14. Ujian

182 48 34
                                    

💜💜Keep vote & komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💜💜
Keep vote & komen




"Kembalikan anak saya! Kau siapa?"

"Tidak penting siapa saya. Yang penting, kau harus sediakan uang sebagai tebusan anak mu. Jangan bermain-main dengan kami!"

Kesabaran Taedy semakin menipis.

Bahkan telpon sudah di tutup sebelum dia sempat bicara.

Bibirnya bergetar, hatinya bergemuruh hebat.

Langkah Jimmy mendekat dan menepuk pelan pundak sang sahabat.
"Tabahkan hati mu, brother.
Kita harus langsung lapor pada polisi saja."

Kringgg

Telpon kembali berdering.

Taedy, "Halo?"

"Jika kau ingin nyawa anak mu selamat, jangan coba-coba menghubungi polisi!"

"Hh?"

"Tunggu instruksi selanjutnya. Ingat!"

"Dimana anakku sekarang?"
"HALO! HALO! "

Telpon telah ditutup dari sana.

"BAJINGAN!"
Taedy terduduk lemas di kursi. Dadanya naik turun menahan amarah.
Air mata kini telah berlinang di kedua pipinya.

"Ada apa?
Biar aku saja yang menghubungi polisi." kata Jimmy.

Kepala Taedy menggeleng.

"Tapi ini kasus besar. Penculikan disertai pembunuhan, Taed.."

Kedua manik Taedy menatap nya tegas.
"Tidak!"

Lalu bangkit dari kursi.
"Melapor pada polisi, berarti kematian bagi Pretty."

Jimmy kehilangan kata-kata.
Dia hanya dapat tercengang dan bernafas berat.

Kringgg

Segera Taedy angkat telpon rumahnya lagi. Dan seseorang yang tadi menelpon nya berkata, "Letakkan uang tebusan itu di gerbang gate utama stadion Senayan, besok jam sepuluh pagi."

"Baik. Permintaan kalian akan ku penuhi. Tapi bagaimana dengan anakku?"

"Dia baik-baik saja."

"Izinkan aku bicara pada nya."

Disebuah kotak telpon umum di pinggiran jalan yang sepi, Sugaeng menengok dari dalam sana untuk melapor pada sang bos. Joony.

"Bos, dia ingin bicara pada anak nya."

Rokok yang tinggal setengah batang diantara dua jarinya, dia sesap dengan nikmat. Asap pun mengepul dengan santai dari hidung dan mulut Joony. Lalu bergumam 'Hm' sebagai tanda mengizinkan.

Jihop yang menggendong Pretty, menyerahkannya pada Sugaeng.

Sugaeng, "Halo? Ini anakmu."
Dia serahkan telpon pada telinga Pretty.

Pretty yang paham bahwa penelpon itu sang Papah pun, berbicara, "Halo? Papah.. ini Papah ya?"

Di rumah.
Bibir tebal Taedy mengembangkan senyuman kala mendengar suara Pretty.

"Iya.. ini Papah, sayang..
Sabar ya, sayang, besok Papah jemput Pretty, ya.."

Pretty menyunggingkan senyum ceria.
"Papah.. iya, papah.."

"Pretty.. Pretty sayang jangan nangis ya-
Hh?"
Kening Taedy mengerut ketika mendengar telponnya telah ditutup.

Melihat ekspresi sang Papah, Ayden beranjak menghampiri, dan memeluknya.

"Adek bakal pulang kan, pah?"

Hati Taedy dan Jimmy berdenyut sakit mendengar itu.

Taedy mensejajarkan tubuhnya dengan Ayden.
"Pasti, kak.. adek Pretty pasti segera pulang."







😢 apa Pretty bakal segera pulang?
Komen ♡
Hayuk.. lanjut ke bab selanjutnya

[NEW] 🔞 Kookie Sooketie: Selamat Malam [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang