06. Tak Dianggap

196 96 533
                                    

Hai para readers aku kembali 🥰

Maafkan kemalasan authormu ini jadi lama updatenya

But aku akan berusaha untuk lebih rajin lagi

Sebelum baca jangan lupa untuk vote and komen ya;)

Dipersilahkan menandai typo:v




Dan faktanya, lidah memang lebih mudah menyakiti dari pada tangan.

~Jevan dan Shena~

____________________________________

Dengan langkah tergesa wanita paruh baya itu melewati koridor rumah sakit diikuti oleh kedua anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah tergesa wanita paruh baya itu melewati koridor rumah sakit diikuti oleh kedua anaknya. Shena hanya bisa terdiam mengikuti langkah Alvaro yang terus menggenggam tangan mungilnya seakan takut adiknya itu akan hilang.

Setelah sampai di depan ruang rawat mertuanya. Ketika itu juga seorang dokter keluar dari balik pintu.

"Bagaimana keadaan mertua saya, Dok?" tanya Clarissa dengan wajah khawatir.

"Penyakit jantung pasien kambuh. Jadi diharapkan untuk tidak membuat pasien banyak pikiran. Atau akan membayakan kondisi pasien," jelas dokter itu.

"Jadi, apa nenek saya baik-baik aja, Dok?" tanya Shena.

"Kondisi pasien sekarang sudah membaik namun masih perlu istirahat dan dirawat inap. Sedari tadi pasien terus-menerus memanggil nama Clara dan Alvaro."

"Kami boleh masuk, kan?" Alvaro menatap dokter itu memohon.

"Silahkan, tapi untuk saat ini tolong jangan memberi pasien banyak pertanyaan dan membuatnya banyak pikiran."

Ketiganya pun mengangguk dan langsung masuk ke dalam ruangan berdinding putih itu. Tampak di sana seorang wanita seusia Clarissa duduk di samping ranjang Karina.

"Ma, Mama sekarang gimana keadaannya?" tanya Clarissa membungkuk agar bisa lebih dekat dengan Karina.

"Aku tidak papa," jawab Karina dengan suara lemah.

"Alpha...," ucapnya beralih menatap cucunya.

Alvaro pun mendekat menggenggam tangan yang kini sudah keriput itu. "Alpha sekarang sudah tidak sayang ya, sama Nenek? Alpha sudah jarang main ke rumah Nenek."

"Maaf, Nek. Alpha sekarang sibuk kuliah." Alvaro mengusap tangan neneknya.

"Nek. Nenek jangan capek-capek, ya," sahut Shena perhatian. Jujur ia ikut sedih melihat kondisi neneknya saat ini.

Karina beralih menatap Shena. Senyumnya perlahan memudar digantikan dengan tatapan benci ke arah gadis itu.

"Ngapain dia di sini?" Shena menunduk mendengar pertanyaan neneknya.

Jevan dan Shena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang