19. Merasa Cemburu

160 13 10
                                    

Sifat Dipta yang selalu berubah-ubah, kadang membuat Vanya bingung. Vanya tentu tidak mau terlalu percaya diri mengasumsikan jika lelaki itu menyukai Vanya, tentu saja Vanya sadar mereka bagaikan langit dan bumi. Vanyahanya gadis biasa, sedangkan Dipta adalah presiden mahasiswa yang memiliki paras tampan dan berasal dari keluarga terpandang.

"Woi! Bengong aja lo" Ucap Dara menghampiri Vanya yang terdiam di sebuah ayunan di taman belakang Villa ini.

"Kaget gue, istirahat sampai kapan sih?" Tanya Vanya, seraya menatap pemandangan gunung dan kebun teh yang terlihat sangat asri, udara yang sejuk membuat Vanya betah di sini.

"Tiga puluh menit lagi kata Satria." Ucap Dara seraya membuka ponselnya.

Dara mengajak Vanya berbincang soal konsep acara yang akan dilaksanakan sore nanti, kemudian bertanya mengenai kesiapan Vanya akan penampilan dirinya bersama Dipta. Sejujurnya Vanya tidak siap, namun mau bagaimana lagi.

"Eh, kayaknya pres Dipta tuh suka deh sama lo." Ucap Dara yang membuat Vanya menoleh cepat ke arahnya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, tidak mungkin Dipta menyukainya. "Halusinasi ya lo? Jelas-jelas dia masih deket sama Prisilla." Ucap Vanya yang denial, ia tetap dengan pendiriannya.

"Ck, kalo dia enggak suka sama lo, dia enggak akan mungkin mau repot-repot jemput lo dan maksa gue buat bareng sama si Haikal." Ucap Dara yang membuat hati Vanya terbesit rasa senang.

"Maksa lo?" Tanya Vanya yang diangguki Dara.

Dara mengingat betapa kesalnya ia ditelepon oleh Dipta jam 1 malam dan memaksanya untung berangkat bersama Haikal. Untungnya Haikal bukanlah laki-laki menyebalkan dan sangat mengayomi Dara selama diperjalanan.

"Iya, kalau lo gak percaya tanya aja Haikal." Ucap Dara seraya menunjuk ke arah Haikal yang sedang membenarkan sound system.

Ucapan Dara membuat dirinya semakin bingung, ia bimbang dengan keadaannya saat ini, namun tetap tidak mau banyak berharap kepada Dipta. Tak lama dari ini, Prisilla dan Dipta terlihat sedang bercengkrama tak jauh darinya, Prisilla terlihat sedang memaksa Dipta untuk mengambil gambar bersamanya.

Tatapan Dipta dan Vanya bertemu, dengan cepat Dipta mendorong Prisilla untuk menjauh darinya. Prisilla menyadari hal itu, ia menatap ke arah Vanya dan meminta tolong Vanya untuk menggambil gambar mereka berdua.

"Van! Tolong fotoin dong" Ucap Prisilla.

Wajah Vanya berubah, ia merasa tak nyaman melihat Dipta dan Prisilla bersama. Entah sejak kapan perasaan seperti ini mulai mengganggunya, saat Vanya akan bangun dari duduknya tangannya ditahan oleh Dara.

"Lo masuk aja, biar gue aja." Ucap Dara seraya berjalan menghampiri Dipta dan Prisilla, Vanya mengangguk dan mengikuti kata Dara.

****

Persiapan pesta maba sudah semakin matang, beberapa mahasiswa baru pun sudah datang dan menghampiri panggung. Vanya tengah bersiap dan membantu tim pengamanan untuk memantau mahasiswa baru dan mengarahkan mereka untuk duduk di tempat yang telah di sediakan.

Master of ceremony pada malam ini yaitu Bintang dan Nina. Acara pun dimulai, Vanya pergi ke ruang make up untuk berganti pakaian karena sebentar lagi akan tampil. Namun Dipta belum terlihat, bahkan ketika Vanya sudah selesai make up dan berganti pakaian.

Untungnya tak lama Dipta datang, namun wajahnya terlihat kesal dan moodnya terlihat sedang tidak baik-baik saja. Vanya ingin bertanya, namun terlalu takut, tempramental Dipta membuatnya tak berani.

