Seorang pelayan menyajikan teh diatas meja kayu berukiran rumit. Dua kursi saling berhdapan, begitu pula dengan dua orang yang betah saling diam setelah menyampaikan maksud dan tujuannya masing-masing.
"Bu Aira yakin meminta saya untuk lebih cepat menikahkan Anum?"
Aira mengukir sunggingan tipis, "saya rasa kalimat saya sudah cukup jelas."
Darmawan, juragan kayu dengan empat orang istri tersebut terlihat belum juga mempercayai apa yang Aira sampaikan. Siapa yang tidak mengenal Aira? Seorang janda muda kaya raya yang baru beberapa waktu lalu pindah ke kota mereka dan dengan cepat menduduki posisi penting di lingkungan sosial kelas atas.
Jandanya pun bukan janda sembarangan. Mungkin tidak banyak yang tahu, tapi Darmawan tentu tahu melalui para anak buahnya yang banyak tersebar di berbagai daerah. Aira adalah seorang wanita beruntung yang sempat menikahi seorang bos besar pertambangan dan karena hubungan pernikahan tersebutlah, Aira mendapatkan banyak harta meskipun sudah resmi berpisah.
"Saya mengenal kamu. Seorang wanita yang kalau boleh saya katakan, sekarang ini menjadi nomor satu paling kaya di kota ini. Mantan istri kedua dari pak Annas Makruf. Bos besar IT Bara Commpany." Darmawan mengamati lekat bagaimana ekspresi wajah Aira yang sama sekali tidak berubah. "Dan jujur saja, saya masih tidak mengerti tujuan kamu malakukan semia ini."
"Memangnya saya melakukan apa?" Aira jelas menunjukan raut wajah tenangnya. Tahu bahwa sikapnya sedang sangat diperhatikan. "Saya hanya menawatkan bantuan pada Pak Darmawan seandainya Anda menginginkan seorang menantu yang mungkin lebih potensional dibandingkan Juragan Daksa. Bukankah niat saya datang kemari ini begitu baik?"
Memang. Siapapun yang mendengar tujuan Aira datang dan menemui Darmawan bahkan sampai melakukan pembicaraan secara pribadi juga pasti akan mengatakan bahwa apa yang Aira tawarkan sungguh-sungguh sayang untuk dilewatkan.
"Katakan satu alasan agar saya bisa mempercayai kalau niat kamu datang kemari bukan untuk mencurangi saya."
Mencurangi? Ingin sekali Aira tertawa mendengarnya. Benar apa yang dikatakan oleh Arman. Menyingkirkan Darmawan ini bukanlah perkara sulit tapi setelah apa yang Ranu katakan mengenai dirinya, tentu Aira harus memberinya pelajaran yang sangat berharga.
"Saya mencintai Ranu Hashmi."
Dua mata Darmawan yang legam melebar terkejut. Sama sekali tidak menduga akan jawaban tersebut.
"Tapi Anda tentu tidak perlu terkejut atau merasa sungkan karena sudah mebuat laki-laki yang saya inginkan sampai harus terbaring di rumah sakit karena ulah anak buah Anda."
Darmawan terbatuk kecil, kemudian meraih cangkir tehnya untuk meredam keterkejutan. Tidak pernah terbayangkan oleh Darmawan bahwa wanita selegan Aira bisa menyukai lelaki yang tidak berguna macam Ranu. Pemuda itu bahkan tidak layak untuk mendapatkan putrinya Anum yang berharga. Lalu ini Aira?
"Saya rasa ada yang salah dengan penilaian anda. Ranu Hasmi bukanlah seseorang yang patut untuk diperhitungkan. Dia hanyalah seorang pemuda miskin tidak tahu diri yang berani-beraninya menyukai Anum. Saya bahkan tidak merasa perlu untuk mempertimbangkannya menjadi menantu. Jujur Saja saya benar-benar tidak tahu bagian mana yang anda sukai dari."
"Anda salah, Ranu itu sangat istimewa. Dia yang hanya laki-laki biasa mampu menarik perhatian saya dan saya sendiri yakin bahwa hanya saya wanita yang pantas untuk mendapatkannya." Aira menatap lurus-lurus pada Dharmawan, "untuk alasan itu saya datang dan meminta kepada anda untuk segera menjauhkan Anum dari Ranu dengan cara mempercepat pernikahannya."
"Saya benar-benar sulit untuk menerima semua ini..."
"Anda tentu tidak perlu repot-repot memikirkannya. Biarkan itu menjadi urusan saya."

KAMU SEDANG MEMBACA
O B S E S I [END]
Fiksi UmumUpdate sesuka hati ❤ Hanya cerita fiksi dan tolong jangan diambil hati setiap adegannya karena mengandung abusive relationship 😉 Selamat membaca :* ■■■ Ranu Hasmi mencintai Anum yang merupakan kekasih hatinya. Sayangnya, statusnya yang hanya karyaw...