30. Anak Angkat Atau Bukan?

49 13 38
                                    


Sebelum baca jangan lupa untuk vote and komen;)

Ada beberapa luka yang tetap basah. Bukan karena kejadiannya masih ada. Tapi karena terus tersiram air mata.

-Jevan dan Shena-

______________________________________

Senja sore itu, dari atas tempat tidurnya, Shena menatap ke luar balkon semburat jingga yang muncul di langit semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja sore itu, dari atas tempat tidurnya, Shena menatap ke luar balkon semburat jingga yang muncul di langit semesta. Pikirnya melayang mencari harsa yang kini telah beterbangan.

Bersama instrumen lagu 'Sempurna' yang mengalun indah di kamar itu. Shena menyimpan sesaknya sendiri dengan berselimut gundah yang sudah menyeruak di hati.

Lamunnya begitu fokus, hingga tak sadar pintu kamarnya dibuka oleh Alvaro. Laki-laki itu tersenyum tipis melihat Shena dari arah samping. Kakinya mendekat dengan tangan yang membawakan plastik berisi cemilan. Namun, Shena masih tidak menoleh meski sudah ia panggil.

"Dek," ulangnya lagi.


Alvaro menatap ke arah ponsel Shena. Hingga alunan musik itu tak lagi terdengar di pendengarannya, Alvaro mematikannya. Shena masih setia menatap kosong ke arah yang sama.

"Serius banget sih, Dek. Galau banget kelihatannya," gurau Alvaro. Ia kemudian mendudukkan diri di samping sang adik.

Namun seketika ekspresinya berubah saat melihat jari kaki Shena. Adiknya tampak dengan tenang terus mengelupas kuku kakinya sendiri.

"Shena!" Ia langsung menahan kedua tangan adiknya.

Gadis itu tersadar, menatap bingung ke arah Alvaro. "Kamu ngapain?!" Shena mengikuti arah pandang Alvaro di tangannya.

Darah, ia beralih menatap ke kakinya. Kuku-kukunya juga sudah mengeluarkan darah dari sana. Shena tidak sadar saat melakukannya.

"Kenapa kamu lakuin ini?" tanya Alvaro dengan ekspresi khawatir.

Shena hanya diam. Alvaro pun segera mencari kotak obat. Saat menemukannya ia kembali ke arah adiknya.

Meski tak terdengar, dapat Alvaro lihat bibir gadis itu sedang tertahan agar tidak meringis. Alvaro dengan telaten memasang plaster-plaster itu satu persatu di area kuku kaki Shena yang sudah luka.

Setelah selesai ia menatap gadis pucat itu. Tangannya mengusap puncak kepala Shena. "Dek, jangan lakuin itu lagi," ujarnya lembut. Bibirnya mendekat mencium kening gadis itu.

Jevan dan Shena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang