Dua insan yang saling beradu membakar hasrat gairah yang sulit untuk diucapkan melalui kata-kata seakan mengerti arti sebuah hubungan. Kejadian tadi malam membuat hubungan Arkana dan Arisha menjadi berbeda.
Sinar mentari pagi menelisik masuk di balik tirai jendela kaca di hotel mewah tersebut membuat Arisha terbangun saat merasakan sinar matahari pagi menyinari wajahnya. Ia menggerakan tubuhnya yang terasa sangat lelah dan kepalanya pusing.
Dengan memegang kepalanya yang terasa begitu nyeri melihat dirinya berada di balik selimut tanpa sehelai benangpun. Matanya membulat saat dia teringat kejadian tadi malam saat berhubungan intim dengan Arkana, tapi dimana laki-laki yang telah menidurinya sekarang?
Arisha ke kamar mandi menatap tubuhnya di depan cermin. Ia tidak menyangka ada bekas kepemilikan yang dibuat oleh Arkana di lehernya.
“Astaga nih laki-laki ganas amat,” ucap Arisha tak percaya. “Kenapa aku malah bercinta sama Arkana? Aku sudah gak perawan lagi." Ia menangis menyesali apa yang telah terjadi.
Arisha keluar kamar mandi. Ia bingung harus bagaimana, sekarang keadaannya sudah berbeda tak sama lagi. Arkana kembali ke kamar dengan pelayan hotel membawa meja yang berisi makanan ke kamar mereka.
Arkana dan Arisha hanya saling diam saat menyantap makanan tanpa satupun dari mereka berkata-kata.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Arkana memperhatikan Arisha.
“Baik," jawab Arisha tanpa berani menatap Arkana.
“Hmm… begini tentang tadi malam.”
"Kita mabuk," jawab Arisha singkat.
"Ya kita mabuk," jawab Arkana tak bersemangat. Menyelusup rasa kecewa di dalam hatinya dengan perkataan Arisha.
"Risha, aku minta ma–"
"Jangan minta maaf Om! Ini semua salah Om! Om merenggut satu-satu harta paling berharga dalam hidupku. Aku sekarang gak perawan lagi itu semua gara-gara perbuatan Om!" Arisha berteriak histeris.
Arkana semakin merasa bersalah ke Arisha. Seandainya tadi malam ia dan Arisha tidak mabuk tentu kejadian ini tidak mungkin terjadi. Ia sangat sedih melihat keadaan Arisha yang sangat terguncang.
"Ini semua kesalahanku, Risha. Maafkan aku, Arisha." Arkana memeluk tubuh kecil istrinya. Setelah dirasanya Arisha cukup tenang ia membawa istrinya ke atas ranjang.
"Maaf Risha tadi malam aku melanggar perjanjian kita. Aku melakukannya tanpa sadar begitu juga kamu cuman aku merasa ada yang aneh koktail kita seharusnya tidak beralkohol, tapi tadi malam berbeda." Arkana merasa ada aneh dengan minumannya tadi malam.
"Tapi bagaimana kalau aku hamil Om?"
Arkana menutup matanya. Inilah yang dikhawatirnya kalau Arisha hamil. "Aku akan bertanggung jawab. Aku yang akan membesarkan anak kita jadi kamu gak akan terbebani apapun."
Arisha menggelengkan kepalanya. Kalau ia hamil, ia hanya ingin bersama anaknya. "Gak bisa Om. Kalau aku hamil, aku hanya ingin anakku bersamaku bukan sama Om."
"Nanti kita bicarakan lagi. Yang penting semoga saja kamu tidak hamil Arisha."
"Iya Om."
"Kamu tenanglah Arisha semua akan baik-baik saja."
Mendengar suara Arkana yang lembut padanya semakin membuat Arisha menangis di dalam dekapan Arkana. Rasanya begitu nyaman berada dipelukan pria yang sudah menjadi suaminya. Arkana menyentuh pipi Arisha mendekati wajahnya dan menciumnya dengan lembut sangat lembut sehingga berubah menjadi lumatan-lumatan yang bergairah.