Ardian dan Alya tergesa-gesa menuju rumah sakit. Laura masuk rumah sakit dan mereka belum tahu apa penyebab anak bungsunya berada di sana.
"Ardian cepetan nyetir mobilnya. Kamu ini lelet banget sih," ucap Alya kesal.
"Sabar Ma. Apa kamu lupa kalau jalanan di Jakarta itu jam berapapun selalu macet." Ardian membalas perkataan Alya tak kalah kesalnya.
"Akh, sudahlah kamu ini memang menjengkelkan."
Ardian memilih diam. Percuma menanggapi istrinya yang selalu marah dan suka meremehkannya. Lagi pula putrinya saat ini lebih membutuhkannya daripada harus bertengkar.
Begitu sampai di rumah sakit Ardian menuju ruang dokter sedangkan Alya bergegas ke ruang rawat putrinya. Ia menatap nanar keadaan Laura yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Ia segera menghampiri putri bungsunya.
Laura melihat kehadiran Alya dan menangis. "Mama… Mama…"
"Lau, kamu kenapa Nak?" tanya Alya sedih.
Alya memeluk tubuh putrinya yang terdapat banyak lebam-lebam biru di tangan, pipi Laura bengkak, matanya juga lebam.
"Siapa yang melakukan ini ke kamu, Nak?" tanya Alya.
"Bayu, Ma. Dia memukulku."
"Dasar laki-laki kurang ajar!" Alya sangat geram kelakuan pacar putrinya tersebut.
"Aku takut Ma. Dia memukulku terus padahal aku sudah memohon jangan memukulku."
"Sudah Sayang. Kamu jangan khawatir dan takut apapun, di sini ada Mama dan Papamu yang akan selalu melindungimu, Nak." Alya memeluk Laura yang menangis ketakutan.
Sementara itu di ruangan dokter Ardian sangat terkejut mengetahui kalau Laura mengalami penganiayaan oleh teman dekatnya, Bayu. Yang lebih mengejutkan ternyata Laura hamil. Kabar itu tentu membuat Ardian seketika kehilangan tenaganya.
"Ya Tuhan, kenapa malah terjadi begini," ucap Ardian tak percaya.
Setelah berbicara dengan dokter, Ardian menuju kamar rawat Laura. Di sana ada Alya yang menangis di sisi Laura, ia menatap sedih dengan keadaan putrinya yang banyak terdapat lebam bahkan pelipis matanya bengkak. Sungguh kasihan Laura sudah hamil dan mengalami kekerasan.
"Papa…" Laura memanggil nama Ardian pelan.
"Iya Nak." Ardian mendekati putrinya dan membelai lembut rambut panjang Laura.
Ardian belum mengatakan apapun keadaan Laura ke Alya. Ia sangat mengenal istrinya, wanita yang keras kepala dan mata duitan itu pasti akan memarahi Laura bahkan akan meminta Laura menggugurkan kandungannya.
"Apa kata dokter? Bagaimana keadaan Lau?" tanya Alya ke Ardian.
Tubuh Laura bergetar, ia ketakutan dan menatap Aridan cemas. Ia takut papanya akan memberitahu kehamilannya ke Alya. Ardian mengerti keadaan Laura.
"Seperti yang kamu lihat Lau mengalami penganiayaan," ujar Ardian.
"Apa ada hal yang lainnya?"
"Ga ada Al."
Alya mengepalkan tangannya. Ia sangat marah kelakuan Bayu yang menyiksa putrinya kesayangannya. "Lau, kamu itu harusnya mendengar kata-kata Mama. Kalau saja kamu yang menikah sama Arkana tentu semua ini gak akan pernah terjadi!"
Laura tidak bisa menjawab perkataan Alya. Untung saja ia kabur dari pernikahan itu kalau sampai jadi menikah bisa hancur pernikahannya ditambah ia hamil anak laki-laki lain akan menambah beban hidupnya.