Kalau ada orang yang emosinya ingin meledak-ledak itu pasti Dipta orangnya. Kegiatan pesta maba hampir selesai, kini sedang berlangsung acara after party, acara yang dilakukan setelah pentas. Setelah sambutan ketua BEM, Dipta melipir, duduk menjauh dari kerumunan.
Mungkin menenangkan diri adalah hal yang terbaik yg akan dilakukan oleh Dipta. Dipta menghela nafasnya, ia ingin memukul wajah Galang, karena membuat ia naik pitam. Dua puluh juta, mungkin bagi Dipta tidak besar, namun ia mempertanyakan tanggung jawab Galang sebagai ketua pelaksana.
"Dip." Panggil Jendral.
"Ayo gabung lagi, jangan diem aja, ada dosen-dosen juga kan. Lo belum nyapa para dosen malem ini, pasa nanyain lo." Ucap Jendral.
"Duluan aja, nanti gua nyusul." Ucap Dipta dengan lesu.
"Eleuh-eleuh si Dipta mah meuni kos isukam rek kiamat." Ucap Haikal yang tiba-tiba datang entah darimana.
"Ada siapa aja sih emang?" Tanya Dipta sedikit sewot.
Haikal menjelaskan jika ada para dekan Fakultas, dosen perwakilan dqri tiap jurusan, dan wakil Rektor bidang kemahasiswaan. Lelaki dengan jas hitam itu mengangguk mengerti, ia juga memiliki tanggung jawab untuk menyapa dosen.
Lelaki itu bangkit dari duduknyq, membenarkan posisi dasinya yang tidak simetris, kemudian merapikan rambutnya. Setelah itu ia berjalan menuju after party dengan langkah yang terasa begitu berat.
Dipta menghampiri para dosen yang duduk di kursi VIP, ia menjabat tangan para dosen satu persatu, dan memasang senyuman hangatnya, banyak dosen yang mengucapkan terima kasih kepada Dipta karena acara after party ini berjalan dengan lancar dan memberikan kesan paling baik untuk para mahasiswa baru.
Senyuman Dipta luntur ketika ia berhadapan dengan dosen muda yang membuat harinya terasa menyebalkan, ia tersenyum paksa saat menyapa dosen itu. "Terima kasih sudah hadir pak Matra." Ucap Dipta dengan nada tegas seraya menjabat tanya Matcha.
"Sama-sama, bagus acaranya saya suka." Ucap Matcha dengan senyumannya.
"Enjoy, pak." Ucap Dipta, kemudian beralih menyapa dosen lain.
Dipta menghela nafasnya, ada beberapa saat di mana ia juga dapat merasa lelah. Memikul tanggung jawab sebesar ini membuatnya terkadang ingin rehat sejenak. Namun, ia harus tetap menunjukkan performa terbaiknya.
****
Acara after party ini dibuat dengan konsep kasual, sejak tadi Vanya sedang berjaga di depan pintu masuk untuk menyambut para mahasiswa baru. Sebagai kepala divisi humas, ia harus stand by untuk menjawab seluruh pertanyaan mahasiswa baru, dan menangani setiap permasalahan mereka di acara ini.
"Kak, Vanya, toilet di mana ya?" Tanya seorang mahasiswa baru.
"Di ujung jalan ya, Ren." Ucap Vanya kepada Reno dengan senyumannya.
"Boleh ditunjukkin, gak?" Tanya lelaki itu lagi.
"Biar gue aja, yuk, dek." Ucap Dipta yang datang entah darimana asalnya.
Vanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Dipta, lelaki yang setiap waktunya selalu memiliki sifat yang berbeda, tempramentalnya itu kadang membuat Vanya sebal. Kadang Dipta terlihat menyukai Vanya, namun kadang juga ia terlihat belum move on dengan Prisilla. Apa mungkin sikap Dipta memang friendly, sehingga Vanya hanya kegeeran tidak jelas seperti ini.
Tak lama Matcha datang dengan senyumannya, ia membawakan satu gelas cola untuk Vanya. "Minum dulu, tadi kakakmu bilang sana aku suruh jagain kamu. Gak ada masalahkan di sini?" Tanya Vanya, yang disambut gelengan kepala oleh Vanya serta menerima cola dari Matcha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Dipta
FanfictionBanyak orang yang berpikir Dipta itu diktaktor, menyebalkan, sok pintar, dan si paling bener aja. Padahal yang Dipta lakukan semuanya untuk Universitas tercintanya yaitu Universitas Sanggabuana. Dipta itu seenaknya, tapi apa yang dilakukan selalu be...