Serin dan Cicil membawa Arisha ke rumah Arkana. Femmy menyambut hangat kedatangan Arisha dan langsung memeluknya dengan kasih sayang.
"Selamat datang Sayang. Capek yaa belanjanya?" tanya Femmy lembut.
Di panggil sayang oleh Femmy membuat hati Arisha terenyuh. Ia tidak pernah diperlakukan selembut itu oleh orang lain. Matanya berkaca-kaca dan tiba-tiba menangis. Femmy, Cicil, dan Serin terkejut dan bingung kenapa Arisha menangis.
"Kamu kenapa Arisha?" tanya Femmy khawatir. "Apa ada yang sakit?"
Arisha menggelengkan kepalanya. "Gak Tante. Saya baru pertama kali di panggil Sayang."
Femmy semakin merasa kasihan ke Arisha. Apakah Arisha memang tidak pernah diberikan kasih sayang oleh ibunya? Ia memeluk Arisha.
"Sudahlah Nak jangan menangis. Di sini ada Mommy, Cicil, Serin, dan juga suamimu yang menyayangimu." Femmy mengusap lembut punggung Arisha.
"Terima kasih Tante."
"Eh, jangan manggil Tante, aku ini bukan Tante kamu, tapi panggil aku, Mommy karena mulai hari ini aku akan jadi Mommy yang terbaik untukmu."
Arisha kembali menangis. Rasanya begitu bahagia ada orang yang menganggapnya sebagai mana. Sedangkan ibu kandungnya malah menyalahkan dirinya yang telah lahir di rahim ibunya sendiri.
"Ya udah cukup deh nangis-nangisnya, Ris. Sekarang kamu harus bahagia." Serin memeluk sahabatnya.
"Makasih Ser."
Mereka semua tersenyum. Berharap Arisha mendapatkan kebahagian. Setelah itu mereka makan malam berempat dan membuka semua barang belanjaan.
" Tan, Kak Kana ke mana?" tanya Cicil dari tadi tidak melihat kehadiran Arkana.
"Tidur. Dia kalau lagi capek itu tidur bisa seharian," ucap Femmy.
"Wah, parah."
Arisha hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Semenjak pemberkatan kemarin ia belum bertemu dengan Arkana lagi. Bahkan, ia hanya mengintip suaminya saat mengambil bantal di ranjang. Sepertinya, hari ini ia akan bertemu kembali dengan Arkana.
Cicil dan Serin menginap di rumah Femmy. Saatnya sekarang Arisha diantar Serin menuju kamar Arkana yang berada di lantai 2. Jantung Arisha berdebar kencang saat akan masuk ke dalam kamar.
"Ser, aku tidur sama aku aja ya malam ini," ucap Arisha yang ketakutan.
"Gak mau akh. Aku aja tidur sama Kak Cicil," ujar Serin menolak permintaan Arisha.
"Jangan gitulah Ser. Apa kamu ga kasihan sama temanmu yang unyu-unyu ini harus tidur sama pria yang gak dikenalnya."
"Sama pria yang gak dikenal? Maksudmu sama Kak Arkana?"
"Iya. Aku kan gak kenal sama Kak Arkana itu."
"Memangnya kemarin malam kalian gak belah duren gitu."
Arisha menghela napasnya. Ia pun menceritakan ke Serin kalau tidak melakukan apapun dengan Arkana, bahkan ia tidur sendirian di ranjang dan Arkana di sofa. Serin jadi mengerti kenapa Arkana lelah sekali. Kakak sepupunya itu tidak tidur semalaman.
"Mau gimana lagi Ris, kan sekarang kamu istrinya Kak Kana," ucap Serin.
"Iya sih." Mau tak mau Arisha harus masuk ke kamar.
Arisha membuka handle pintu secara perlahan. Ia takut membangunkan Arkana dan berjalan pelan-pelan. Kamar Arkana sangat besar dan maskulin. Perpaduan warna putih dan abu sangat serasi menghiasi interior kamar yang cocok untuk pria.
"Baguuus bangeettt udah kayak kamar hotel president suit. Si Om memang seleranya mevvah." Arisha bisik sendiri. "Lantainya kayu! Ini lantai kamar impianku." Ia tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
Arisha melihat Arkana tidur di atas ranjang. Ia tak berani mendekati pria itu dan masuk ke salah ruangan yang menarik perhatiannya. Di ruangan tersebut merupakan walk-in closet yang menyimpan semua pakaian, tas, jam tangan dan segala macam perlengkapan pria.
"Udah kayak butik aja nih. Semuanya ada di sini. Akh, nama juga holang kayaahh. Mau apa aja bisa." Arisha menggelengkan kepalanya.
Arisha menuju kamar mandi. Lagi-lagi ia terpanah dengan kamar mandi. "Masa ukuran kamar mandi ini sama kayak kamarku sih, malah lebih bagus nih kamar mandi si Om tampan."
Arisha mengganti pakaian tidur di kamar mandi dan membersihkan semua badan juga wajahnya. Begitu keluar dari kamar mandi ia melihat kembali kamar Arkana. "Aku tidur di mana ini." Matanya menjelajahi seluruh kamar. "Ooh tidur di sofa ajalah. Ga berani aku tidur di sebelah si Om nanti malah terjadi hal yang diinginkan lagi."
Arisha kedinginan. Ia tak mungkin mengambil selimut yang hanya ada 1 dan itu pun digunakan Arkana. Akhirnya, ia mengirim pesan ke Serin agar membawakannya selimut sebelum ia membeku di dalam kamar.
Serin jadi serba salah sendiri. Ia ingin memberikan selimut ke Arisha, tapi Femmy sudah memperkirakan kalau Arisha tidak mungkin berani tidur seranjang dengan Arkana. Jadi, kalau Arisha meminta bantuan apapun ia tak boleh membantunya.
"Astaga Lord, aku harus bagaimana? Kalau aku kasih selimut nanti Tante Femmy marah dan gak di kasih selimut Arisha bisa kedinginan." Serin memikirkan keadaan Arisha.
Serin berjalan mondar-mandir di kamarnya. Ia berbohong ke Arisha kalau sekamar dengan Cicil padahal banyak kamar di rumah Arkana. Tinggal pilih saja mau tidur di mana.
"Kasih selimut ajalah. Kasian Risha." Serin memutuskan memberikan selimut ke sahabatnya.
Selimut yang ditunggu-tunggu Arisha datang juga. Ia mengambil selimut tebal tersebut dari Serin dan segera tidur di sofa. "Sofa mahal memang beda ya. Nyaman dan empuknya melebihi spring bed di kamarku."
Arisha sangat lelah dan kakinya pegal-pegal tadi siang harus berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan untuk membeli semua kebutuhannya. Ia memutuskan untuk menutup matanya ingin terbuai dalam mimpi indah.
****
Double update