33. Masa Lalu Jevan

50 7 36
                                    

Lyluvlyluvlyluv💗

Selamat malam semuanya

Jangan lupa untuk vote and komen ya :)



Saat kita berhasil membuka kunci sebuah rumah, bukan berarti kita berhasil membuka kunci kamarnya. Kadang, masih ada ruang di dalam sebuah ruang yang tidak kita ketahui.

-Jevan dan Shena-


______________________________________

Shena membongkar tasnya, mengeluarkan seluruh pakaian dan barang-barangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shena membongkar tasnya, mengeluarkan seluruh pakaian dan barang-barangnya. Tidak! Ia melupakan obat tidurnya. Ia berdecak kesal. Perasaan sudah dimasukkan semuanya. Kalau begini ia tidak akan bisa tidur atau mimpi buruk itu akan kembali mendatanginya.

Dan benar saja. Mata Shena masih terbuka di tengah malam begini. Ia hanya bisa menatap langit kamar itu dengan datar. Tubuhnya terasa sangat lelah, tapi matanya sama sekali tak mau terpejam. Shena pun bangkit dan mengambil handphonenya. Membuka pintu kamar perlahan agar tidak ada yang melihat.

Shena menyusuri lorong itu sendiri, beberapa lampu sudah dimatikan, jadi tidak sepenuhnya gelap. Jevan yang baru saja kembali dari toilet menghentikan langkahnya saat melihat Shena. Ia memutuskan untuk mengikuti gadis itu, tidak jadi untuk masuk ke dalam kamar.

Shena menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Bulan purnama, Shena tersenyum tipis melihatnya, udara malam yang terasa dingin justru menjadi penenang untuk Shena saat ini.

Sepi, beberapa lampu dari gedung sebelah masih menyala, mungkin karena ada petugas yang berjaga di sana. Saat ini dia sedang berada di rofftop gedung asrama tempat para peserta menginap.

Kepalanya tertunduk, menatap jari kakinya yang penuh dengan plaster. Ia jadi teringat Alvaro. Bagaimana juga dengan mamanya? Semoga saja masalah di sana tidak bertambah.

Kebenaran setelah mengetahui bahwa dia bukan anak angkat tidak berarti membuat Shena lega sepenuhnya. Kejadiannya memang sudah berlalu, namun trauma yang diberikan Karina masih begitu melekat di dalam ingatannya.

Shena kembali meringis sembari memijat kepalanya saat semua memori menyakitkan itu terlintas. Sakit hati yang begitu dalam, Shena tidak bisa melupakannya.

Shena kembali menatap langit malam itu. Andai saja semua ini tidak akan berakhir. Harapnya merasakan ketenangan bersama sepi ini. Tapi sayang, esok pagi akan kembali datang.

Shena mengangkat kakinya yang tadi menggantung, memeluk lututnya sendiri duduk di rofftop itu dengan pikiran yang melalang buana. Sejenak ia melihat ke bawah. "Kalau seandainya jatuh, apakah akan mati?" tanya gadis itu. Menatap tanah dari lantai empat.

Hingga akhirnya sebuah selimut singgah di pundaknya. Gadis itu tersadar dan menoleh ke arah Jevan. Tadi saat tahu Shena menaiki tangga menuju rofftop, Jevan kembali ke kamarnya dan mengambil selimut. Gadis itu bisa saja kedinginan karena keluar hanya dengan pakaian tidur.

Jevan dan Shena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang