3. Menghibur Vanya

426 44 12
                                    

Vanya bergelut dalam pikirannya, sudah lebih dari dua minggu ia putus dengan Dani. Namun gadis itu belum juga bisa move on, ia bahkan masih mencari tahu alasan Dani memutuskannya. Sampai saat ini, Vanya belum tahu mengapa Dani memutuskan hubungan dengannya.

Kopi pahit yang dibeli Vanya dianggurkan begitu saja, dirinya saat ini sedang berada di warkop yang ada di depan kontrakannya. Suara motor berhenti di depan warkop tersebut, Galang memasuki warkop dan membeli segelas teh.

"Eh, hai kadep medkref." Sapa Galang dengan senyumannya.

"Hai." Sapa Vanya seperti tidak semangat hidup.

"Lemes amat kayaknya." Ucap Galang.

"Gue duluan." Ucap Vanya tanpa meminum kopi yang ia pesan.

Tangan Vanya ditarik, gadis itu menatap Galang heran. Galang mengisyaratkan Vanya untuk duduk kembali.

"Apa?" Tanya Vanya.

"Abisin dulu kopinya, gak sopan tau sama penjualnya." Ucap Galang memperingati.

"Gue gak suka kopi pahit, buat lo aja." Ucap Vanya seraya melepaskan tangan Galang.

Galang menatap Vanya heran, kalau tidak suka mengapa dipesan. Sangat membuang-buang uang, ia sangat tidak paham dengan jalan pikiran Vanya yang seperti ini. Vanya super tidak jelas.

****
Serah Terima jabatan dan Masa Orientasi Pengurus (MOP) telah selesai dilakukan sejak seminggu yang lalu, sekarang BEM U sedang melakukan persiapan pesta mahasiswa baru yang memang telat dilakukan karena kepengurusan sebelumnya tidak sanggup.

Rapat pesta maba tidak hanya dilakukan oleh BEM U namun beberapa anggota UKM Seni pun ikut menjadi panitia. Vanya kesal karena ia harus kembali bertemu dengan Dani, kalau begini caranya ia akan semakin susah move on.

Adara berhalangan hadir, sehingga Vanya tidak memiliki teman mengobrol. Ia sedang terdiam sendirian di depan sekre BEM U. Gadis itu berbeda dari hari-hari biasanya, ia memakai baju yang lebih feminim dan memakai make up dengan kesan natural. Ia tidak mau ketika bertemu Dani, ia terlihat sangat hancur.

"Ngapain di situ?" Tanya Dipta, lelaki itu menatap Vanya penasaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain di situ?" Tanya Dipta, lelaki itu menatap Vanya penasaran.

"Cari angin, belom mulai juga kan rapatnya?" Tanya Vanya, Dipta hanya mengangguk kemudian duduk di samping Vanya.

"Ngapain pres?" Tanya Vanya.

"Duduk, lo gak liat?" Tanya Dipta kembali dengan nada jutek.

"Santai, pres." Ucap Vanya kesal.

Kayaknya Dipta ini emang kalian deh, hobinya marah-marah dan sangat sensitif. Mungkin saja hobinya Dipta itu marah-marah dan bikin orang jengkel sama dia.

"Sorry, banyak nyamuk, lo gak mau masuk ke dalem aja?" Tanya Dipta.

Dipta tidak bisa menahan kekhawatirannya pada Vanya. Vanya sangat menarik di depannya, bahkan hati Dipta semakin meleleh melihat penampilan Vanya yang tidak seperti biasanya.

Presma DiptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang