Update sesuka hati ❤
Hanya cerita fiksi dan tolong jangan diambil hati setiap adegannya karena mengandung abusive relationship 😉
Selamat membaca :*
■■■
Ranu Hasmi mencintai Anum yang merupakan kekasih hatinya. Sayangnya, statusnya yang hanya karyaw...
Deru monitor vital yang ada disamping ranjang Anum hiraukan. Angka-angka yang berada disana juga tidak dimengertinya, tapi dirinya tahu kondisi kekasihnya ini pastinya tidak baik-baik saja. Selain kabel yang terhubung dengan dada Ranu, lelaki tersebut juga mengenakan alat bantu pernapasan dan itu terlihat sangat menyakitkan dimata Anum.
"Bagaimana ini... Mas, tolong bangun. Aku mohon..."
Ranu tetap tidak bergeming. Tangan Ranu yang terkulai disisi tubuh Anum raih untuk diciumi lembut. Berharap sekali kekasihnya tersebut mau membuka matanya. Karena kesempatannya mungkin tidak banyak.
"Mas... ini aku, Anum. Tolong buka mata kamu. Aku datang untuk kamu Mas..." Anum mulai menangis. Nyatanya tubuh Ranu tetap diam dan tidak bergeming.
Rahayu mendekat dengan tatapan sedihnya, "dokternya datang tiga hari lalu dan Tuan Muda masih belum juga bangun sampai hari ini."
"Kenapa perempuan itu tidak membawa Mas Ranu ke rumah sakit?!" Raung Anum dengan kesedihan yang nyata. Betapa jahatnya Aira dimata Anum karena sampai tega menyiksa Ranu sampai seperti ini. "Perempuan itu benar-benar jahat! Dia membuat Mas Ranu sampai sesakit ini!"
Suara Anum yang keras membuat Rahayu sedikit panik, "tolong kendalikan diri Nona. Orang-orang bisa tahu keberadaan kita kalau Nona tetap bersikap seperti ini."
"Saya tidak peduli! Mereka yang seharusnya takut karena sudah membuat Mas Ranu sampai seperti ini. Saya akan melaporkan mereka semua kepada polisi!"
Helaan napas Rahayu terdengar lelah. "Nona, polisi tidak akan bisa menghukum Nona Aira. Koneksinya terlalu kuat."
"Lalu saya harus apa? Kamu mau saya diam saja sementara Mas Ranu sakit dan dibiarkan saja seperti ini?!"
Akhirnya Rahayu hanya bisa geleng kepala. Tida tahukah Anum kalau tindakannya ini sungguh bodoh? Tidak akan ada untungnya bagi mereka jika sampai tertangkap basah disini. Yang ada mereka hanya akan mendapatkan masalah dan bukannya menyelesaikan masalah apalagi sampai menyelamatkan Ranu.
"Tidak, saya harus membawa Mas Ranu pergi dari tempat ini. Saya akan—" gerakan tangan Anum yang menyusup pada bagian punggung Ranu untuk direngkuhnya duduk langsung ditahan Rahayu. Disentaknya tubuh Anum agar setidaknya membuatnya tersadar bahwa yang dilakukannya ini tidak akan bisa menyelamatkan Ranu dan justru membahayakannya. "Apa yang kamu lakukan?! Kalau kamu tidak mau membantu saya membawa Mas Ranu, biarkan saya yang menyelamatkannya sendiri!"
"Nona hanya akan membahayakannya kalau bertindak seperti ini! Lihat, Tuan Muda bahkan mengenakan alat bantu pernapasan. Kalau Nona membawanya seperti ini, bagaimana kalau itu justru bisa melukainya? Membahayakannya?"
"Saya—"
Kesiap pelan mengalihkan mereka berdua. Kelopak cekung mata Ranu yang sudah selama tiga hari ini terus tertutup tiba-tiba saja membuka. Bola matanya mengejang seolah menahan kesakitan dan cuping hidungnya melebar dengan tarikan napas yang berat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.