Untuk penampilan kali ini mereka akan bernyanyi, bukan untuk menarikan lagu love is an open the door, karena Vanya yang bersikeras menolak. Mereka akan membawakan lagu Taylor Swift yang berjudul Style.

"Udah siap?" Tanya Dipta yang diangguki oleh Vanya.

"Pres, lo..."

"Kenapa?" Tanya Dipta.

"Gue cuma mau nanya aja sih, lo kenapa? Soalnya keliatan badmood." Tanya Vanya, Dipta tersenyum tipis, ia menggeleng, biar saja masalah sekarang yang sedang ia hadapi ditanggung sendiri.

"Gapapa, ayo." Ucap Dipta.

Mereka pun keluar, Dipta dan Vanya berjalan ke arah belakang panggung, di sana sudah ada Prisilla dan Jendral. Prisilla menarik lengan Dipta untuk menjauh dari Vanya.

"Dip, harus banget duet?" Tanya Prisilla.

"IYA ATUH NENG SILLA, Kalo enggak pusinghhh mikirin rundown yang berubah, udah ya neng cicing weh didieu jeng si Jendral, tong riweuh, maneh duaan hayu siap-siap tos ieu tampil. Ucap Haikal seraya melepaskan tangan Prisilla yang berada di lengan Dipta.

Vanya dan Dipta pun naik ke atas panggung ketika Nina dan Bintang memanggil nama mereka. Mereka tersenyum, saling menatap saat musik sudah mulai terdengar.

Mereka bernyanyi, saat bagian reff, mereka mendekat, Dipta merangkul pinggang Vanya, ia bernyanyi seraya menatap Vanya dengan dalam, sedangkan Vanya terlihat salah tingkah namun tetap mengontrol wajahnya.

"You got that James Dean daydream look in your eye."

"And i got that red lip classic thing that you like"

Mereka berdua bernyanyi dengan chemist yang begitu terasa, membut banyak mata terkesima. Namun Prisilla menatap Vanya dengan penuh kilatan amarah, ia tak senang melihat interaksi mereka berdua.

Penampilan pun selesai mereka turun, namun tangan Vanya tetap dipegang Dipta dengan erat, bahkan sampai mereka masuk kembali ke ruang make up. Banyak pasang mata uang menatap ke arah mereka berdua, Vanya dengan cepat melepaskan genggaman tangan Dipta.

"Dip! Keren banget." Ucap Jendral.

"Lo cantik banget, Van." Ucap Satria.

"Lo ikut gue!" Ucap Dipta tiba-tiba seraya menunjuk Satria.

Jendral menghela nafasnya, namun tak mencegah Dipta. Ia pun pusing menghadapi Satria, sedangkan Vanya hanya diam karena tidak tahu apa-apa.

****

Pesta maba hanya dilakukan selama dua hari satu malam, saat ini Senja sedang duduk berdua dengan Dipta yang wajahnya masih terlihat gusar. Ini semua karena ulah Satria, bisa-bisanya Satria belum membayar full alat-alat pementasan, seperti panggung, sound system, dan bintang tamu.

"Minusnya berapa, Dip?" Tanya Senja.

"Dua puluh juta, bangsat." Pekik Dipta dengan menghela nafasnya.

"Ada uangnya? Atau kita minta patungan sama anak BEM?" Tanya Senja.

"Gak perlu, gue cuma kecewa, duit sebanyak itu kenapa dipake buat hal-hal yang gak jelas." Ucap Dipta dengan kesal.

"Emang dipake buat apa?"

"Gua masih minta transparansi dana ke Satria." Ucap Dipta dengan menghela nafasnya.

"Udah-udah, sabar dulu, mending sekarang kita fokus dulu sama acara ini." Ucap Senja seraya menepuk bahu Dipta.

Dipta mengangguk mengiyakan, ia pun bangkit dan berjalan menuju area pesta. Dipta menatap Vanya yang sedang duduk bersama dosen muda itu. Dipta semakin bad mood, lelaki itu pun memilih duduk di pinggir panggung, menatap orang-orang yang sedang berlalu lalang seraya berusaha untuk menenangkan pikirannya, jangan sampai ia merusak acara ini.

****

https://whatsapp.com/channel/0029VabDn2j84OmKK3F1fP1o

Aku baru buat saluran di wa wkwkwkwkw yuk join, next ga?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Presma DiptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang