14. Suka?

283 34 16
                                    

Menginap beberapa hari di apartemen, membuat Dipta jarang sekali berada di kontrakan. Lelaki itu pun hari ini pulang ke kontrakan, di mana tempat ia dan teman-temannya menghabiskan waktu bersama.

"Assalamu'alaikum." Salam Dipta sambil membuka pintu kontrakan.

"Waalaikumsalam, akhirnya balik juga lo." Ucap Senja yang sedang menonton siaran televisi.

"Udah makan belom?" Tanya Jendral yang diangguki Dipta.

"Urang atuh hanyang." Sahut Haikal dengan cengirannya.

"Bikin sendiri kalo lo!" Ucap Jendral yang membuat Haikal langsung merengut.

Sebelum ia pulang ke kontrakan, ia pergi menemui Prisilla untuk mengantarkan barangnya yang tertinggal di apartemennya. Jika ditanya mengenai perasaanya untuk Prisilla, Dipta pun tidak tahu. Rasanya memang tidak sama lagi, namun ia ragu untuk mengatakan jika memang sudah tidak memiliki perasaan lagi.

"Kasus Aning gimana?" Tanya Senja.

"Belum nemu titik terang, kasus Aning bakalan di tanganin sama polisi dan civitas, kalian fokus prokeran aja ya." Ucap Dipta seraya merebahkan dirinya ke sofa.

Lelaki itu memejamkan matanya sebentar, rasanya cukup melelahkan beberapa hari ini. Kedatangan Prisilla yang begitu mendadak membuatnya kaget dan membuatnya tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman karena bertemu ini membuatnya bingung?

"Dip!" Panggil Haikal.

"Hmm." Sahut Dipta dengan mata yang masih terpejam.

"Maneh teh ada hubungan apa sama Vanya?" Tanya Haikal yang membuat Senja dan Jendral duduk mendekat.

Sikap Dipta yang tidak biasa kepada Vanya, membuat mereka curiga dan bertanya-tanya. Walaupun mereka tau tipe Dipta itu feminim yang anggun, berbanding terbalik dengan Vanya yang tidak terlalu memerhatikan penampilan dan sangat apa adanya.

"Ya temen sekaligus anggota BEM kan." Ucap Dipta.

"Mana ada ketua yang seperhatian itu sampai ngasih kulit ayam anjir." Sindir Jendral yang membuat Haikal dan Senja mengangguk setuju.

"Normal kok, gue juga perhatian kan sama kalian? Kalian juga anggota gue sekaligus temen gue." Ucap Dipta mengelak.

"Ck, tapi lu jarang perhatian ke cewek anjir!" Cetus Senja kesal.

"Ke Anggi gue sering kok." Ucap Dipta.

"Anggi adek lo ya anjing!" Kesal Jendral.

"Bilang aja maneh teh bogoh sama si Vanya." Ucap Haikal.

"Ck, enggak. Udah ah mau tidur gue." Ucap Dipta seraya berdiri dan masuk ke dalam kamarnya.

Dipta mengunci pintu kamarnya supaya teman-temannya tidak bisa masuk. Pertanyaan teman-temannya tadi memang membuat Dipta banyak berpikir, apakah dia memang menyukai Vanya?

Rasanya sangat berbeda ketika ia dekat dengan Vanya, rasanya ia bahagia dan ia sangat senang ketika bersama dengan Vanya. Ia selalu ingin bertemu dengan Vanya, namun apakah ini yang namanya suka?

"Gue suka sama Vanya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya, ia menghempaskan tubuhnya ke kasur. Cukup untuk saat ini, ia butuh waktu untuk tidur sejenak.

****
Lelaki dengan baju putih polos dibalut jaket zipper berwarna abu kecoklatan itu  berjalan dari parkiran menuju taman Fakultasnya. Ia janjian dengan Senja untuk mengambil flashdisk yang ditinggalkan oleh Senja. 

"Dipta!" Panggil Prisilla dengan senyumannya.

Prisilla berlari kecil menuju Dipta, rambut pirang Prisilla sangat mencolok sehingga banyak orang yang memperhatikannya. Dipta menatap gadis berambut pirang dengan senyuman tipis, walaupun sebenarnya Dipta sedang berusaha untuk menghindari Prisilla.

"Nungguin siapa?" Tanya Prisilla dengan menatap bola mata hitam pekat milik Dipta.

Jika ditanya soal perasaannya kepada Dipta, ia masih mencintai lelaki itu. Namun hubungan mereka telah berakhir, tanpa Prisilla mempertahankan hubungan mereka pada saat itu. Dipta menunjukkan flashdisk milik Senja.

"Mau ngasih flashdisk ke Senja." Ucapnya

 Prisilla menarik tangan Dipta untuk duduk di kursi taman Fakultas, lelaki itu tidak bisa menolak. Namun dengan cepat ia melepaskan tangan Prisilla yang menggenggamnya.

"Banyak orang, Pris." Ucap Dipta mengingatkan.

Dipta tidak mau sampai hal ini trending di base kampus lagi, sebenarnya Dipta kesal karena kehidupannya selalu tersorot oleh mahasiswa. Saking jengkelnya kadang sampai Dipta berpikir jika mahasiswa yang memata-matainya itu tidak ada kerjaan.

"Sepeduli itu ya sama image lo, Dip?" Tanya Prisilla yang membuat dahi Dipta mengkerut.

"Enggak, gue cuma males digosipin lagi sih. Lo ngapain ke kampus?" Tanya Dipta penasaran.

"Gue mau ketemu temen-temen." Ucap Prisilla yang diangguki oleh Dipta.

Pandangan mata Dipta tertuju pada Vanya yang berjalan sambil terlihat menelepon seseorang. Dipta pun beranjak dari tempat duduknya, namun saat ia akan menghampiri Vanya, ia melihat ada seorang lelaki yang tak asing yang mendekati Vanya. Vanya tersenyum pada lelaki itu, Dipta terus memperhatikan Vanya sampai gadis itu masuk ke dalam area kantin.

"Itu Vanya kan? Wah udah jalan sama dosen baru aja ya." Ucap Prisilla mendekati Dipta.

"Gue duluan." Ucap Dipta dengan berjalan cepat mengikuti Vanya diam-diam.

****

Memperkenalkan seblak khas Karawang kepada calon kakak iparnya adalah suruhan kakaknya. Tadi kakaknya yaitu Vanilla meneleponnya dan mengabarinya jika calon suaminya menjadi dosen baru di FISIP. Ia mendapatkan mandat untuk mengajak calon kakak iparnya itu makan di kantin.

"Lo belum pernah nyoba ini kak?" Tanyanya pada Matcha.

Nama calon suami kakaknya itu adalah Matra Chastelein. Sering dipanggil Matcha, oleh teman-temannya.

"Belum sih, emang enak ya? Krupuk dilembekin gini penampilannya aja udah freak." Ucap Matcha dengan menghela nafasnya.

Mereka berdua saat ini menjadi fokus perhatian, karena Matcha memang memiliki wajah yang tampan. Wajar saja karena Vanilla pun memiliki paras yang cantik, Vanya mengakui itu.

"Enak kok, cobain dulu makanannya jangan dulu dihujat." Ucap Vanya yang diangguki oleh Matcha.

Mereka pun makan seblak dengan tenang. Matcha pun akhirnya suka dengan seblak yang tadi ia caci maki, ternyata rasanya tidak seaneh dengan bentuknya. Makanan mereka hampir habis, suara kursi ditarik di samping Vanya membuat gadis itu menoleh, Dipta seperti tanpa dosa duduk disamping dirinya. "Hai, Vanya." Sapanya.

Gadis itu merasa aneh, tingkah presmanya itu tidak seperti biasanya. Matcha tersenyum ke arah Dipta, ia tahu jika Dipta adalah presiden mahasiswa di kampus ini dan menjadi mahasiswa di kelasnya.

"Ada apa, pres?" Tanya Vanya.

"Gue cuma mau ngingetin jangan lupa update mading bulan online bulan ini di Instagram BEM U." Ucap Dipta yang membuat Vanya menghela nafasnya, lelaki itu seperti tidak ada waktu lain saja membahas prokernya.

"Iya-iya pres." Ucap Vanya kesal.

"Vanya temenan sama presma ternyata ya." Ucap Matcha dengan tersenyum ke arah Dipta.

"Saya juga gak nyangka pak, Vanya bisa temenan sama pak Matra." Ucap Dipta dengan nada sedikit kesal.

"Kak Matcha bawa mobil? Saya mau nebeng." Ucap Vanya dengan senyumannya.

Lumayan tidak usah keluar ongkos untuk naik ojek online, Vanya memang sudah tidak segan dengan Matcha karena sudah dianggap kakak sendiri oleh gadis itu.

"Enggak! Lo pulang sama gue!" Kesal Dipta yang membuat Vanya bingung.

*****
Ada yang bisa tebak visual Matcha sama Vanilla?

Presma DiptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang