Tiga jam berlalu. Dokter datang untuk visit dan melakukan pemeriksaan vital pada Ranu. Pasiennya yang sudah jauh membaik tersebut terpaksa diperiksa dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Periksa saturasinya, sus."
Perawat melaksanakan perintah dengan membawa papan chart untuk mengamati angka grafik beside monitor pasien. Oxymeter kembali dipasangkan pada telunjuk jari kiri Ranu untuk dilakukan pemantauan.
Dokter sendiri memasang stetoskop dengan sebelah tangan mulai melepasi kancing piyama rumah sakit milik Ranu. Ujung stetoskop ditekan pelan pada bagian dada. Dalam bebeapa detik tarikan napas dan kemudian baru beralih pada sisi kanan dan kiri pinggang bawah bagian paru-paru.
"Saturasinya bagus Dokter. Tekanan darah juga normal."
All is good. Dan justru itu yang membuat Dokter tersebut merasa heran. "Pasien sudah membaik sepenuhnya. Apa benar wali dari pasien sendiri yang menghendaki memberinya dosis obat tidur?"
Perawat Lala yang sebelumnya menginjeksikan obat tidur kepada Ranu mengangguk tanpa ragu. "Saya mendapatkan surat tugas langsung dari menejerial keperawatan sebagai perawat pribadi pasien ini dan saya mendapat perintah langsung untuk pemberian dosis obatnya. Dokter Randy bisa meng-croscheck sendiri pada bagian farmasi."
Memang benar semua informasi yang diberikan perawat Lala. Dokter Randy sendiri yang pertama kali menerima laporan dan karena kejanggalan tersebut langsung mengkonfirmasinya pada bagian farmasi yang bertanggung jawab atas pemberian obat.
"Atau saya perlu menelpon Ibu Aira selaku wali dari pasien?"
Dokter Randy berdehm pelan sebagai pengalih canggung dan malu. Jelas sekali dirinya hanya akan mempermalukan diri sendiri jika membiarkan perawat Lala melakukannya. "Tidak perlu. Saya hanya bertanya saja karena merasa aneh."
"Tidak ada yang aneh selama itu ditujukan untuk kebaikan pasien, Dokter. Saya menyaksikan sendiri bagaimana tadi hampir saja pasien dibawa pergi oleh orang asing. Beruntung saya cepat tanggap dan menyelamatkannya."
"Orang asing?" Dokter Randy terlihat cukup terkejut. "Ada orang asing yang datang dan berniat buruk pada pasien ini?"
Perawat Lala mengangguk dengan bangga. "Saya sendiri yang menyelamatkan pasien. Untuk itu, Ibu Aira sudah mengajukan surat untuk transfer pasien ke rumah sakit yang lebih besar. Selain karena fasilitas juga karena keamanan pasien ini yang kurang terjamin disini."
Sekali lagi, Dokter Randy tidak bisa membalas kalimat sombong perawat Lala. Bukan tanpa alasan, karena Lala sendiri sudah dijanjikan bahwa selama Ranu masih membutuhkan perawatan maka Lala yang akan bertanggung jawab atas itu.
"Apa hubunganmu sebenarnya dengan Ibu Aira? Saya merasa sebelumnya kalian tidak cukup dekat."
Perawat Lala menunjukan senyum tipisnya, "mulai hari ini saya adalah orang kepercayaan Ibu Aira. Dokter Randy tidak perlu mencari informasi apapun dari bagian administrasi karena semua pertanyaan yang ingin Dokter ajukan, saya bisa menjawabnya."
"Kamu orangnya Ibu Aira? Sejak kapan? Karena setahu saya, Ibu Aira sendiri baru pindah ke kota ini beberapa minggu lalu."
"Saya tidak bisa menjelaskannya karena itu adalah alasan yang cukup privasi. Yang terpenting saat ini, semua tanggung jawab terhadap pasien ini akan berada di tangan saya. Seperti yang Dokter Randy katakan kalau pasien ini sudah stabil dan membaik sehingga tidak perlu lagi adanya visit rutin."
Wajah Dokter tersebut jelas menunjukan ketersinggungan atas sikap pongah Lala. Tapi mau bagaimanapun juga, Dokter Randy yang hanya senbatas dokter biada tanpa adanya background pendukung tidak akan pernah berani melawan perintah Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
O B S E S I [END]
General FictionUpdate sesuka hati ❤ Hanya cerita fiksi dan tolong jangan diambil hati setiap adegannya karena mengandung abusive relationship 😉 Selamat membaca :* ■■■ Ranu Hasmi mencintai Anum yang merupakan kekasih hatinya. Sayangnya, statusnya yang hanya karyaw...