terus menyakinkannya agar mau menerima semua pemberian Arkana. Bagaimanapun sekarang Arisha, istri Arkana yang seorang CEO perusahaan dan sudah seharusnya berpenampilan baik demi menjaga nama baik keluarga William.Akhirnya, Arisha menyetujui semuanya demi menjaga nama baik keluarga William. Cicil, Serin, dan Arisha pergi ke pusat perbelanjaan yang berada di Bundaran HI Jakarta. Sedangkan, Arkana dan Femmy pulang ke rumah bersama Aris. Ia memutuskan untuk segera kembali ke rumah daripada harus berlama-lama di hotel tempat mertuanya bekerja.
"Ris, kamu pilih aja baju sesuai keinginanmu," ucap Cicil.
"Aku pakai baju apa aja ga masalah kok Kak," ujar Arisha.
"Ah, Risha susah Kak. Mending kita pilihkan aja buat dia," kata Serin.
Arisha hanya tersenyum. Memang benar yang dikatakan Serin lebih baik mereka memilihkan semua kebutuhannya. Bukannya, ia tidak berminat hanya memang lebih suka membuat pakaian sendiri daripada membelinya.
"Ris, kamu suka yang ini gak?" tanya Serin memperlihatkan dress warna cream.
"Ok," jawab Arisha.
Bagi Arisha yang memang menyukai desain dan mengerti bahan kain membeli baju yang ada di toko terkadang terlalu mahal. Ya, ia memang mengerti kalau biaya pakaian harus ada pajak, biaya toko, biaya karyawan dan sebagainya, tapi tentu saja memiliki fashion designer mereka sendiri.
Seandainya, ia bisa diterima di salah 1 perusahaan fashion ternama tentu akan sangat membahagiakan dan membanggakan untuk dirinya sendiri, tapi melihat status sekarang yang sudah menikah tentu itu sulit.
"Ris, pindah ke toko tas yuks," ajak Serin.
Dan seperti biasa Arisha hanya tinggal mencoba apa yang Serin dan Cicil pilihkan untuknya. Serin paling mengerti tentang seleranya yang simpel dan sederhana. Ia bukan wanita yang harus semuanya serba mahal.
Hampir setengah hari Cicil, Serin, dan Arisha mengelilingi pusat perbelanjaan bergengsi tersebut. Kaki Arisha rasanya mau copot karena ia sangat lelah ke sana kemari membeli semua kebutuhannya.