32. Hari Pertama Olimpiade

48 11 38
                                    

Hai Lyluv 💗

Jangan lupa untuk vote and komen ya;)





Hati berharap dimengerti tanpa mengatakan apa yang dirasa. Mungkin ia lupa, tak semua manusia paham dengan bahasa mata.

-Jevan dan Shena-

______________________________________

"What are you doing to me?" Shena menatap tajam Jevan setelah bangun dan sadar jika kepalanya tadi bersandar pada bahu pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"What are you doing to me?" Shena menatap tajam Jevan setelah bangun dan sadar jika kepalanya tadi bersandar pada bahu pria itu.

"Lo yang nyender di pundak gue. Bukan gue yang nyender di pundak lo," jawab Jevan santai.

"Terus kenapa lo genggam tangan gue?!" kesal Shena.

Jevan menatap tangan keduanya. Ia langsung melepaskannya. "Jangan fitnah, bisa jadi lo yang megang gue duluan," jawab Jevan.

"Gak mungkin!"

"Yang tidur duluan tadi siapa?" tanya Jevan membuat gadis itu terdiam.

Dalam hati Jevan sudah tersenyum senang. Gemas sendiri melihat Shena yang marah-marah. "Lo gemesin," celetuknya membuat Shena tersadar.

"Maksud lo apa, gue lagi marah?!" Shena semakin emosi.

"Justru itu, gue udah lama gak lihat lo marah. Dan ternyata kalau marah lo gemesin."

"Lo-"

Shena tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Ia justru membalikkan tubuh ke arah jendela bis. Jujur ia jadi salah tingkah karena ucapan laki-laki itu. Tanpa keduanya sadari, bis sudah sampai di Alexander High School. Para siswa dan siswi yang lain mulai turun dari bis bersama guru pendamping mereka.

"Jevan, Shena, ayo kita turun." Bu Sumiah menghampiri keduanya.

Aula pertemuan menjadi tempat berkumpul semuanya. Setelah instruksi dari panitia mereka berdua diarahkan menuju ke kamar yang sudah tersedia bagi para peserta. Bu Sumiah juga sudah diarahkan untuk ke kamar parah pendamping siswa.

"Sebelah kanan kamar siswi dan sebelah kiri kamar siswa. Kalian tidak boleh memasuki kamar satu sama lain tanpa seizin panitia. Silahkan istirahat, jam 2 seleksi pertama akan dilakukan. Harap mengikuti aturan di sini permisi." Siswi berparas tegas itu pamit dari hadapan mereka berdua.

Dapat Shena lihat dari jas yang dikenakannya, pasti anak OSIS. Beberapa peserta yang lain juga melewati mereka masuk ke kamar yang lain.

Shena menatap Jevan sebentar sebelum akhirnya membuka pintu menggunakan kunci yang diberi oleh panitia. Jevan juga memasuki kamar yang ada di depan Shena.

Tidak terlalu luas tapi sangat bersih dan nyaman, pantas saja biaya masuk sekolah ini sangat mahal. Bahkan lebih mahal dari AZCARA. Jevan merebahkan tubuhnya, masih ada waktu empat jam baginya untuk beristirahat. Katanya makanan juga akan di antar oleh panitia Nanti. Ia tersenyum, masih mengingat saat
kepala Shena terletak nyaman di pundaknya. "Selesai lomba gue akan nyatain perasaan gue," ujarnya penuh keyakinan.

Jevan dan Shena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang