Arkana akhirnya memenuhi keinginan Femmy untuk bertemu dengan seorang wanita pilihan mamanya. Ia berjalan angkuh masuk ke dalam restoran yang sudah direservasi oleh Femmy.
Arkana melihat wanita yang dimaksud Femmy. Wanita itu memang cantik, kulitnya putih, dan rambutnya panjang. Ada sesuatu yang membuatnya tak suka, tatapan wanita itu sama seperti wanita-wanita lain yang terpanah dengan ketampanannya.
"Hai, kamu pasti Arkana ya," ucap Laura sambil mengulurkan tangannya.
"Iya. Saya, Arkana, kamu yang namanya Laura kan?" tanya Arkana membalas uluran tangan Laura.
"Iya aku, Laura. Masa sih kamu ga kenal aku?"
Arkana mengerutkan dahinya. "Apa maksud kamu?"
"Aku yakin kamu tau aku cuman pura-pura ga kenal aku kan." Laura menggoda Arkana.
"Memangnya kamu siapa? Kenapa saya harus tau siapa kamu? Apa pentingnya buatku?"
Laura sangat kesal mendengar kata-kata Arkana. Harga dirinya sebagai model yang sedang naik daun seakan terhina.
"Apa di rumahmu ga ada televisi? Atau apa kamu ga bisa menggunakan ponselmu untuk mencari tahu siapa itu Laura Alora," ucap Laura sinis.
"Sudahlah jangan banyak basa-basi. Saya sudah bertemu kamu jadi tinggal kamu sama Mommy aja yang atur semuanya." Arkana akan beranjak meninggalkan Laura.
"Hei! Jangan pergi dulu. Kamu kira kamu siapa sampai berani meninggalkan aku begitu saja, hah!"
Arkana menghela napasnya kesal. Ia terpaksa kembali duduk di depan Laura. "Jadi apa mau mu? Saya memang ga mengenal kamu dan ga tau siapa kamu."
"Aku ini model terkenal di Jakarta semua orang mengenal aku, apalagi laki-laki pasti mendambakan aku."
"Ooh…"
"Hei! Kamu yang sopan dong sama wanita."
"Laura bagi saya mau kamu model atau banyak laki-laki yang mendambakanmu itu ga penting."
Laura terperangah. Ia tak percaya Arkana sama sekali tidak mengetahui siapa dirinya.
"Aku pergi, aku masih banyak urusan yang lebih penting daripada hanya bertemu seperti ini." Arkana pergi meninggalkan Laura yang sangat kesal.
Laura menatap Arkana marah. Harga dirinya benar-benar begitu terinjak-injak dihina oleh seorang pria yang tak pernah menganggapnya ada.
"Baru kali ini aku ketemu pria yang sombong, angkuhnya luar biasa. Aku ga mau menikah sama laki-laki yang ga akan menjadikan aku ratu! Bisa-bisa aku jadi babu kalau menikah sama dia." Laura juga pergi dari restoran tersebut.
*******
"Risha… cepet ke sini." Terdengar suara teriakan Alya memanggil Arisha.
"Iya Ma sebentar."
"Cepetan jangan lama-lama!" Alya kembali berteriak lebih keras.
"Ada apa Ma?" tanya Arisha yang masih menggunakan handuk di kepalanya.
"Kamu ngapain aja sih lama banget datangnya." Alya melirik Arisha yang masih terlihat basah.
"Habis mandi Ma. Ini rambutku masih ku bungkus sama handuk."
"Alah, kelamaan. Cepet sini bantu aku masak."
"Iya Ma, tapi aku keringin rambut bentar yaa Ma."
"Iya cepet ga pake lama dan jangan sengaja kamu lama-lamain, ngerti!"