Arkana terbangun tengah malam karena lapar. Matanya masih setengah terpejam berjalan menuju pintu keluar, tapi ada sesuatu yang membuatnya terkejut ternyata ada Arisha tidur di sofa.
"Nih, cewek ngapain tidur di sofa sih," ucapnya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Arkana menggendong Arisha membawanya ke atas ranjang, menutupi tubuhnya dengan selimut. Setelah itu ia ke dapur mencari makanan untuk mengganjal perutnya. Ia sangat kelaparan setelah seharian belum makan.
Arkana makan dalam kesendirian. Ia menghela napas berat dengan status barunya yang sekarang berbeda. Sudah 2 hari ia telah menjadi suami Arisha, gadis malang yang memiliki segudang pesona walau Arisha sendiri tak menyadarinya.
Setelah cukup mengisi perutnya dengan berbagai makanan. Ia kembali ke dalam kamar dan menatap Arisha yang tertidur sangat nyaman di atas ranjang. Ingin sekali menyingkirkan gadis itu, tapi ia tak tega. Akhirnya, ia ikut berbaring di samping Arisha karena besok pagi harus ke kantor.
Arkana belum sepenuhnya larut dalam mimpinya terbangun saat mendengar Arisha lagi-lagi mengigau dalam tidurnya.
"Maa… maaf Ma." Arisha kembali menangis dalam tidurnya. Arkana tak sampai hati melihat gadis itu dan membelai lembut rambutnya, apa luka batinnya sangat dalam sampai 2 malam mereka bersama Arisha masih saja mengigau minta maaf ke mamanya.
Tiba-tiba Arisha bergerak memeluk Arkana. Membuat tubuh Arkana menegang, ditambah Arisha terus bergerak semakin mendekatkan payudaranya di dada atletisnya.
"Aduh, kenapa nih cewek nempelin dada nya di sini sih," ucap Arkana resah dan gelisah sendiri.
Bagaimana Arkana tidak resah dan gelisah kalau juniornya jadi ikut menegang bersamaan payudara Arisha tergesek-gesek di dadanya. Perutnya terasa nyeri karena juniornya yang menegang, tapi tak bisa mengeluarkan ledakan larva. Untuk beberapa saat ia sulit untuk memejamkan matanya, tapi lama ke lama ia ikut terlelap dalam buaian mimpi.
***
Arisha membuka mata rasanya, ia tidur sangat nyenyak sekali, baru kali ini bisa tidur dengan sangat nyaman, tapi ada yang berbeda. Ia menengadah, matanya membulat dan langsung bangun sambil berteriak, "aaahh! Kamu kurang ajar!!" Ia langsung mendekap badannya sendiri.
Arkana menatap Arisha. "Diam! Kamu berisik sekali." Lalu melempar bantal ke badan istrinya.
"Yaa Tuhan. Apa yang kamu lakukan ke aku, Om? Aku sudah tak suci lagi, kamu jahat melakukan 'itu' saat aku tidur." Arisha menatap Arkana marah.
*Melakukan itu? Itu apa? Ngomong yang jelas!"
"Itu Om, itu loh yang itu." Arisha memperagakan ujung-ujungnya saling bertemu.
Arkana mengernyitkan dahinya sambil tangannya ikut memperagakan yang sama seperti Arisha dan beberapa detik baru menyadari apa yang dimaksudnya.
"Astaga! Kamu ini pagi-pagi pikirannya udah jorok ya." Arkana menatap Arisha kesal. "Kamu pikir aku akan melakukan sama perempuan kurus kerempeng kayak kamu."
"Wah, si Om body shaming nih. Ga menghargai bentuk tubuh perempuan banget sih Om. Di mana empatinya, Om."
Arkana terperangah mendengar kata-kata Arisha. Ia tak habis pikir dengan perkataan gadis itu yang menuduhnya body shaming dan menyuruhnya berempati. Ia jadi pusing sendiri pagi-pagi bukannya mendapatkan ketenangan malah bertengkar.
"Om yakin kan gak melakukan tindakan asusila ke aku?" Arisha bertanya lagi untuk meyakinkan dirinya sendiri.
"Sekali lagi ngomong ngawur aku lempar kamu dari lantai 2!" Arkana sudah habis kesabarannya.