[40] OBSESI

3K 83 23
                                    

Halo halo...
Bagi kalian yang baru menemukan cerita ini dan membacanya, tolong dibaca untuk pengumumannya.

CERITA INI SUDAH PERNAH DITAMATKAN DI WATTPAD.

Ini adalah part terakhir yang aku publish disini. Untuk part lanjutan sampai dengan Extra part bisa dibaca di KaryaKarsa dengan akun penulis; Anggiac

Atau dg klik tautan berikut:

https://karyakarsa.com/Anggiac

Selamat membaca semuanya :)

.
.
.
.

"Anum...."

Senyum sinis Aira terlihat begitu berbahaya, "kamu... membuat aku kecewa."

Diantara ketidaksadarannya, Ranu terus menggumam dengan menyuarakan nama Anum. Dan itu semakin menyulut amarah Aira.

"Anum... mmh—" kepala Ranu menyenggal saat tangan Aira menariknya demi meluapkan kekesalan.

"Jangan memancingku untuk bertindak lebih kasar lagi," wajah Aira menyiratkan kemarahan yang sangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan memancingku untuk bertindak lebih kasar lagi," wajah Aira menyiratkan kemarahan yang sangat. "Karena bukan hanya kaki kamu yang akan aku buat lumpuh, tapi seluruh tubuh kamu kalau perlu. Isi kepala kamu ini juga sepertinya perlu untuk dicuci agar menghapus nama perempuan kampung itu."

Rintihan Ranu tidak lagi terdengar. Kini, bibirnya sedikit terbuka dengan cuping hidung mengembang akibat selang ulir ventilatornya yang menekuk. Akibatnya, aliran oksigen yang membantunya bernapas dengan baik menjadi sedikit terhambat.

"Untuk bernapas sendiri saja kamu tidak mampu, bagaimana kamu akan menyelamatkan kekasih kampung mu itu, ha?!"

Aira masih menahannya, tetapi kekasalan itu belum juga hilang. Membayangkan dirinya yang terus berperang di dalam kepalanya hanya demi terus mempertahankan Ranu tetap disisinya yang berarti itu adalah menentang seluruh keluarganya. Sedangkan Ranu? Apa yang laki-laki itu lakukan hanyalah mencoba pergi darinya.

Bahkan dalam keadaan yang sangat tidak berdaya seperti inipun, Ranu masih saja mencoba meninggalkannya.

"Sepertinya membuat kakimu lumpuh saja memang tidak cukup." Akhirnya Aira menghempaskan kepala Ranu untuk kembali keatas pembaringannya. Tangannya menekan-nekan permukaan leher Ranu yang dilingkupi penyangga leher. "Harus aku apakan kamu, hm..."

Tangan Aira menekan lalu dorongan dari rasa tidak puasnya membuat dirinya tanpa sadar menekan collar di leher Ranu. Tekanannya nenguat hingga bibir Ranu merintih dan mengeluarkan suara seperti meringkik akibat napasnya yang terputus.

Tit-tit-tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit———

Monitor vital yang terhubung dengan lempeng elektroda di dada Ranu berubah menjadi interval panjang yang berdengung. Angka detak jantungnya meningkat tinggi hingga membunyikan alarm tanda grafik yang detak jantung tidak stabil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

O B S E S I [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang