Arisha menatap Alya tak percaya. Ia menggelengkan kepalanya. "Aku ga mau Ma, aku ga mau."
"Mama mohon Risha, Mama mohon kamu mau yaa menggantikan Laura menikah sama Arkana."
"Ma, kalau memang Laura kabur ga mau menikah sama Arkana itu batalkan saja pernikahannya. Kalau tetap dilanjutkan itu sama saja menipu keluarga mempelai pria, menipu Arkana, Ma."
"Mereka malah yang meminta kamu yang menggantikan Laura, Ris."
"Itu ga mungkin Ma. Mereka saja ga mengenal aku."
Alya sudah tak punya pilihan lagi, ia akhirnya menceritakan kalau Femmy memberikannya uang 1 miliar sebagai persiapan pernikahan tetap berlanjut, 3 set berlian, dan 1 unit mobil Mercedes Benz.
"Ya sudah Ma di kembalikan saja semuanya. Uangnya, berliannya, mobilnya."
"Ga semudah itu Risha. Uangnya sudah dipakai untuk baju-baju, make up, katering, Berlian sama mobil di bawa kabur Laura." Alya sangat kebingungan harus melakukan apalagi. "Malah sekarang Bu Femmy mengancam akan membuat Ardian dipecat dari pekerjaannya. Kalau Papamu sampai dipecat bagaimana keadaan ekonomi keluarga kita."
Arisha menutup matanya. Kenapa semua masalah bercampur jadi 1. Kenapa ia yang harus menanggung kesalahan yang tidak diperbuatnya?
"Tolong Mama sama Papamu, Ris. Hanya kamu lah yang dapat menolong keluarga ini." Alya kembali memohon ke Arisha.
"Tapi Ma. Aku masih kuliah, aku masih ingin kerja belum ingin menikah."
"Kamu masih bisa kuliah dan kerja walau sudah menikah."
"Aku… ga mencintai Arkana, Ma. Aku memiliki orang yang aku suka."
"Rasa cinta, suka akan tumbuh seiringnya kalian bersama. Tolonglah Mama, Risha. Tolong…" Alya menangis tersedu-sedu. "Kalau kamu mau Mama maafkan kesalahanmu lahir di dunia ini, Mama akan memaafkanmu, Mama akan menyayangimu seperti Laura." Alya berlutut di depan Arisha.
Arisha segera menarik Alya agar tidak berlutut dan sangat sedih mendengar perkataan ibunya. Bukan kesalahannya lahir dari rahim wanita itu, tapi Alya seakan-akan membuatnya lah yang bersalah lahir dari rahim Alya.
Dalam 1 helaan napas dan mencoba untuk tenang. Arisha menganggukan kepalanya. Ia terpaksa harus menerima pernikahan ini menggantikan adiknya sebagai pengantin.
Alya langsung memeluk Arisha erat. "Terima kasih Risha, terima kasih anakku." Ia sangat bersyukur.
Mendengar Alya mengucapkan kata 'anakku' membuat hati Arisha terasa begitu lega. Akhirnya, kata-kata yang selama ini dinantikannya terucap juga dari bibir ibunya.
Alya memerintahkan orang make up untuk mendandani Arisha. Tapi ada masalah lain, wedding dress. Gaun pengantin yang seharusnya dikenakan Laura itu kepanjangan saat dikenakan Arisha dan bentuk di bagian pinggangnya jadi melorot. Mereka semua jadi bingung.
Alya menyuruh tim make up artis untuk memotong gaunnya, tapi tim menolak permintaan Alya. Jika dipotong bagian bawah, gaun tak akan ada ekor menjuntai panjang. Waktu sudah semakin sempit, tak ada lagi kesempatan untuk membeli gaun pengantin.
"Kalau begitu dipotong pendek aja sekalian," ujar Arisha. Semua orang di sana terkejut. Mereka tak percaya Arisha akan mengenakan gaun pengantin yang pendek.
"Kenapa? Waktunya sudah mepet dan tak ada pilihan lain. Daripada ga mengenakan pakaian lebih baik dipotong pendek aja, toh yang hadir hanya keluarga. Lagipula ini hanya pemberkatan tertutup bukan resepsi."
Tim make up artis menyetujui permintaan Arisha. Arisha yang mahasiswa fashion design memiliki kebiasaan membawa jarum dan benang putih, hitam di dalam tasnya. Ia meminjam gunting tim make up untuk memotong pendek gaun sampai di atas lutut lalu memakai jarum pentul untuk menandai titik bawah gaun agar saat menjahit jadi sama dan tidak panjang pendek.