"Bu, Anum mohon izinkan Anum untuk bertemu Mas Ranu. Anum khawatir..."
"Bertemu juga buat apa?" Wajah Martini menunjukan ketidaksukaannya, "kamu kesini juga apa nggak berpikir kalau Abahmu itu bisa saja bertindak yang lebih lagi?"
"Bu—"
"Belum cukup kamu membuat keluarga kami malu? Saya ini bahkan belum bisa melupakan hari itu, kalian benar-benar menginjak harga diri saya!"
"Anum minta maaf atasnama Abah Bu, Anum sendiri nggak tahu kalau kejadiannya akan menjadi seperti ini."
"Maaf?!" Martini tampak mendengus lagi, "enak sekali kamu meminta maaf sedangkan saya dan Ranu yang menanggung malu dan sakit hatinya? Semua orang mengolok-olok saya dan anak saya, mengatakan kami yang nggak tahu diri, bermimpi terlalu tinggi untuk bisa berbesanan dengan Pak Darmawan yang terhortmat!"
Gadis bernama Anum tampak kesulitan mengendalikan desakan air mata yang menyengat matanya. Rasanya menyesal sekaligus takut, sepertinya perjuangan Anum dan Ranu untuk bisa bersama akan semakin sulit.
Anum sendiri sudah kehabisan cara untuk membujuk keluarganya. Bagaimana keluarga besarnya yang selalu mendesak dan merendahkan Ranu— laki-laki yang dicintainya secara terang-terangan. Mereka tidak pernah segan untuk mencemooh Ranu yang memang berasal dari keluarga miskin.
"Itu bukan Anum Bu, Anum nggak mungkin merendahkan Mas Ranu seperti itu. Anum... mencintai Mas Ranu"
"Cinta, cinta! Karena cinta kamu itu Ranu anak saya sampai bisa ada disini. Cinta kamu itu yang sudah mencelakakan Ranu asal kamu tahu!"
Anum sudah menangis tergugu di tempatnya. Air matanya tidak kuasa ditahan sementara dadanya ikut sesak membayangkan memang benar karena keluarganya lah Ranu sampai celaka seperti ini.
"Cukup Bu, tolong berhenti untuk menyalahkan Anum seperti ini. Apapun yang sudah terjadi, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Anum. Pak Darmawan melakukan semua ini diluar sepengetahuan Anum"
Martini memicingkan mata pada sosok Beno yang baru saja datang dan langsung menyelanya. Beno ini tidak lain adalah kakak tiri dari Anum, satu ayah tetapi berbeda ibu. Darmawan ini selain juragan kaya raya juga adalah seorang lelaki yang gemar menikah. Istrinya banyak dan meski tidak setiap istri berhasil mendapatkan keturunan tetapi kesemuanya tetap berhubungan rukun.
Ada yang mengatakan itu karena Darmawan mewarisi aji-aji pengasih yang membuat banyak wanita tergila-gila kepadanya. Martini sendiri yang memang masih terpengaruh mitos dari cerita aji-aji dan rapal ilmu hitam tidak terlepas dari kepercayaannya.
"Itu hanya usahamu saja untuk membela adikmu, nyatanya kalian semua sama saja. Orang-orang sombong yang senang merendahkan kami karena kami miskin!"
Beno menggeleng pelan, percuma saja memang berbicara pada Martini disaat wanita tersebut sedang dalam keadaan emosi seperti sekarang ini. Segala yang mereka katakan akan terasa salah, mencari-cari alasan dan juga hanya sebuah pembelaan diri. "Bu Martini boleh menganggap yang lainnya begitu, tapi adik saya tidak pernah sama sekali merendahkan, apalagi itu kepada keluarga dari laki-laki yang dicintainya."
"Kamu ini nggak tahu apa-apa, hanya membela adik tirimu ini saja!"
Wajah Beno tampak berusaha menyabarkan diri. Seolah jika saja yang dihadapinya ini bukanlah seorang wanita maka semua akan lebih mudah untuk menyelesaikannya dengan adu otot.
"Tidak masalah Bu Martini mau mangatakan apa, tapi tolong biarkan Anum untuk masuk. Dia sudah menunggu dari pagi hanya untuk bertemu dengan Ranu saat tahu anak Bu Martini itu mengalami kecelakaan"
"Cih!" Martini dengan tanpa perasaannya justru berdecih. Membuat Beno lebih lagi berusaha menahan diri, "mau masuk sekarang juga percuma karena Ranu sudah saya bawa pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
O B S E S I [END]
General FictionUpdate sesuka hati ❤ Hanya cerita fiksi dan tolong jangan diambil hati setiap adegannya karena mengandung abusive relationship 😉 Selamat membaca :* ■■■ Ranu Hasmi mencintai Anum yang merupakan kekasih hatinya. Sayangnya, statusnya yang hanya karyaw...