Waktu sudah menunjukan pukul 21.30 malam. Arkana baru kembali ke Jakarta dan ingin segera pulang ke rumahnya, tapi ia teringat hari saat berada di Singapore, mamanya terus menerus meneleponnya dan menanyakan pendapatnya tentang perjodohan. Ia jadi khawatir jangan-jangan mamanya berniat melakukan perjodohan untuknya.
"Ris kalau toko kue yang buka kasih tau aku," ujar Arkana.
"Siap Pak," jawab Aris.
Perjalanan yang masih macet membuat Arkana kesal. Kenapa sudah malam masih saja jalan ibu kota selalu saja macet, apa orang-orang tidak pernah tidur dan selalu saja sibuk.
"Pak itu ada toko roti buka," ujar Aris memberitahu ke Arkana.
"Ooh iya, mampir Ris," ucap Arkana.
"Iya Pak." Aris memberhentikan mobil di parkiran depan toko roti.
Arkana memilih turun sendiri membelikan cake tiramisu kesukaan Femmy. Ia berharap bisa membuat mamanya lupa sejenak dengan rencana perjodohan. Saat masuk ia bisa melihat mata karyawan di sana menatapnya berbinar-binar itu membuatnya risih.
"Saya pesan cake tiramisunya mbak," ucap Arkana melihat ke display cake.
Arkana membayar cake dan ada yang menarik perhatiannya. Gadis kasir yang dihadapannya melihatnya dengan berbeda dan hanya senyum sekedarnya saja tanpa tatapan dan senyuman menggoda. Ia jadi penasaran dengan gadis ini.
Di dalam mobil Arkana terus memikirkan gadis itu yang terlihat tak tertarik padanya membuatnya penasaran. Wajah Arkana yang senyum-senyum sendiri menarik perhatian Aris, tapi ia tak berani untuk menanyakannya.
Begitu masuk ke rumah Femmy menyambutnya dengan penuh semangat dan langsung memeluk Arkana. "Eh, anak kesayangan Mommy udah pulang."
Mendapat pelukan dari Femmy membuat Arkana curiga. Pasti ada sesuatu yang akan dilakukan mamanya mungkin saja tentang perjodohan. Ia hanya bisa berharap semoga saja mamanya tidak serius dengan perkataannya sebelumnya.
"Ayo makan bareng-bareng aja sekalian sama Aris," ucap Femmy menyuruh Arkana memanggil Aris sekretaris sekaligus asisten pribadi putranya.
"Sudah malam Mom, kasian Aris mungkin udah capek," ujar Arkana.
"Kalau menuruti kamu yang ada si Aris jadi makin kurus kering Kana." Femmy menatap anaknya lalu melihat Aris. "Sini Ris, makan bareng-bareng." Ia memberikan potongan cake di piring kecil.
Aris melirik Arkana dan Arkana menganggukkan kecil. "Baik Bu."
Mau tak mau Arkana ikut menikmati cake yang diberikan mamanya. Ada perasaan was-was jika sang ibu akan melakukan drama yang membuatnya kesal.
"Kana, kamu tau ga anaknya Pak Julius sudah menikah loh," ucap Femmy memulai pembicaraan.
"Ooh baguslah," ujar Arkana.
"Dan si Sinta, teman kamu dulu sekarang lagi hamil anak keempat loh."
"Wah, hebat Sinta produktif sekali."
"Teman Mommy si Nila malah sudah punya 2 cucu loh, Kana."
"Wah, hebat dong makin sibuk ngurus cucu."
Femmy melirik Arkana. Ia sangat kesal putranya selalu saja bisa menjawab semua perkataannya dengan tenang. Saatnya sekarang ia menuju sasaran.
"Aku, seandainya aku bisa punya cucu pasti lebih menyenangkan." Femmy mulai menyindir Arkana.
"Adopsi aja Mom jadi bisa punya cucu. Ga pakai lama lagi malah cara instan punya cucu."
Mendengar ucapan Arkana membuat stok kesabaran Femmy habis. "Kamu maunya apa sih Kana? Usiamu itu sudah 38 tahun sebentar lagi kamu udah mau 40 tahun. Sampai kapan kamu ga nikah-nikah?"
"Masih ada waktu 2 tahun lagi Mom baru 40 tahun jangan asal main lompat setahun dan pastinya nanti akan ada saat yang tepat aku pasti menikah Mom."
"Kapan di saat yang tepat itu? Sampai Mommy tua renta dan mati gitu baru kamu mau nikah!"
"Bukan seperti itu juga Mom."
Femmy menatap heran pada putranya. Kenapa anaknya begitu keras kepala membuatnya sangat marah. "Apa jangan-jangan kamu homo Kana?"
Arkana melihat Femmy tak percaya dan Aris melihat Arkana terkejut.
"Iya kan, kamu homo. Jangan-jangan Aris itu pasangan sesama jenismu." Femmy menatap dua pria di depannya dengan tak percaya.
Aris yang sedang minum langsung tersedak mendengar tuduhan ibu atasannya dan Arkana semakin tak percaya mendengar perkataan Femmy, apalagi Aris dituduhnya yang jadi pasangan sesama jenisnya.
"Mom jangan menuduh hal yang ga masuk akal seperti itu! Aku dan Aris bukan pasangan sesama jenis!" Arkana sangat kesal mendengar tuduhan Femmy dan mendelikkan matanya ke arah Aris.
Aris langsung cepat tanggap. "I-iya Bu, maaf sekali Bu, saya dan Pak Arkana bukan seperti itu."
"Kalau kamu bukan homo, kenapa ga mau punya pacar? Kenapa ga mau nikah Kana? Katakan alasannya!" Femmy menatap putranya tajam.
"Iya Pak katakan alasannya!" Aris jadi ikut-ikutan bertanya ke Arkana. Ia juga penasaran dengan alasan atasannya.
Arkana melirik Aris yang mulai lancang ikut-ikutan bertanya tentang alasannya. "Ga ada alasan. Aku memang belum mau menikah aja. Ga ada alasan lain."
"Apa jangan-jangan kamu masih belum bisa melupakan perempuan itu Kana?" Femmy menutup mulutnya tak percaya.
"Jangan mengungkit masa lalu Mom. Mommy jangan ikut campur urusanku!" suara Arkana meninggi menatap dingin wanita yang telah melahirkannya.
Mata Femmy berkaca-kaca dengan perkataan Arkana. Hatinya sakit sekali putranya begitu tega membentaknya. "Kalau begitu terserah kamu! Kamu mau nikah, mau jadi homo, mau jadi apapun terserah kamu, Arkana." Ia pergi ke kamarnya meninggalkan Arkana yang tampak menyesal dengan ucapannya sendiri.
"Aarkh! Kenapa semua jadi begini." Arkana berteriak marah.
Aris menelan salivanya. Ia juga sama seperti Femmy tak percaya atasannya tega berkata seperti itu ke ibu kandungnya sendiri. "Pak, saya pamit pulang dulu."
"Iya," jawab Arkana dingin.
Arkana masuk ke dalam kamarnya. Perasaan campur aduk, ada perasaan menyesal dan tak tega dengan mamanya sendiri. Bagaimanapun mamanya pasti kesepian setelah papanya meninggal.
Semenjak papanya meninggal, mamanya sama sekali tidak pernah mengeluh. Ia selalu sibuk mengurusi perusahaan keluarga yang ada di Indonesia sehingga tak ada waktu untuk menemani mamanya.
"Haruskah aku menuruti permintaan Mommy." Arkana memutuskan untuk beristirahat daripada harus memikirkan hal yang membuat kepalanya pusing.